30.6 C
Bojonegoro
Saturday, March 25, 2023

CEO Persatu ”Dilelang” 

- Advertisement -

TUBAN – Kejutan muncul kala Persatu meraih tiket promosi Liga 2 musim depan. Jumat (21/12), ketua umum Persatu sekaligus pemegang saham terbesar tim ini,  Nashruddin Ali menawarkan terbuka untuk kursi manajemen atau chief executive officer (CEO) Persatu. ”Silakan, siapa yang berminat,” kata dia. 

Pertimbangan Nashruddin untuk menyerahkan kursi manajemen karena dirinya sibuk kerja dan tidak bisa full time ngopeni Persatu. Pertimbangan itulah yang mendasari pemikirannya bahwa Persatu membutuhkan CEO yang bisa konsen ngurusi tim. 

Nashruddin berharap manajemen baru bisa membawa penyegaran dan tim lebih profesional. Dan, tentu saja menjadikan Persatu lebih mandiri dan berprestasi.  

Ketika kursi manajemen tim ini ditawarkan, dia tidak menyodorkan kertas kosong. Nashruddin menegaskan, sekarang ini, Persatu naik ke level Liga 2 yang pertandingannya disiarkan live televisi nasional. Tim ini juga memiliki suporter yang banyak dan fanatik. Stadionnya pun berkelas nasional. Tentu, ini menarik minat sponsorship.

Begitu seriusnya tawaran tersebut,  dia mensyaratkan yang berminat harus memiliki deposit 50 persen dari anggaran Persatu selama mengarungi Liga 2 sekitar Rp 5 miliar atau sekitar Rp 2,5 miliar. Uang jaminan tersebut, kata dia, hanya sebagai bukti keseriusan  manajemen yang mengelola. 

- Advertisement -

Dia yakin kalau Liga 2 ini dikelola lebih profesional, minimal manajemen tidak rugi, bahkan mungkin bisa untung. 

Tawaran tersebut, kata dia, tidak hanya berlaku bagi warga Tuban, namun juga luar Bumi Wali. Terpenting, mereka profesional dan cinta sepak bola. ”Saya mengundang dan menawarkan kepada siapa pun,” tegas dia.

Setelah tim kebanggaan masyarakat Bumi Wali ini diserahkan kepada pengelola baru, Nashruddin memastikan home base  tim berjuluk Laskar Ronggolawe ini tetap di Tuban dan tetap menjadi miliki masyarakat Bumi Wali. Bahkan, dia tetap di dalamnya, meski tidak memegang peran atau kendali penting. 

Pria yang juga penasihat PC Gerakan Pemuda Ansor Tuban ini menegaskan, Persatu milik semua. Selama ini pengelolaannya juga open manajemen. 

Dia  membantah bila tim berjuluk Laskar Ronggolawe ini dikaitkan kelompok tertentu. 

Selama ini, pria jebolan teknik sipil Universitas Gajah Mada (UGM) ini tidak ingin domain di tim ini. Terbukti, ketika namanya diumumkan sebagai jajaran pemegang saham Persatu Tuban musim kompetisi 2018 sebagaimana rilis manajemen tim Laskar Ronggolawe pada 5 Juli lalu, kepada Jawa Pos Radar Tuban, dia menyatakan dirinya tak pernah sedikit pun berambisi masuk dalam jajaran pemegang saham. Ketika itu, dia menyatakan kalaupun harus terjun ngopeni Persatu sejak tujuh tahun lalu, itu karena dirinya terpanggil untuk menyelamatkan tim kebanggaan masyarakat Bumi Wali ini. ”Selama ini, tim ini stagnan dan terdampar di Divisi III,” kata dia.

Ketika mengambil alih Persatu, Nashruddin dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan. 

Meski disokong dana APBD, tak sepenuhnya anggaran tersebut menutupi biaya operasional Persatu. Dana pribadinya selaku pemegang saham pun harus keluar. Sudah tidak terhitung. Bejibun banyaknya. Salah satunya, ketika tim ini berjuang hingga berhasil meraih Liga Nusantara 2014. 

Setelah masuk divisi utama tahun 2015, Persatu masuk tim profesional. Persatu pun dilarang menggunakan dana anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) seiring keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011.  

Untuk menyelamatkan tim dan meraih prestasi, pengurus dan jajaran manajemen  Persatu berbenah. Tim ini mengubah statusnya  menjadi  perseroan terbatas (PT)sejak 2015. Pemegang sahamnya empat orang. Mereka adalah Nashruddin Ali, M. Miyadi, Fahmi Fikroni, dan Ratna Juwita Sari. Nama Nashruddin pun lagi-lagi muncul. Pemegang saham inilah yang bertanggung jawab menghidupi tim kebanggaan masyarakat Bumi Wali ini. 

Karena Persatu Milik Kita Bersama sebagaimana tagline-nya, pengurus membuka lebar pintu siapa pun yang ingin menghidupi Persatu. Namun, sampai sekarang tak satu pun yang menawarkan diri menjadi bagian dari Persatu. 

Meski memiliki banyak industri, kondisi keuangan Persatu sangat minus. Selama musim kompetisi 2018, anggaran operasional Persatu Tuban setiap bulannya sekitar Rp 150 juta. Berapa per musimnya? Menurut catatan wartawan koran ini, pada 2017 anggaran total operasional Persatu tercatat Rp 2,5 miliar.

Anggaran tersebut jauh dari dana sponsorship yang diterima Persatu setiap musimnya yang tak lebih dari Rp 600 juta. Salah satunya dari PT Semen Gresik (SG) sebesar Rp 300 juta.

TUBAN – Kejutan muncul kala Persatu meraih tiket promosi Liga 2 musim depan. Jumat (21/12), ketua umum Persatu sekaligus pemegang saham terbesar tim ini,  Nashruddin Ali menawarkan terbuka untuk kursi manajemen atau chief executive officer (CEO) Persatu. ”Silakan, siapa yang berminat,” kata dia. 

Pertimbangan Nashruddin untuk menyerahkan kursi manajemen karena dirinya sibuk kerja dan tidak bisa full time ngopeni Persatu. Pertimbangan itulah yang mendasari pemikirannya bahwa Persatu membutuhkan CEO yang bisa konsen ngurusi tim. 

Nashruddin berharap manajemen baru bisa membawa penyegaran dan tim lebih profesional. Dan, tentu saja menjadikan Persatu lebih mandiri dan berprestasi.  

Ketika kursi manajemen tim ini ditawarkan, dia tidak menyodorkan kertas kosong. Nashruddin menegaskan, sekarang ini, Persatu naik ke level Liga 2 yang pertandingannya disiarkan live televisi nasional. Tim ini juga memiliki suporter yang banyak dan fanatik. Stadionnya pun berkelas nasional. Tentu, ini menarik minat sponsorship.

Begitu seriusnya tawaran tersebut,  dia mensyaratkan yang berminat harus memiliki deposit 50 persen dari anggaran Persatu selama mengarungi Liga 2 sekitar Rp 5 miliar atau sekitar Rp 2,5 miliar. Uang jaminan tersebut, kata dia, hanya sebagai bukti keseriusan  manajemen yang mengelola. 

- Advertisement -

Dia yakin kalau Liga 2 ini dikelola lebih profesional, minimal manajemen tidak rugi, bahkan mungkin bisa untung. 

Tawaran tersebut, kata dia, tidak hanya berlaku bagi warga Tuban, namun juga luar Bumi Wali. Terpenting, mereka profesional dan cinta sepak bola. ”Saya mengundang dan menawarkan kepada siapa pun,” tegas dia.

Setelah tim kebanggaan masyarakat Bumi Wali ini diserahkan kepada pengelola baru, Nashruddin memastikan home base  tim berjuluk Laskar Ronggolawe ini tetap di Tuban dan tetap menjadi miliki masyarakat Bumi Wali. Bahkan, dia tetap di dalamnya, meski tidak memegang peran atau kendali penting. 

Pria yang juga penasihat PC Gerakan Pemuda Ansor Tuban ini menegaskan, Persatu milik semua. Selama ini pengelolaannya juga open manajemen. 

Dia  membantah bila tim berjuluk Laskar Ronggolawe ini dikaitkan kelompok tertentu. 

Selama ini, pria jebolan teknik sipil Universitas Gajah Mada (UGM) ini tidak ingin domain di tim ini. Terbukti, ketika namanya diumumkan sebagai jajaran pemegang saham Persatu Tuban musim kompetisi 2018 sebagaimana rilis manajemen tim Laskar Ronggolawe pada 5 Juli lalu, kepada Jawa Pos Radar Tuban, dia menyatakan dirinya tak pernah sedikit pun berambisi masuk dalam jajaran pemegang saham. Ketika itu, dia menyatakan kalaupun harus terjun ngopeni Persatu sejak tujuh tahun lalu, itu karena dirinya terpanggil untuk menyelamatkan tim kebanggaan masyarakat Bumi Wali ini. ”Selama ini, tim ini stagnan dan terdampar di Divisi III,” kata dia.

Ketika mengambil alih Persatu, Nashruddin dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan. 

Meski disokong dana APBD, tak sepenuhnya anggaran tersebut menutupi biaya operasional Persatu. Dana pribadinya selaku pemegang saham pun harus keluar. Sudah tidak terhitung. Bejibun banyaknya. Salah satunya, ketika tim ini berjuang hingga berhasil meraih Liga Nusantara 2014. 

Setelah masuk divisi utama tahun 2015, Persatu masuk tim profesional. Persatu pun dilarang menggunakan dana anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) seiring keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011.  

Untuk menyelamatkan tim dan meraih prestasi, pengurus dan jajaran manajemen  Persatu berbenah. Tim ini mengubah statusnya  menjadi  perseroan terbatas (PT)sejak 2015. Pemegang sahamnya empat orang. Mereka adalah Nashruddin Ali, M. Miyadi, Fahmi Fikroni, dan Ratna Juwita Sari. Nama Nashruddin pun lagi-lagi muncul. Pemegang saham inilah yang bertanggung jawab menghidupi tim kebanggaan masyarakat Bumi Wali ini. 

Karena Persatu Milik Kita Bersama sebagaimana tagline-nya, pengurus membuka lebar pintu siapa pun yang ingin menghidupi Persatu. Namun, sampai sekarang tak satu pun yang menawarkan diri menjadi bagian dari Persatu. 

Meski memiliki banyak industri, kondisi keuangan Persatu sangat minus. Selama musim kompetisi 2018, anggaran operasional Persatu Tuban setiap bulannya sekitar Rp 150 juta. Berapa per musimnya? Menurut catatan wartawan koran ini, pada 2017 anggaran total operasional Persatu tercatat Rp 2,5 miliar.

Anggaran tersebut jauh dari dana sponsorship yang diterima Persatu setiap musimnya yang tak lebih dari Rp 600 juta. Salah satunya dari PT Semen Gresik (SG) sebesar Rp 300 juta.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Fokus Belajar Mapel Kimia

Bupati Ingatkan Jangan Malas

Pengaspalan Minggu Depan


/