31.2 C
Bojonegoro
Wednesday, June 7, 2023

Keliling 16 Negara Kampanyekan Pengurangan Sampah Plastik

- Advertisement -

KEPEDULIANNYA terhadap sampah membuat Ranitya Nurlita dikenal sebagai aktivis lingkungan. Setelah gebrakan ASEAN Reusable Bag Campaign, kini dia fokus membangun jaringan bernama WasteHub.

Usianya baru genap 28 tahun pada Agustus lalu. Masih muda. Namun, perempuan bernama Ranitya Nurlita itu sudah melanglang buana keliling dunia membawa nama Indonesia. Tepatnya 16 negara telah ia kunjungi atas keaktifannya dalam dunia lingkungan dan sampah. Sejak 2013 tak lelah kampanye lingkungan.

Alumni mahasiswi fakultas perikanan dan ilmu kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) 2017 itu mengatakan bahwa keliling dunia itu mudah. Bahkan sangat mudah apabila mau berusaha lebih keras. Banyak kesempatan terbuka lebar. Sejak 2013 aktif mengikuti pertukaran pelajar maupun konferensi pemuda di berbagai negara.

Bahkan, pada 2014 hingga sekarang ia menggerakkan sebuah kampanye berskala ASEAN. Yakni, ASEAN Reusable Bag Campaign. Ia menceritakan awal mula ke luar negeri pada 2013 saat megikuti konferensi seputar perubahan iklim di Bangladesh. Kemudian 2014, ia juga sempat ke India, Amerika Serikat, dan Jepang, mengikuti konferensi seputar pengelolaan sampah.

“Pas 2015 ke Filipina bahas seputar illegal wildlife. Juga ke Kamboja, Turki, Malaysia, Hongkong, Cina. Terus pas 2016 ke Azerbaijan, Vietnam, Singapura, dan Jepang. Lalu 2017 ke Thailand dan 2018 ke Myanmar,” katanya melalui sambungan seluler, Jumat lalu (27/10).

- Advertisement -

Sebelumnya, Jawa Pos Radar Bojonegoro berencana ingin bertemu tatap muka dengan perempuan akrab disapa Lita tersebut. Kebetulan, dia sedang di Bojonegoro, Minggu (27/10) lalu. Namun, ternyata waktunya tak banyak, ia sudah buru-buru hendak kembali ke Jakarta.

Perempuan asal Kelurahan Mojokampung, Kecamatan Kota, itu bisa dibilang produktivitasnya tinggi. Sering sibuk. Jadwalnya padat. Seperti, pekan lalu baru saja pulang dari Tiongkok menghadiri acara The 5th China College Student “Internet Plus” Innovation and Entrepreneurship Competition.

Lita bersyukur bersama timnya WasteHub mendapat posisi 21 dari 60 besar internasional. Malam penghargaannya pada 16 Oktober 2019 di Zhejiang University, WasteHub mendapatkan posisi medali perak.

“WasteHub itu Waste Solution Hub yang merupakan perusahaan inovasi sosial berfokus pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban. Pendekatannya sistem teknologi terintegrasi,” katanya.

Lita tak sendirian membangun WasteHub. Ia dibantu Muhammad Yusuf di bidang pengembangan bisnis, Arsad Aji Anto di bidang IT, dan Siti Salamah di bidang program. Lita sendiri sebagai orang yang mengurus kerja sama dengan pihak eksternal.

Impian ini sebenarnya sudah terbesit sejak 2014 lalu usai mampir ke Amerika Serikat. “Di Amerika Serikat itu ada yang namanya eco-cycle. Karena itu dari dulu saya ingin mengadopsi sistemnya diterapkan di Indonesia,” kata alumni siswi SMAN 1 Bojonegoro 2010 itu.

Setelah menerima penghargaan dari Tiongkok, Lita bersama timnya mendapatkan pelatihan sekitar tiga minggu, yakni 31 Oktober hingga 18 November 2019 di Spanyol. Karena itu, salah satu alasan utama ia buru-buru ke Jakarta karena ingin segera menyelesaikan proses pembuatan visa ke Spanyol.

Sebab, kata dia, visanya sempat ditolak oleh pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Spanyol. “Entah ditolaknya karena apa. Sepertinya sudah lengkap semua berkas-berkasnya, tapi ya gimana lagi harus diurus lagi ke kedubes biar cepat kelar. Karena saya juga sudah beli tiket berangkat,” terang anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Cahya Lukito dan Retya Firnawati.

Kini, dia sering diundang menjadi pembicara di kampus-kampus. Bahkan, Lita sempat muncul di salah satu program televisi swasta nasional Q&A. Kiprahnya di dunia lingkungan tak perlu diragukan. Ia selalu menyemangati anak-anak muda membentangkan cita-cita tanpa ragu. Lita sering menyarankan kepada orang sekitarnya tentang sebuah situs yang banyak menawarkan kesempatan belajar ke luar negeri.

“Situsnya itu youthop.com, di situs itu ada banyak sekali tawaran beasiswa, konferensi, pertukaran pelajar, magang, dan sebagainya. Jadi enggak ada alasan lagi kalau mau berusaha,” tuturnya.

KEPEDULIANNYA terhadap sampah membuat Ranitya Nurlita dikenal sebagai aktivis lingkungan. Setelah gebrakan ASEAN Reusable Bag Campaign, kini dia fokus membangun jaringan bernama WasteHub.

Usianya baru genap 28 tahun pada Agustus lalu. Masih muda. Namun, perempuan bernama Ranitya Nurlita itu sudah melanglang buana keliling dunia membawa nama Indonesia. Tepatnya 16 negara telah ia kunjungi atas keaktifannya dalam dunia lingkungan dan sampah. Sejak 2013 tak lelah kampanye lingkungan.

Alumni mahasiswi fakultas perikanan dan ilmu kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) 2017 itu mengatakan bahwa keliling dunia itu mudah. Bahkan sangat mudah apabila mau berusaha lebih keras. Banyak kesempatan terbuka lebar. Sejak 2013 aktif mengikuti pertukaran pelajar maupun konferensi pemuda di berbagai negara.

Bahkan, pada 2014 hingga sekarang ia menggerakkan sebuah kampanye berskala ASEAN. Yakni, ASEAN Reusable Bag Campaign. Ia menceritakan awal mula ke luar negeri pada 2013 saat megikuti konferensi seputar perubahan iklim di Bangladesh. Kemudian 2014, ia juga sempat ke India, Amerika Serikat, dan Jepang, mengikuti konferensi seputar pengelolaan sampah.

“Pas 2015 ke Filipina bahas seputar illegal wildlife. Juga ke Kamboja, Turki, Malaysia, Hongkong, Cina. Terus pas 2016 ke Azerbaijan, Vietnam, Singapura, dan Jepang. Lalu 2017 ke Thailand dan 2018 ke Myanmar,” katanya melalui sambungan seluler, Jumat lalu (27/10).

- Advertisement -

Sebelumnya, Jawa Pos Radar Bojonegoro berencana ingin bertemu tatap muka dengan perempuan akrab disapa Lita tersebut. Kebetulan, dia sedang di Bojonegoro, Minggu (27/10) lalu. Namun, ternyata waktunya tak banyak, ia sudah buru-buru hendak kembali ke Jakarta.

Perempuan asal Kelurahan Mojokampung, Kecamatan Kota, itu bisa dibilang produktivitasnya tinggi. Sering sibuk. Jadwalnya padat. Seperti, pekan lalu baru saja pulang dari Tiongkok menghadiri acara The 5th China College Student “Internet Plus” Innovation and Entrepreneurship Competition.

Lita bersyukur bersama timnya WasteHub mendapat posisi 21 dari 60 besar internasional. Malam penghargaannya pada 16 Oktober 2019 di Zhejiang University, WasteHub mendapatkan posisi medali perak.

“WasteHub itu Waste Solution Hub yang merupakan perusahaan inovasi sosial berfokus pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban. Pendekatannya sistem teknologi terintegrasi,” katanya.

Lita tak sendirian membangun WasteHub. Ia dibantu Muhammad Yusuf di bidang pengembangan bisnis, Arsad Aji Anto di bidang IT, dan Siti Salamah di bidang program. Lita sendiri sebagai orang yang mengurus kerja sama dengan pihak eksternal.

Impian ini sebenarnya sudah terbesit sejak 2014 lalu usai mampir ke Amerika Serikat. “Di Amerika Serikat itu ada yang namanya eco-cycle. Karena itu dari dulu saya ingin mengadopsi sistemnya diterapkan di Indonesia,” kata alumni siswi SMAN 1 Bojonegoro 2010 itu.

Setelah menerima penghargaan dari Tiongkok, Lita bersama timnya mendapatkan pelatihan sekitar tiga minggu, yakni 31 Oktober hingga 18 November 2019 di Spanyol. Karena itu, salah satu alasan utama ia buru-buru ke Jakarta karena ingin segera menyelesaikan proses pembuatan visa ke Spanyol.

Sebab, kata dia, visanya sempat ditolak oleh pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Spanyol. “Entah ditolaknya karena apa. Sepertinya sudah lengkap semua berkas-berkasnya, tapi ya gimana lagi harus diurus lagi ke kedubes biar cepat kelar. Karena saya juga sudah beli tiket berangkat,” terang anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Cahya Lukito dan Retya Firnawati.

Kini, dia sering diundang menjadi pembicara di kampus-kampus. Bahkan, Lita sempat muncul di salah satu program televisi swasta nasional Q&A. Kiprahnya di dunia lingkungan tak perlu diragukan. Ia selalu menyemangati anak-anak muda membentangkan cita-cita tanpa ragu. Lita sering menyarankan kepada orang sekitarnya tentang sebuah situs yang banyak menawarkan kesempatan belajar ke luar negeri.

“Situsnya itu youthop.com, di situs itu ada banyak sekali tawaran beasiswa, konferensi, pertukaran pelajar, magang, dan sebagainya. Jadi enggak ada alasan lagi kalau mau berusaha,” tuturnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/