SHE – “Mulanya takut, namun jadi seru,” kata Imelda Elisya ketika menceritakan pengalaman pertama mengikuti rugbi. Awalnya, Imel sapaan akrabnya diajak teman sekelas dan iseng ikut rugbi. Dari situ, Imel kian menyukai olahraga yang masih asing di Bojonegoro ini.
Ternyata, keisengannya membuahkan hasil. Bersama teman satu timnya, Imel meraih juara tingkat nasional. Imel menyadari, awalnya rugbi termasuk olahraga identik laki-laki. Justru, Imel semakin tertarik dan bergabung olahraga rugbi.
Setelah mengikuti latihan, dia mengaku olahraga ini seru sekali. Meskipun, masih ada rasa takut. Tahun lalu, dia bersama 10 anggota timnya meraih juara dua tingkat nasional rugbi mewakili SMAN Model Terpadu Bojonegoro.
Gadis usia 19 tahun itu, mengaku awalnya takut karena rugbi olahraga berat dan keras. Ada tantangan sendiri dan benar-benar melatih mental. Pemain rugbi biasa saling tabrak berebut bola. “Malahan kalau kita latihan nggak ninggalin luka. Kayak gores-gores di kaki, rasanya ada yang kurang,” ucapnya dengan senyum.
Dia mengaku luka itu akan terasa perih jika sudah selesai bertanding. “Selama pertandingan, tidak terasa sama sekali,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro.
Dia pernah menjadi partisipan ketika ada lomba rugbi tingkat internasional dan meraih juara dua. Mahasiswi jurusan kepemerintahan Universitas Brawijaya itu mengakui latihan untuk lomba tingkat internasional jauh lebih sulit karena melawan negara lain.
Mental pemain ditempa karena melawan tim dari Amerika dan Australia dengan postur badannya jauh lebih tinggi dibanding orang Asia. “Kalau cuma luka-luka nggak nangis, yang nangis itu kalau nggak dapat poin,” ledek gadis tinggal di Kelurahan Ledok Kulon, Bojonegoro itu.
Imel mengatakan, sebetulnya hobinya adalah nge-dance. Dari taman kanak-kanak hingga SMA menekuni seni dance ini. Saat ini, dia ingin melanjutkan hobinya mengikuti unit kegiatan mahasiswa (UKM) di universitas tempatnya menuntut ilmu. “Kalau untuk rugbi, belum lanjut lagi, masih fokus kuliah dulu karena masih semester awal,” ucapnya. (cs)