- Advertisement -
TUBAN – Tanpa generasi penerus, ampo, makanan khas Tuban terancam punah. Tak ingin hanya menjadi bagian dari sejarah, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Tuban mengambil langkah penyelamatan. Pasca diberitakan Jawa Pos Radar Tuban, Senin (28/5), diskopindag mengagendakan mem-viralkan makanan berbahan tanah liat tersebut.
Kepala Diskopindag Tuban Agus Wijaya mengatakan, berdasar pantauannya, sementara ini Sarpik, 36, merupakan satu-satunya produsen ampo yang masih bertahan. Wanita asal Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding ini menggantungkan hidup dari membuat ampo.
Mantan kabag humas dan protokol setda ini menyayangkan jika ampo sampai punah. Karena itu, dia berjanji kembali mempopulerkan ampo. Salah satunya dengan mengundang Sarpik ke berbagai pameran makanan di dalam maupun luar kota Tuban. Dalam pameran tersebut rencananya, Sarpik juga diminta mempraktikkan cara membuat ampo. ‘’Akan kami kaji kemungkinan membuat kemasan plastik agar ampo lebih menarik,’’ katanya.
Agus menilai ampo cukup potensial dikomersilkan sebagai produk asli Bumi Wali. Terlebih, di berbagai kota, kata dia, banyak orang yang sudah tahu ampo dengan berbagai manfaatnya. Sehingga, hanya perlu branding ulang. ‘’Ampo harus dilestarikan karena cukup dikenal dan dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit,’’ ujar dia.
Dalam waktu dekat, Agus juga mengagendakan untuk turun langsung ke lapangan untuk mengecek pembuatan ampo di rumah Sarpik. Setelah itu, dia menawarkan produsen tersebut untuk diberdayakan dan re-branding.
TUBAN – Tanpa generasi penerus, ampo, makanan khas Tuban terancam punah. Tak ingin hanya menjadi bagian dari sejarah, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Tuban mengambil langkah penyelamatan. Pasca diberitakan Jawa Pos Radar Tuban, Senin (28/5), diskopindag mengagendakan mem-viralkan makanan berbahan tanah liat tersebut.
Kepala Diskopindag Tuban Agus Wijaya mengatakan, berdasar pantauannya, sementara ini Sarpik, 36, merupakan satu-satunya produsen ampo yang masih bertahan. Wanita asal Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding ini menggantungkan hidup dari membuat ampo.
Mantan kabag humas dan protokol setda ini menyayangkan jika ampo sampai punah. Karena itu, dia berjanji kembali mempopulerkan ampo. Salah satunya dengan mengundang Sarpik ke berbagai pameran makanan di dalam maupun luar kota Tuban. Dalam pameran tersebut rencananya, Sarpik juga diminta mempraktikkan cara membuat ampo. ‘’Akan kami kaji kemungkinan membuat kemasan plastik agar ampo lebih menarik,’’ katanya.
Agus menilai ampo cukup potensial dikomersilkan sebagai produk asli Bumi Wali. Terlebih, di berbagai kota, kata dia, banyak orang yang sudah tahu ampo dengan berbagai manfaatnya. Sehingga, hanya perlu branding ulang. ‘’Ampo harus dilestarikan karena cukup dikenal dan dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit,’’ ujar dia.
Dalam waktu dekat, Agus juga mengagendakan untuk turun langsung ke lapangan untuk mengecek pembuatan ampo di rumah Sarpik. Setelah itu, dia menawarkan produsen tersebut untuk diberdayakan dan re-branding.