- Advertisement -
DWI Retno Aryaningtyas sudah jatuh hati pada sepak bola dan futsal. Guru olahraga tersebut tak bisa melepas si kulit bundar dalam kesehariannya. Kesibukannya kini melatih lima tim futsal putri. ‘’Ada lima tim di SMP dan MTs berbeda,” tutur perempuan asal Desa Nglumber, Kecamatan Kepohbaru tersebut.
Retno menjadi pelatih sejak 2018 lalu. Berawal melatih tim futsal putri di MTsN 1 Lamongan. ‘’Ketika berlatih tanding dengan sekolah lain, di situ mulai dikenal dan diminta melatih,” tutur wasit perempuan tersebut.
Menjadi pelatih futsal awalnya mengisi waktu luang. Namun, kini harus pintar membagi waktu demi bisa melatih semua tim dibesutnya. ‘’Masih bisa bagi waktu antara harus istirahat, mengajar, dan melatih. Hanya sekarang agak keteteran karena ada porseni,” tutur guru 24 tahun tersebut.
Alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut fisik menjadi perbedaan mendasar futsal putra dan putri. Namun, membuat tim futsal putri jadi menarik dan unik, para pemainnya tidak takut kepanasan dan berkeringat.
Di luar lapangan, Retno juga memberi motivasi pemain, terutama tidak ada jalan mudah untuk bisa meraih kesuksesan. Tentu, menjadi atlet harus disiplin. ‘’Mengerti akan waktu latihan dan istirahat,” ujar guru masih berobsesi mengambil lisensi pelatih futsal. (irv/rij)
DWI Retno Aryaningtyas sudah jatuh hati pada sepak bola dan futsal. Guru olahraga tersebut tak bisa melepas si kulit bundar dalam kesehariannya. Kesibukannya kini melatih lima tim futsal putri. ‘’Ada lima tim di SMP dan MTs berbeda,” tutur perempuan asal Desa Nglumber, Kecamatan Kepohbaru tersebut.
Retno menjadi pelatih sejak 2018 lalu. Berawal melatih tim futsal putri di MTsN 1 Lamongan. ‘’Ketika berlatih tanding dengan sekolah lain, di situ mulai dikenal dan diminta melatih,” tutur wasit perempuan tersebut.
Menjadi pelatih futsal awalnya mengisi waktu luang. Namun, kini harus pintar membagi waktu demi bisa melatih semua tim dibesutnya. ‘’Masih bisa bagi waktu antara harus istirahat, mengajar, dan melatih. Hanya sekarang agak keteteran karena ada porseni,” tutur guru 24 tahun tersebut.
Alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut fisik menjadi perbedaan mendasar futsal putra dan putri. Namun, membuat tim futsal putri jadi menarik dan unik, para pemainnya tidak takut kepanasan dan berkeringat.
Di luar lapangan, Retno juga memberi motivasi pemain, terutama tidak ada jalan mudah untuk bisa meraih kesuksesan. Tentu, menjadi atlet harus disiplin. ‘’Mengerti akan waktu latihan dan istirahat,” ujar guru masih berobsesi mengambil lisensi pelatih futsal. (irv/rij)