BLORA – Pelaksanaan Festival Kelor Blora 2018 yang resmi dibuka oleh Wakil Bupati Arief Rohman di Puri Kelorina, Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, pada hari Jumat (27/7). Diharapkan festival ini bisa menginspirasi dunia. Sebab, di pameran itu ada berbagai macam aneka produk olahan kelor terbaik di dunia.
Ratusan keloris atau pengolah tanaman kelor yang tersebar di seluruh pelosok nusantara datang dalam acara ini dan memamerkan seluruh hasil inovasi mereka. Jika dahulu mereka ke Puri Kelorina untuk belajar mengolah tanaman kelor, kini mereka kembali lagi menunjukkan hasil inovasinya untuk mengikuti festival.
Beberapa jenis olahan kelor yang dipamerkan adalah teh kelor, minyak kelor, tepung kelor, kosmetik berbahan dasar tepung kelor, serta berbagai jenis olahan makanan berbahan dasar kelor seperti mi ayam kelor, moringa shake jahe secang, kue kelor, cokelat kelor, hingga kapsul kelor yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh.
Ai Dudi Krisnadi selaku owner PT. Moringa Indonesia dan pemilik Puri Kelorina Desa Ngawenombo yang memprakarsai pelaksanaan festival mengatakan, bahwa kegiatan ini tidak hanya sekadar pameran produk olahan tanaman kelor saja.
“Selama festival hingga 31 Juli nanti sejumlah kegiatan akan dilaksanakan. Di antaranya Demo cara pembuatan makanan dan minuman dari tanaman kelor, Demo membuat kosmetik dari minyak biji kelor, Temu Usaha Keloris Nusantara, Seminar Moringa in Advance “Khasiat dan Manfaat Kelor”, Seminar Bisnis Kelor, serta Kunjungan ke Kebun Kelor Organik, hingga melihat pengolahannya. Silakan datang,” ucapnya di sela pembukaan festival.
Menurut Kang Dudi panggilan akrabnya, salah satu latar belakang pengembangan tanaman kelor olehnya adalah gizi buruk. Di mana di Indonesia masih banyak anak-anak yang mengalami kekurangan gizi untuk tumbuh kembangnya. Padahal 2030 nanti Indonesia mengalami bonus demografi.
“Agar generasi Indonesia bisa tumbuh sehat dan pintar, kami kenalkan pada tanaman kelor ini. Kami ingin berawal dari Blora ini, dunia akan tahu begitu besarnya khasiat kelor. Karena ini merupakan festival produk kelorina tingkat nasional yang pertama di Indonesia,” lanjut Kang Dudi.
Dia mengungkapkan, sudah banyak pengunjung dari mancanegara yang datang ke Puri Kelorina miliknya untuk belajar menanam dan mengolah tanaman kelor. Dirinya juga mengekspor tepung kelor ke berbagai negara di Timur Tengah dan Eropa. Bahkan pernah ditawari menjadi keloris di Malaysia, namun ia menolaknya dan memilih Blora sebagai tempat tinggalnya.
Wakil Bupati Blora dalam sambutannya ketika membuka festival, mengaku senang dan bangga atas terselenggaranya acara ini. Menurutnya, ini merupakan gebrakan luar biasa di Kabupaten Blora yang selama ini hanya terkenal dengan jatinya. Ia berharap ke depan kelor bisa menjadi salah satu ikon Blora yang mendunia.
“Kami mewakili Bapak Bupati sangat mengapresiasi terselenggaranya Festival Kelor 2018 ini. Terima kasih kepada Pak Dudi yang sudah mewujudkan mimpi besarnya mengharumkan nama Blora melalui tanaman kelor. Dari beliau ini sudah lahir banyak keloris yang kini menyebar di Indonesia bahkan dunia,” ujarnya.
Desa Ngawenombo yang dahulu tertinggal dan letaknya pelosok, kini juga sudah berkembang. Banyak masyarakat bekerja dan berkecimpung di dunia perkeloran.
“Akses jalan menuju Puri Kelorina sudah kita bangun sehingga seluruh tamu dari berbagai penjuru bisa datang dengan nyaman. Tolong nanti Pak Camat bisa mengusahakan pemasangan plang penunjuk arah agar lebih banyak lagi yang tahu kalau di Desa Ngawenombo ini ada Puri Kelorina,” sambungnya.
Berawal dari festival ini, menurut Wakil Bupati, ke depan produk-produk kelor yang dihasilkan di Blora patut untuk dipamerkan ke berbagai ajang expo di kota-kota besar Indonesia.
“Agar produk kelor Blora bisa dikenal luas, nanti Pak Dudi kita ajak keliling mengikuti pameran,” pungkasnya. (advetorial)