27.4 C
Bojonegoro
Wednesday, June 7, 2023

Tiga Pasar, PR Bupati Bojonegoro

- Advertisement -

MASA jabatan Bupati Bojonegoro Hj. Anna Muawanah dan Wakil Bupati Budi Irawanto (Wawan) tinggal enam bulan lagi. Mampukah pasangan hasil koalisi PKB dan PDI-Perjuangan ini menuntaskan tugasnya dengan baik saat mengakhiri masa jabatan periode pertamanya nanti?

Pasangan Anna-Wawan dilantik pada 24 September 2018. Untuk periode lima tahun pertama ini, masa jabatan itu akan berakhir pada September 2023. Setelah itu akan dilanjutkan oleh pejabat (orang lain) sebagai pelaksana tugas (Plt) Bupati Bojonegoro hingga dilantiknya Bupati-Wakil Bupati hasil Pemilukada 2024. Soal siapa nanti yang terpilih untuk masa jabatan 2024-2029, tentu kita belum tahu. Hanya Tuhan yang sudah tahu.

Selama menjabat, pasangan Anna-Wawan dikenal tidak akur. Bahkan, sempat ada yang lapor ke polisi. Ketidakakuran pasangan ini sejak tahun pertama menjabat.

Pasangan Anna-Wawan sudah cukup banyak melakukan pembangunan. Cukup banyak prestasi yang berhasil diukir. Antara lain, berhasil membangun infrastuktur jalan cor. Konon, jalan cor yang sudah nglenyer sepanjang 440 kilometer. Selain itu, pasangan ini juga berhasil membangun dua jembatan besar. Satu jembatan di Kanor menghubungkan Bojonegoro-Tuban, dan satu lagi di Ngraho menghubungkan Bojonegoro-Blora.

Tetapi, tidak semua apa yang diangankan dan dilakukan pasangan Anna-Wawan berjalan mulus. Ada beberapa yang terganjal, dan bahkan terancam gagal jika tidak segera dicarikan solusi. Dan, jika gagal, tentu akan menjadi kenangan buruk bagi pasangan ini.

- Advertisement -

Menurut saya, program gagal yang mudah terlihat secara  kasat mata adalah relokasi Pasar Kota Bojonegoro (lama), revitalisasi Pasar Banjarejo, dan pembangunan Pasar Wisata Banjarejo II. Secara fisik, pembangunan Pasar Banjarejo lama ataupun yang baru sudah selesai. Tidak ada masalah. Yang masih bermasalah adalah masih banyaknya stan di dua pasar itu kosong. Itu artinya, banyak pedagang kurang tertarik menempati stan-stan di dua pasar itu. Pemkab sudah melakukan banyak hal agar pedagang bersedia menempati stan yang ada. Tetapi belum berhasil.

Pasangan Anna-Wawan, menurut saya, dalam enam bulan yang tersisa ini harus berpikir dan bekerja lebih keras lagi. Tujuannya agar masalah yang terkait dengan tiga pasar di tengah kota itu terselesaikan dengan baik. Itu merupakan PR (pekerjaan rumah) bagi Anna-Wawan. Jika PR itu tidak terselesaikan hingga masa jabatan berakhir, tentu akan menjadi mimpi buruk di kemudian hari.

Mengapa masalah di tiga pasar itu perlu lebih diseriusi? Pertama, karena menyangkut kepentingan banyak orang (pedagang) wa alihi wa ashabihi (keluarganya dan teman-temannya). Kedua, karena menyangkut urusan perut orang banyak. Ini sangat sensitif. Umumnya masyarakat menengah ke bawah. Ketiga, itu menyangkut duit dari APBD yang nilainya di atas seratus miliar lebih. Jika mangkrak, tidak berfungsi dengan baik, tentu sangat disayangkan. Dan itu akan menjadi bahan kritikan dan cemoohan. Keempat, tiga pasar tersebut, ndilalah berlokasi di tengah kota. Hal itu gampang dilihat oleh warga kota. Beda masalahnya umpama pasar itu di Kedewan, atau di Sekar yang jauh dari pusat kota.

Pembangunan Pasar Wisata Banjarejo II dari APBD 2021 dengan biaya sekitar Rp 70 miliar. Dari awal sudah banyak masalah. Ada kesimpangsiuran informasi. Hingga saat ini juga tidak jelas mana informasi yang valid (shahih), dan mana yang hoakss. Sedangkan revitalisasi Pasar Banjarejo dari APBD 2020 dengan biaya sekitar Rp 47 miliar. Lalu, apa saja masalah dalam dua proyek Rp 117 miliar itu?

Pertama, kurang sosialisasi kepada para pedagang di Pasar Kota Bojonegoro (lama). Padahal, mereka itulah yang pada akhirnya (kini) diminta pindah ke Pasar Wisata Banjarejo II.

Kedua, rencana pemanfaatan eks lahan Pasar Kota (lama), seandainya pedagang sudah mau dipindahkan, juga tidak jelas. Ada informasi, eks lahan itu akan dijadikan ruang terbuka hijau (RTH). Informasi lain, akan dibangun pujasera modern. Informasi lain lagi, lahan itu akan dijadikan pusat pengeboran minyak. Kalangan DPRD Bojonegoro menyatakan, eksekutif tidak mengajak rembukan tentang peruntukan Pasar Wisata Banjarejo 2. DPRD juga tidak setuju pembangunan RTH di bekas lahan Pasar Kota (lama).

Ketiga, pemilihan lokasi Pasar Wisata Banjarejo 2 juga tidak tepat. Lokasinya sangat dekat dengan Pasar Banjarejo (lama). Hanya berjarak sekitar 300 meter. Sebagai pasar, akses jalannya juga kurang memadai.

Keempat, barang yang dijual di Pasar Wisata Banjarejo 2 hampir sama dengan di Pasar Banjarejo (lama). Meski ada embel-embel nama Pasar Wisata, tetapi kenyataannya (de facto), barang yang dijual hampir sama. Hingga sekarang ini masih banyak stan di Pasar Banjarejo (lama) menganggur kok mau ditambah ratusan stan di Pasar Wisata Banjarejo 2. Sangat mungkin banyak pedagang di Pasar Kota Bojonegoro (lama) menolak dipindah ke Pasar Wisata.

Kelima, status kepemilikan stan di Pasar Kota (lama) juga masih diperdebatkan. Banyak pedagang yakin mereka punya hak penuh atas stan mereka. Akibatnya, mereka tidak mau begitu saja disuruh pindah. Apalagi, tanpa didahului dengan sosialisasi dan musyawarah yang baik.

Itulah beberapa masalah terkait dengan tiga pasar di tengah kota Bojonegoro. Harapan saya, pasangan Anna-Wawan di masa akhir jabatannya ini mampu menyelesaikan tiga masalah itu. Biar tidak menjadi ganjalan bagi pasangan Anna-Wawan saat mengakhiri masa jabatannya periode ini. Juga, agar masyarakat yang terdampak bisa ikut senang. Yok opo ben wong cilik iso melok gemuyu (bagaimana supaya rakyat kecil bisa ikut tertawa bahagia). Good ending, or bad ending??? Wallahu a’lam… (*)

 

*MUNDZAR FAHMAN
Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.

MASA jabatan Bupati Bojonegoro Hj. Anna Muawanah dan Wakil Bupati Budi Irawanto (Wawan) tinggal enam bulan lagi. Mampukah pasangan hasil koalisi PKB dan PDI-Perjuangan ini menuntaskan tugasnya dengan baik saat mengakhiri masa jabatan periode pertamanya nanti?

Pasangan Anna-Wawan dilantik pada 24 September 2018. Untuk periode lima tahun pertama ini, masa jabatan itu akan berakhir pada September 2023. Setelah itu akan dilanjutkan oleh pejabat (orang lain) sebagai pelaksana tugas (Plt) Bupati Bojonegoro hingga dilantiknya Bupati-Wakil Bupati hasil Pemilukada 2024. Soal siapa nanti yang terpilih untuk masa jabatan 2024-2029, tentu kita belum tahu. Hanya Tuhan yang sudah tahu.

Selama menjabat, pasangan Anna-Wawan dikenal tidak akur. Bahkan, sempat ada yang lapor ke polisi. Ketidakakuran pasangan ini sejak tahun pertama menjabat.

Pasangan Anna-Wawan sudah cukup banyak melakukan pembangunan. Cukup banyak prestasi yang berhasil diukir. Antara lain, berhasil membangun infrastuktur jalan cor. Konon, jalan cor yang sudah nglenyer sepanjang 440 kilometer. Selain itu, pasangan ini juga berhasil membangun dua jembatan besar. Satu jembatan di Kanor menghubungkan Bojonegoro-Tuban, dan satu lagi di Ngraho menghubungkan Bojonegoro-Blora.

Tetapi, tidak semua apa yang diangankan dan dilakukan pasangan Anna-Wawan berjalan mulus. Ada beberapa yang terganjal, dan bahkan terancam gagal jika tidak segera dicarikan solusi. Dan, jika gagal, tentu akan menjadi kenangan buruk bagi pasangan ini.

- Advertisement -

Menurut saya, program gagal yang mudah terlihat secara  kasat mata adalah relokasi Pasar Kota Bojonegoro (lama), revitalisasi Pasar Banjarejo, dan pembangunan Pasar Wisata Banjarejo II. Secara fisik, pembangunan Pasar Banjarejo lama ataupun yang baru sudah selesai. Tidak ada masalah. Yang masih bermasalah adalah masih banyaknya stan di dua pasar itu kosong. Itu artinya, banyak pedagang kurang tertarik menempati stan-stan di dua pasar itu. Pemkab sudah melakukan banyak hal agar pedagang bersedia menempati stan yang ada. Tetapi belum berhasil.

Pasangan Anna-Wawan, menurut saya, dalam enam bulan yang tersisa ini harus berpikir dan bekerja lebih keras lagi. Tujuannya agar masalah yang terkait dengan tiga pasar di tengah kota itu terselesaikan dengan baik. Itu merupakan PR (pekerjaan rumah) bagi Anna-Wawan. Jika PR itu tidak terselesaikan hingga masa jabatan berakhir, tentu akan menjadi mimpi buruk di kemudian hari.

Mengapa masalah di tiga pasar itu perlu lebih diseriusi? Pertama, karena menyangkut kepentingan banyak orang (pedagang) wa alihi wa ashabihi (keluarganya dan teman-temannya). Kedua, karena menyangkut urusan perut orang banyak. Ini sangat sensitif. Umumnya masyarakat menengah ke bawah. Ketiga, itu menyangkut duit dari APBD yang nilainya di atas seratus miliar lebih. Jika mangkrak, tidak berfungsi dengan baik, tentu sangat disayangkan. Dan itu akan menjadi bahan kritikan dan cemoohan. Keempat, tiga pasar tersebut, ndilalah berlokasi di tengah kota. Hal itu gampang dilihat oleh warga kota. Beda masalahnya umpama pasar itu di Kedewan, atau di Sekar yang jauh dari pusat kota.

Pembangunan Pasar Wisata Banjarejo II dari APBD 2021 dengan biaya sekitar Rp 70 miliar. Dari awal sudah banyak masalah. Ada kesimpangsiuran informasi. Hingga saat ini juga tidak jelas mana informasi yang valid (shahih), dan mana yang hoakss. Sedangkan revitalisasi Pasar Banjarejo dari APBD 2020 dengan biaya sekitar Rp 47 miliar. Lalu, apa saja masalah dalam dua proyek Rp 117 miliar itu?

Pertama, kurang sosialisasi kepada para pedagang di Pasar Kota Bojonegoro (lama). Padahal, mereka itulah yang pada akhirnya (kini) diminta pindah ke Pasar Wisata Banjarejo II.

Kedua, rencana pemanfaatan eks lahan Pasar Kota (lama), seandainya pedagang sudah mau dipindahkan, juga tidak jelas. Ada informasi, eks lahan itu akan dijadikan ruang terbuka hijau (RTH). Informasi lain, akan dibangun pujasera modern. Informasi lain lagi, lahan itu akan dijadikan pusat pengeboran minyak. Kalangan DPRD Bojonegoro menyatakan, eksekutif tidak mengajak rembukan tentang peruntukan Pasar Wisata Banjarejo 2. DPRD juga tidak setuju pembangunan RTH di bekas lahan Pasar Kota (lama).

Ketiga, pemilihan lokasi Pasar Wisata Banjarejo 2 juga tidak tepat. Lokasinya sangat dekat dengan Pasar Banjarejo (lama). Hanya berjarak sekitar 300 meter. Sebagai pasar, akses jalannya juga kurang memadai.

Keempat, barang yang dijual di Pasar Wisata Banjarejo 2 hampir sama dengan di Pasar Banjarejo (lama). Meski ada embel-embel nama Pasar Wisata, tetapi kenyataannya (de facto), barang yang dijual hampir sama. Hingga sekarang ini masih banyak stan di Pasar Banjarejo (lama) menganggur kok mau ditambah ratusan stan di Pasar Wisata Banjarejo 2. Sangat mungkin banyak pedagang di Pasar Kota Bojonegoro (lama) menolak dipindah ke Pasar Wisata.

Kelima, status kepemilikan stan di Pasar Kota (lama) juga masih diperdebatkan. Banyak pedagang yakin mereka punya hak penuh atas stan mereka. Akibatnya, mereka tidak mau begitu saja disuruh pindah. Apalagi, tanpa didahului dengan sosialisasi dan musyawarah yang baik.

Itulah beberapa masalah terkait dengan tiga pasar di tengah kota Bojonegoro. Harapan saya, pasangan Anna-Wawan di masa akhir jabatannya ini mampu menyelesaikan tiga masalah itu. Biar tidak menjadi ganjalan bagi pasangan Anna-Wawan saat mengakhiri masa jabatannya periode ini. Juga, agar masyarakat yang terdampak bisa ikut senang. Yok opo ben wong cilik iso melok gemuyu (bagaimana supaya rakyat kecil bisa ikut tertawa bahagia). Good ending, or bad ending??? Wallahu a’lam… (*)

 

*MUNDZAR FAHMAN
Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/