LAMONGAN, Radar Lamongan – Isu bergulirnya kembali kompetisi Liga 1 berembus kencang. Wacana yang berkembang, kompetisi sepakbola teratas di Indonesia tersebut tetap dilaksanakan di tengah pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19), namun digelar tanpa penonton. Manajemen Persela menyatakan keberatan terhadap wacana tersebut.
‘’Tujuan kompetisi kan untuk menghibur masyarakat pecinta sepakbola kan. Jadi kalau seperti itu kan bergeser dari tujuan kompetisi,’’ tutur CEO Persela, Yuhronur Efendi kepada Jawa Pos Radar Lamongan, kemarin (17/5).
Seperti diketahui, PSSI menunda kompetisi Liga 1 karena pandemi Covid -19 mulai akhir Maret lalu. Rencananya kepastian bergulirnya kompetisi bakal dilihat hingga akhir bulan ini.
Pria yang juga Sekkab Lamongan itu mengatakan, saat penundaan kompetisi saat ini, manajemen Persela masih harus memikirkan gaji pemain dan pelatih sebesar 25 persen dari nilai kontrak. Padahal, tim berjuluk Laskar Joko Tingkir tersebut sudah tidak memiliki pemasukan dari tiket penonton maupun dari sponsor.
‘’Apalagi dalam kondisi klub ini kesusahan. Tidak memungkinkan kompetisi dilanjutkan dengan tanpa penonton,’’ katanya.
Isu laga tanpa penonton tersebut muncul dan terinspirasi dari sejumlah kompetisi di Eropa yang sudah dilanjutkan tanpa penonton. Menurut dia, situasi di Eropa dan Indonesia berbeda jauh. Di Indonesia mayoritas klub masih menggantungkan pemasukan dari penjualan tiket pertandingan.
‘’Kalau tetap dipertandingkan dalam kondisi (klub) compang-camping seperti ini kan pasti tidak baik hasilnya,’’ tukas dia.
Dia mengatakan, seluruh tim belum ada yang mempersiapkan diri, dengan adanya pembatasan aktivitas selama masa pandemi Covid-19 ini. Bahkan, seluruh tim merumahkan seluruh pemainnya. ‘’Semua tim kan tidak ada yang latihan. Mending (kompetisi) tidak dilakukan, karena sekarang persiapannya tim juga tidak bisa maksimal,’’ tukasnya.
Apalagi, tambah dia, kini mayoritas daerah di Indonesia sudah memasuki zona merah. Hal itu tidak memungkinkan bagi antar tim berpindah-pindah pertandingan, dari daerah satu ke daerah lainnya.
‘’Lebih baik dihentikan, karena kalau dilanjutkan malah nantinya menimbulkan masalah baru. Sebaiknya dipersiapkan yang lebih baik lagi,’’ ucap Yuhronur.
Wacana lainnya yakni digelarnya turnamen pengganti jika kompetisi benar-benar dihentikan. Yuhronur mengaku justru lebih menyetujui wacana tersebut. Sehingga, seluruh tim masih memiliki aktivitas mengasah kemampuan pemainnya. ‘’Memang lebih baik diganti dengan turnamen yang tanpa ada degradasi,’’ pungkas Yuhronur.