ABAD 21 dimulai ketika memasuki tahun 2000 hingga sekarang atau disebut istilah kerennya: era milenial. Era ini, perkembangan dan kemajuan informasi dan teknologi semakin canggih dan mengalami kemajuan.
Era milenial ini sejalan jalan cerita sebuah film kartun Doraemon mengatakan bahwa pada abad 21 akan terjadi perkembangan dan kemajuan teknologi dengan begitu luar biasa.
Figur santri adalah pandangan hidup tentang seluruh sistem kepercayaan dan keyakinan. Dikatakan bahwa santri sebagai manusia lahir batin. Istilah tersebut muncul karena santri percaya bahwa manusia terdiri dari dua dimensi tak terpisahkan, yakni dimensi lahir dan batin.
Dimensi lahir manusia mencakup aspek-aspek kehidupan bersifat indrawi, kasatmata, dan logis seperti daya intelektual, kemampuan, keterampilan, prestasi dan lain-lain.
Sedangkan dimensi batin mencakup hal-hal tidak kasat mata. Seperti moralitas dan spiritualitas. Filosofi seperti inilah kemudian memunculkan khittah sistem pendidikan pesantren memadukan dua dimensi manusia tersebut. Yaitu sistem tarbiyah berorientasi aspek batin dalam ranah moral spiritual, serta sistem ta’limiyah berorientasi aspek lahir dalam ranah skill intelektual.
Dewasa ini, perkembangan zaman semakin pesat, seorang santri haruslah bisa beradaptasi dan melakukan perubahan. Santri dituntut memiliki intelektualitas luas, bisa menggabungkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Era sekarang tantangan santri sangat berbeda terhadap kemajuan zaman dan perkembangan globalisasi. Disamping menekuni kajian keagamaan yang kental, santri mengimbanginya kemampuan intelektual.
Kini, santri dihadapkan era milenial. Bahkan lebih dari itu, dunia memasuki babak baru dihuni generasi post milenial. Generasi hidup kemajuan informasi dan teknologi ini tentu saja memiliki pola hidup berbeda generasi sebelumnya.
Perubahan besar-besaran terjadi di berbagai aspek kehidupan. Tak terkecuali dunia pendidikan. Dalam hal ini pesantren akan mengalami tantangan baru bisa tetap berdiri di tengah-tengah generasi milenial.
Santri generasi milenial mempunyai tantangan menyambut revolusi industri 4.0. Era revolusi industri keempat sebenarnya sudah mulai ditapaki ditandai digitalisasi kurang lebih pada tahun 2000.
Salah satu digitalisasi tersebut adalah artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan semakin berkembang. Bukan industri, AI dikembangkan mempermudah kehidupan manusia. Selain AI, terdapat teknologi lain menjadi penopang industri 4.0 yakni internet of things, human machine interface, teknologi robotik dan sensor.
Teknologi tersebut menjadi tanda bahwa di era ini, aspek-aspek kehidupan memasuki dunia virtual, efek dari penerapannya efisiensi produksi dan terjadi peningkatan produktivitas serta daya saing. Layaknya koin memiliki dua sisi, revolusi industri 4.0 tak hanya membawa keuntungan bagi sektor industri, juga menjadi tantangan baru.
Dunia memasuki era revolusi 4.0 tampaknya bukan lagi isapan jempol belaka, santri haruslah mampu dan terbuka menghadapi tantangan kemajuan teknologi era revolusi industri 4.0 ini. Lantas bagaimana kita bisa bertahan dan beradaptasi era revolusi industri 4.0 ini?
Tentu ada formula khusus guna menghadapi revolusi industri 4.0 ini. Formula dengan istilah 21st Century Skill yang bermuatan 4C 1H, yaitu critical thinking, creativity, collaboration, communication and hold fast to the creed. Critical thinking, santri haruslah berpikir kritis melihat dunia luar. Ilmu harus digali secara lebih luas dan mendalam. Bisa memahami problem rumit serta mengoneksikan berbagai informasi sehingga memunculkan sebuah gagasan dan solusi.
Creativity, kreativitas harus ditunjukkan membuat terobosan dan menemukan sesuatu baru. Kreativitas membuat santri memiliki daya saing dalam bidang industri. Collaboration, santri perlu kolaborasi menggali pengalaman orang lain memiliki latar belakang dan sudut pandang berbeda. Nantinya, santri menerima feedback serta bertukar pikiran dan belajar dari orang lain.
Communication, santri dituntut memiliki retorika komunikasi andal. Keterampilan komunikasi sangatlah penting. Dan yang terakhir adalah Hold Fast to the Creed atau berpegang teguh akidah. Akidah sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, yaitu ahlu sunnah wal jama’ah.
Itulah senjata menghadapi revolusi industri 4.0, dengan menerapkan formula 4C IH ini, santri memiliki kemampuan mumpuni bersaing. Santri mengantisipasi perubahan cepat serta membentengi diri menggunakan teknologi dengan sebaik-baiknya. (*)
*ABDUL KHAMID
Rektor Institut Agama Islam (IAI) Al-Fatimah Bojonegoro