- Advertisement -
SEJAK liburan lebaran hingga saat ini, Trista Febbrianti sibuk berlatih debat. Akhir bulan ini, dia mengikuti lomba debat nasional yang diselenggarkan Komunitas Debat Pertiwi.
Trista lebih sering belajar dengan membaca berita isu terkini. ‘’Alasan senang debat, karena saya punya basic public speaking. Terus suka memberi argumen kepada orang lain,” tutur juara 2 lomba debat tingkat internal Universitas Islam Lamongan (Unisla) 2022 ini.
Saat di sekolah menengah kejuruan, Trista sudah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bidang tersebut. Menurut dia, setiap orang yang pintar public speaking belum tentu bisa debat.
- Advertisement -
“Bagaimana rumusnya, pertama harus bisa mendengarkan ketika lawan berbicara. Kemudian dicari celahnya,” tutur juara 1 lomba debat Se-Komisariat PMII Unisla 2022 ini.
Trista selalu berusaha mengurangi atau tidak menggunakan kata mungkin saat debat. Alasannya, kata mungkin berarti pendapat yang disampaikan masih setengah.
“Saya perbanyak mencari berita dan mencoba menguasai. Jadi kita tahu berita dari mana. Jangan sampai termakan berita hoax, yang didebat itu masalah teraktual. Saya juga perbanyak baca buku dan memaksimalkan waktu,” tutur mahasiwi berusia 19 tahun ini.
Jika jenuh dengan kegiatan membaca, maka Trista memilih menonton bola. Dia suka suka dengan klub Liga Inggris, Liverpool. ‘’Cita-cita ingin jadi guru agama pegawai negeri sipil (PNS),’’ tuturnya. (sip/yan)
SEJAK liburan lebaran hingga saat ini, Trista Febbrianti sibuk berlatih debat. Akhir bulan ini, dia mengikuti lomba debat nasional yang diselenggarkan Komunitas Debat Pertiwi.
Trista lebih sering belajar dengan membaca berita isu terkini. ‘’Alasan senang debat, karena saya punya basic public speaking. Terus suka memberi argumen kepada orang lain,” tutur juara 2 lomba debat tingkat internal Universitas Islam Lamongan (Unisla) 2022 ini.
Saat di sekolah menengah kejuruan, Trista sudah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bidang tersebut. Menurut dia, setiap orang yang pintar public speaking belum tentu bisa debat.
- Advertisement -
“Bagaimana rumusnya, pertama harus bisa mendengarkan ketika lawan berbicara. Kemudian dicari celahnya,” tutur juara 1 lomba debat Se-Komisariat PMII Unisla 2022 ini.
Trista selalu berusaha mengurangi atau tidak menggunakan kata mungkin saat debat. Alasannya, kata mungkin berarti pendapat yang disampaikan masih setengah.
“Saya perbanyak mencari berita dan mencoba menguasai. Jadi kita tahu berita dari mana. Jangan sampai termakan berita hoax, yang didebat itu masalah teraktual. Saya juga perbanyak baca buku dan memaksimalkan waktu,” tutur mahasiwi berusia 19 tahun ini.
Jika jenuh dengan kegiatan membaca, maka Trista memilih menonton bola. Dia suka suka dengan klub Liga Inggris, Liverpool. ‘’Cita-cita ingin jadi guru agama pegawai negeri sipil (PNS),’’ tuturnya. (sip/yan)