27.8 C
Bojonegoro
Friday, June 2, 2023

Es Degan, Gorengan, dan TikTok

- Advertisement -

ES degan menjadi minuman yang dicari-cari selama menjelang Ramadan. Hampir merata di jalan-jalan protokol di Bojonegoro selalu ada antrean pembeli es degan. Rela antre bermenit-menit demi kesegaran es dari sari buah kelapa tersebut. Nyess…ketika diteguk dan kelamut buah kelapanya.

Gorengan menjadi kudapan yang diburu selama Ramadan. Camilan jadi pendamping makan yang aduhai. Tak peduli masih berkeringat minyak habis dari wajan, tetap saja: ‘’bungkus gorengan Rp 10.000 bang!’’. Terasa nyam-nyam, apalagi bersanding sayur bayam.

Es degan dan gorengan seakan menjadi dua amunisi para pemburu takjil menjelang berbuka. Kalau belum dapat gorengan, seakan makan berbukanya ada yang kurang. Mungkin hanya sugesti, tapi faktanya setiap sore selalu ada emak-emak dan bapak-bapak rela antre gorengan. Ada teman sampai heran, beli gorengan saja hingga pakai nomor antrean, saking ramainya. Hehehe.

Habis beli gorengan diunggah di konten TikTok. Seakan jadi tren, ngabuburit berburu takjil ini kini menjadi konten di TikTok. Pokoknya, kalau berburu gorengan selalu membawa smartphone. Layar diangkat dan “action” video.

Selain es degan dan gorengan, bagi anak-anak muda, ternyata yang lagi laris ini sekarang kuota atau paketan. Menjalani puasa Ramadan hampir 13,5 jam tanpa memiliki kuota, rasanya azan magrib itu masih lama banget. Mau mencari wifi di warung kopi, ternyata takut dianggap tidak puasa Ramadan.

- Advertisement -

Beda kalau smartphone punya kuota internet, sampai-sampai azan magrib saja diabaikan demi konten suara bedug masjid. Sampai-sampai lapar tak terasa saking betahnya jari-jemarinya berselancar layar smartphone.

TikTok seakan menjadi platform media sosial (medsos) yang lagi tren selama Ramadan ini. Konten TikTok rerata juga tentang serba-serbi Ramadan. Terutama ragam menu-menu masakan untuk berbuka. Sampai-sampai yang sudah kecanduan, tak terasa lapar ketika melihat konten berisi masakan atau kuliner. Oh, menggiurkan!

Kenapa TikTok begitu menggoda? Iya karena saat ini banyak penggunanya. Hampir merata, anak muda, terutama siswa, tentu punya akun TikTok. Sampai emak-emak saja gandrung TikTok. Platform medsos berbasis video singkat ini menarik simpati penikmat gadget. Unik, konyol, singkat, dan menarik.

Tak heran, sampai-sampai sekarang TikTok jadi isu menghangat di Amerika Serikat (AS). Terutama setelah TikTok meresmikan 150 juta pengguna di AS. TikTok resmi dirilis September 2016 tersebut dianggap agen Tiongkok. Hingga akhirnya, CEO TikTok Shou Chew di depan Kongres AS memastikan ByteDance induk perusahaan mereka bukan agen Tiongkok. Sorotan lainnya, materi TikTok di AS ternyata beda dengan di Tiongkok. Di Tiongkok konten TikTok lebih edukatif.

Nah, gelombang TikTok ternyata juga menerjang Indonesia mulai 2017 lalu. Amerika menjadi pengguna teratas, menyusul Indonesia urutan kedua dengan jumlah pengguna sebanyak 109,90 juta (DataIndonesia.id). Tentu, jangan heran kalau sekarang banyak warga gandrung dengan konten TikTok.

Jangankan emak-emak, bupati, gubernur, sampai menteri saja sampai terjun buat tim bikin konten TikTok. Terutama politisi yang ngebet merebut suara via medsos, tentu kampanye via TikTok. Lebih pede ngecepres via TikTok, dibanding tatap muka. Lebih pede koar-koar via TikTok, dibanding seformal Podcast.

Radar Bojonegoro juga punya akun TikTok. Perusahaan koran ternama di Bojonegoro, Lamongan, dan Blora, ini memiliki akun TikTok dengan jumlah pengikutnya sebanyak 2,7 juta. Sudah centang hijau. Dengan pengikut 2,7 juta, tentu melebihi jumlah penduduk Bojonegoro sekitar 1,4 juta jiwa.

Nah, jangan-jangan seperti di AS, bisa-bisa Radar Bojonegoro bisa dipanggil di parlemen atau pemerintah gegara jumlah pengikutnya terbanyak di Bojonegoro tersebut. (*)

 

 

*KHORIJ ZAENAL ASRORI
Wartawan Radar Bojonegoro

ES degan menjadi minuman yang dicari-cari selama menjelang Ramadan. Hampir merata di jalan-jalan protokol di Bojonegoro selalu ada antrean pembeli es degan. Rela antre bermenit-menit demi kesegaran es dari sari buah kelapa tersebut. Nyess…ketika diteguk dan kelamut buah kelapanya.

Gorengan menjadi kudapan yang diburu selama Ramadan. Camilan jadi pendamping makan yang aduhai. Tak peduli masih berkeringat minyak habis dari wajan, tetap saja: ‘’bungkus gorengan Rp 10.000 bang!’’. Terasa nyam-nyam, apalagi bersanding sayur bayam.

Es degan dan gorengan seakan menjadi dua amunisi para pemburu takjil menjelang berbuka. Kalau belum dapat gorengan, seakan makan berbukanya ada yang kurang. Mungkin hanya sugesti, tapi faktanya setiap sore selalu ada emak-emak dan bapak-bapak rela antre gorengan. Ada teman sampai heran, beli gorengan saja hingga pakai nomor antrean, saking ramainya. Hehehe.

Habis beli gorengan diunggah di konten TikTok. Seakan jadi tren, ngabuburit berburu takjil ini kini menjadi konten di TikTok. Pokoknya, kalau berburu gorengan selalu membawa smartphone. Layar diangkat dan “action” video.

Selain es degan dan gorengan, bagi anak-anak muda, ternyata yang lagi laris ini sekarang kuota atau paketan. Menjalani puasa Ramadan hampir 13,5 jam tanpa memiliki kuota, rasanya azan magrib itu masih lama banget. Mau mencari wifi di warung kopi, ternyata takut dianggap tidak puasa Ramadan.

- Advertisement -

Beda kalau smartphone punya kuota internet, sampai-sampai azan magrib saja diabaikan demi konten suara bedug masjid. Sampai-sampai lapar tak terasa saking betahnya jari-jemarinya berselancar layar smartphone.

TikTok seakan menjadi platform media sosial (medsos) yang lagi tren selama Ramadan ini. Konten TikTok rerata juga tentang serba-serbi Ramadan. Terutama ragam menu-menu masakan untuk berbuka. Sampai-sampai yang sudah kecanduan, tak terasa lapar ketika melihat konten berisi masakan atau kuliner. Oh, menggiurkan!

Kenapa TikTok begitu menggoda? Iya karena saat ini banyak penggunanya. Hampir merata, anak muda, terutama siswa, tentu punya akun TikTok. Sampai emak-emak saja gandrung TikTok. Platform medsos berbasis video singkat ini menarik simpati penikmat gadget. Unik, konyol, singkat, dan menarik.

Tak heran, sampai-sampai sekarang TikTok jadi isu menghangat di Amerika Serikat (AS). Terutama setelah TikTok meresmikan 150 juta pengguna di AS. TikTok resmi dirilis September 2016 tersebut dianggap agen Tiongkok. Hingga akhirnya, CEO TikTok Shou Chew di depan Kongres AS memastikan ByteDance induk perusahaan mereka bukan agen Tiongkok. Sorotan lainnya, materi TikTok di AS ternyata beda dengan di Tiongkok. Di Tiongkok konten TikTok lebih edukatif.

Nah, gelombang TikTok ternyata juga menerjang Indonesia mulai 2017 lalu. Amerika menjadi pengguna teratas, menyusul Indonesia urutan kedua dengan jumlah pengguna sebanyak 109,90 juta (DataIndonesia.id). Tentu, jangan heran kalau sekarang banyak warga gandrung dengan konten TikTok.

Jangankan emak-emak, bupati, gubernur, sampai menteri saja sampai terjun buat tim bikin konten TikTok. Terutama politisi yang ngebet merebut suara via medsos, tentu kampanye via TikTok. Lebih pede ngecepres via TikTok, dibanding tatap muka. Lebih pede koar-koar via TikTok, dibanding seformal Podcast.

Radar Bojonegoro juga punya akun TikTok. Perusahaan koran ternama di Bojonegoro, Lamongan, dan Blora, ini memiliki akun TikTok dengan jumlah pengikutnya sebanyak 2,7 juta. Sudah centang hijau. Dengan pengikut 2,7 juta, tentu melebihi jumlah penduduk Bojonegoro sekitar 1,4 juta jiwa.

Nah, jangan-jangan seperti di AS, bisa-bisa Radar Bojonegoro bisa dipanggil di parlemen atau pemerintah gegara jumlah pengikutnya terbanyak di Bojonegoro tersebut. (*)

 

 

*KHORIJ ZAENAL ASRORI
Wartawan Radar Bojonegoro

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Lebih Suka Belajar Bersama

Terus Bersinergi dengan Media


/