- Advertisement -
AWAL berkuliah di Unisla, Ilma Agustina bekerja di salah satu outlet pentol selama setahun. Nah, dua tahun lalu saat kuliah secara online akibat pandemi, dia memberanikan diri berbisnis.
‘’Membuka outlet pentol, sempol, dan telur gulung,’’ terang dara asal Desa Gendong, Kecamatan Laren tersebut.
Cewek 22 tahun itu memilih tempat strategis, agar mudah diakses pecinta kuliner. ‘’Untuk saat ini, kendalanya membagi waktu. Karena sekarang sudah mulai kuliah offline,’’ ucap Ilma, sapaan akrabnya.
- Advertisement -
Namun, Ilma terkadang masih mengalami kegagalan memproduksi pentol. Meski dia merasa takaran dan bahan yang digunakan sama, tapi hasil rasa dan teksturnya berbeda. ‘’Kalau gagal ya tidak dijual, dikasihkan sanak saudara,’’ ujarnya. (sip/ind)
AWAL berkuliah di Unisla, Ilma Agustina bekerja di salah satu outlet pentol selama setahun. Nah, dua tahun lalu saat kuliah secara online akibat pandemi, dia memberanikan diri berbisnis.
‘’Membuka outlet pentol, sempol, dan telur gulung,’’ terang dara asal Desa Gendong, Kecamatan Laren tersebut.
Cewek 22 tahun itu memilih tempat strategis, agar mudah diakses pecinta kuliner. ‘’Untuk saat ini, kendalanya membagi waktu. Karena sekarang sudah mulai kuliah offline,’’ ucap Ilma, sapaan akrabnya.
- Advertisement -
Namun, Ilma terkadang masih mengalami kegagalan memproduksi pentol. Meski dia merasa takaran dan bahan yang digunakan sama, tapi hasil rasa dan teksturnya berbeda. ‘’Kalau gagal ya tidak dijual, dikasihkan sanak saudara,’’ ujarnya. (sip/ind)