30.7 C
Bojonegoro
Tuesday, June 6, 2023

Oleh: Usman Roin *

Harmonisme Puasa

- Advertisement -

PERBEDAAN-awal puasa antara pemerintah dan Muhammadiyah tidaklah perlu diperselisihkan. Bahkan kata Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, hal itu tidak perlu dipertentangkan atau dihadap-hadapkan, pada konferensi pers sidang isbat penetapan awal ramadan 1433 H.

 

Apa disampaikan Menag hakikatnya pesan sejuk keberagamaan. Jangan sampai karena perbedaan, masyarakat berkutat formalisme dasar pembenaran awal puasa. Saatnya, bagaimana Ramadan ini sukses menjadi entri poinnya, meluluskan predikat takwa baik individu maupun sosial.

 

Perlu diingat, Islam adalah agama rahmat bagi semesta (Al-Anbiya:107). Bukan sekadar lil muslimin, terhadap mereka non-muslim, kepada alam semesta, dan makhluk di dalamnya, dan kepada berbeda pandangan dalam tubuh Islam sebagaimana di atas, harus tetap berkasih sayang.

- Advertisement -

 

Menurut Profesor Umar Shihab (2017:2), perbedaan tidak boleh merusak rahmat. Justru perbedaan (ikhtilaf) harus dipahami dalam kacamata rahmat. Sehingga bisa mengayakan khazanah Islam dan menjadi pemersatu umat.

 

Niatan di atas, bagi penulis memiliki substansi penting menyemarakkan Ramadan berlipat ganjaran. Sebagaimana kita mafhum, berdasar hadis riwayat Imam Bukhari-Muslim, bila semua amal manusia adalah milik mereka kecuali puasa. Puasa itu milikku, Aku (Allah) akan membalasnya.

 

Jika demikian, substansi bagaimana mengisi bulan Ramadan lebih produktif, spiritualitas amaliah meningkat, hingga keinginan kuat menghindari hal-hal membatalkan dan mengurangi pahala. Itulah yang perlu dilakukan.

 

Agar Sukses

Keinginan menyukseskan ibadah puasa dan mengisi Ramadan pagi penulis bisa diperoleh dengan terlebih dahulu mengasah literasi berkaitan ibadah puasa.  Artinya, kiat praktis tuntunan puasa, serta ibadah apa saja bisa dioptimalkan kuantitas-kualitas selama Ramadan perlu ditelaah lagi.

 

Apalagi, telah banyak e-book saku amaliah Ramadan gratis beredar. Sebagai contoh, buku saku “Sukses Ibadah Ramadan” diterbitkan Aswaja NU Center PWNU Jatim kerja sama dengan Pengurus Pusat Lajnah Ta’lif Wan Nasyr (LTN PBNU).

 

Hal sama juga didapatkan dari website resmi nu.or.id (nuonline) atau muhammadiyah.or.id, serta rumpun portal web dan platform memiliki keakuratan literatur. Terlebih, di era teknologisasi informasi, dua portal penulis contohkan sangat mudah diakses di mana pun.

 

Di dalamnya kita akan mendapatkan kejelasan, kecepatan, keakuratan khazanah keilmuan Islam diperlukan menyukseskan laku amaliah selama bulan suci Ramadan.

 

Hasil amatan penulis, geliat menyukseskan Ramadan berwujud nyata di grassroot. Masjid-masjid di berbagai tingkatan, agung (kabupaten/kota), besar (kecamatan), dan jami (desa/kelurahan), dalam bidang imarah atau kegiatan memakmurkan masjid telah jauh-jauh hari menjadwal kajian Islam mandiri bertajuk buka bersama dengan narasumber variatif awal hingga akhir Ramadan.

 

Bahkan, penentuan siapa jadwal khatib hari raya, juga telah terpampang jelas menyambut hadirnya bulan suci Ramadan. Potret sama juga terlihat di musala, kampus, perkantoran, dan tempat yang serumpun.

 

Semangat di atas adalah bukti. Bila masyarakat sudah cerdas dengan perbedaan. Masyarakat sudah realistis terhadap substansi menyukseskan amaliah Ramadan, dalam terminologi Prof. Komaruddin Hidayat (2019:63), telah sampai pada level esoteris atau mementingkan bobot niat dan keikhlasan untuk melaksanakan ritual dan aktivitas sosial.

 

Jika demikian adanya, kehadiran Ramadan telah membumikan masyarakat berlomba-lomba meraih takwa. Lebih penting menafikan perdebatan ikhtilaf sebagai sebuah keniscayaan. Akhirnya, selamat menjalankan ibadah puasa dan meraih takwa Ramadan kali ini. Amin.

 

*) Dosen Unugiri Bojonegoro

PERBEDAAN-awal puasa antara pemerintah dan Muhammadiyah tidaklah perlu diperselisihkan. Bahkan kata Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, hal itu tidak perlu dipertentangkan atau dihadap-hadapkan, pada konferensi pers sidang isbat penetapan awal ramadan 1433 H.

 

Apa disampaikan Menag hakikatnya pesan sejuk keberagamaan. Jangan sampai karena perbedaan, masyarakat berkutat formalisme dasar pembenaran awal puasa. Saatnya, bagaimana Ramadan ini sukses menjadi entri poinnya, meluluskan predikat takwa baik individu maupun sosial.

 

Perlu diingat, Islam adalah agama rahmat bagi semesta (Al-Anbiya:107). Bukan sekadar lil muslimin, terhadap mereka non-muslim, kepada alam semesta, dan makhluk di dalamnya, dan kepada berbeda pandangan dalam tubuh Islam sebagaimana di atas, harus tetap berkasih sayang.

- Advertisement -

 

Menurut Profesor Umar Shihab (2017:2), perbedaan tidak boleh merusak rahmat. Justru perbedaan (ikhtilaf) harus dipahami dalam kacamata rahmat. Sehingga bisa mengayakan khazanah Islam dan menjadi pemersatu umat.

 

Niatan di atas, bagi penulis memiliki substansi penting menyemarakkan Ramadan berlipat ganjaran. Sebagaimana kita mafhum, berdasar hadis riwayat Imam Bukhari-Muslim, bila semua amal manusia adalah milik mereka kecuali puasa. Puasa itu milikku, Aku (Allah) akan membalasnya.

 

Jika demikian, substansi bagaimana mengisi bulan Ramadan lebih produktif, spiritualitas amaliah meningkat, hingga keinginan kuat menghindari hal-hal membatalkan dan mengurangi pahala. Itulah yang perlu dilakukan.

 

Agar Sukses

Keinginan menyukseskan ibadah puasa dan mengisi Ramadan pagi penulis bisa diperoleh dengan terlebih dahulu mengasah literasi berkaitan ibadah puasa.  Artinya, kiat praktis tuntunan puasa, serta ibadah apa saja bisa dioptimalkan kuantitas-kualitas selama Ramadan perlu ditelaah lagi.

 

Apalagi, telah banyak e-book saku amaliah Ramadan gratis beredar. Sebagai contoh, buku saku “Sukses Ibadah Ramadan” diterbitkan Aswaja NU Center PWNU Jatim kerja sama dengan Pengurus Pusat Lajnah Ta’lif Wan Nasyr (LTN PBNU).

 

Hal sama juga didapatkan dari website resmi nu.or.id (nuonline) atau muhammadiyah.or.id, serta rumpun portal web dan platform memiliki keakuratan literatur. Terlebih, di era teknologisasi informasi, dua portal penulis contohkan sangat mudah diakses di mana pun.

 

Di dalamnya kita akan mendapatkan kejelasan, kecepatan, keakuratan khazanah keilmuan Islam diperlukan menyukseskan laku amaliah selama bulan suci Ramadan.

 

Hasil amatan penulis, geliat menyukseskan Ramadan berwujud nyata di grassroot. Masjid-masjid di berbagai tingkatan, agung (kabupaten/kota), besar (kecamatan), dan jami (desa/kelurahan), dalam bidang imarah atau kegiatan memakmurkan masjid telah jauh-jauh hari menjadwal kajian Islam mandiri bertajuk buka bersama dengan narasumber variatif awal hingga akhir Ramadan.

 

Bahkan, penentuan siapa jadwal khatib hari raya, juga telah terpampang jelas menyambut hadirnya bulan suci Ramadan. Potret sama juga terlihat di musala, kampus, perkantoran, dan tempat yang serumpun.

 

Semangat di atas adalah bukti. Bila masyarakat sudah cerdas dengan perbedaan. Masyarakat sudah realistis terhadap substansi menyukseskan amaliah Ramadan, dalam terminologi Prof. Komaruddin Hidayat (2019:63), telah sampai pada level esoteris atau mementingkan bobot niat dan keikhlasan untuk melaksanakan ritual dan aktivitas sosial.

 

Jika demikian adanya, kehadiran Ramadan telah membumikan masyarakat berlomba-lomba meraih takwa. Lebih penting menafikan perdebatan ikhtilaf sebagai sebuah keniscayaan. Akhirnya, selamat menjalankan ibadah puasa dan meraih takwa Ramadan kali ini. Amin.

 

*) Dosen Unugiri Bojonegoro

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/