30.3 C
Bojonegoro
Sunday, April 2, 2023

Duh, Anak Muda Dominan Sakit Gigi Berlubang, Ini Penyebabnya

- Advertisement -

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Usai Lebaran, tentu banyak hidangan makanan, kudapan, camilan, hingga minuman yang menggiurkan. Nah, apapun makanan yang dimakan pasti ada sisa yang terselip di gigi atau biasa disebut selilitan. 

Itulah duka para pemilik gigi berlubang. Perlu berkumur atau pakai tusuk gigi untuk mengeluarkan sisa makanan itu. Karena selilitan bukan hanya di sela-sela antargigi, tapi terselip di dalam gigi berlubang. 

Seperti dialami Bagus Arya. Siswa kelas dua SMA itu dua gigi gerahamnya sisi kanan dan kiri sudah berlubang. Pemuda asal Desa Sumbertlaseh, Kecamatan Dander, itu mengaku rutin sikat gigi setiap mandi pagi dan sore. 

Dia merasa sudah merawat giginya. Tapi, ternyata giginya tetap berlubang. Untungnya, meski berlubang, ia mengaku belum pernah merasakan sakit gigi seperti nyeri. 

Tetapi apabila ia mengonsumsi makanan atau minuman dingin terkadang terasa ngilu. Ia pun belum pernah pergi periksa ke dokter gigi. Karena menurutnya, belum perlu. Ia akan ke dokter gigi kalau sudah merasakan sakit gigi atau mungkin ketika ingin mencabut giginya.

- Advertisement -

“Belum kepikiran ke dokter gigi. Semoga enggak ada yang berlubang lagi,” ujar pemuda 17 tahun itu.

Hal senada diungkapkan Agung Prayoga. Pria berusia 50 tahun itu mengaku giginya sudah berlubang sejak SMA. Namun, ia menganggap itu normal. Tetapi setelah di usia sekitar 25 tahun, ia mulai sering pergi ke dokter gigi. Biasanya dia menambal gigi-giginya yang berlubang, cabut gigi, atau membersihkan karang gigi. 

Dia akhirnya baru tahu bahwa jadwal sikat gigi yang ia jalani sejak kecil hingga remaja salah. Dia diberitahu oleh dokter giginya bahwa sikat gigi yang tepat itu ketika usai sarapan pagi dan sebelum tidur malam. 

Bukan sikat gigi setiap mandi pagi dan sore. Sehingga, pria asal Kelurahan Sumbang itu tak ingin anak-anaknya juga salah kaprah. “Sejak saat itulah saya berikan pemahaman kepada kedua anak saya agar sikat gigi usai sarapan pagi dan sebelum tidur malam,” terangnya. 

Selain itu, ia mengaku beberapa giginya sudah copot atau dicabut itu diganti dengan gigi palsu. Beberapa jenis makanan yang bertekstur keras dan alot pasti ia hindari. Siksaan tersendiri baginya karena tidak bisa leluasa menikmati aneka jenis makanan.

Tren anak muda sakit gigi berlubang menjadi fakta kekinian milenial.  Jawa Pos Radar Bojonegoro telah menyebar kuesioner terkait kesehatan gigi sejak 20-25 Mei dengan total 50 responden usia 15-50 tahun. Penyebaran kuesioner paling banyak disebar via WhatsApp dan beberapa pengunjung salah satu warung kopi di Kelurahan Sumbang. 

Hasil kuesioner diketahui, 98 persen responden mengaku giginya berlubang. Dan hanya 2 persen yang belum sakit gigi. Juga, hanya 2 persen dari total 50 responden yang enam bulan sekali ke dokter gigi. Sedangkan yang jarang ke dokter gigi 82 persen. Ke dokter gigi hanya ketika sakit gigi 6 persen, dan ada 10 persen responden belum pernah sama sekali ke dokter gigi.

Kemudian, 88 persen responden mengaku giginya sudah berlubang sejak usia 13-17 tahun. 6 persen sejak usia 6-12 tahun, 4 persen sejak usia 18-25 tahun, dan 2 persen sejak usia 25 tahun ke atas. 

Adapun dari hasil kuesioner membuktikan mayoritas masyarakat masih salah dalam menentukan jadwal sikat gigi. 96 persen responden sikat gigi ketika mandi pagi dan sore. Serta, 4 persen sikat gigi ketika usai sarapan pagi dan sebelum tidur malam. 

Sementara itu, kebiasaan mengganti sikat gigi juga masih banyak yang abai. Padahal idealnya sebulan hingga dua bulan sekali sikat gigi diganti. Hasil kuesionernya 26 persen responden mengganti sikat gigi tiap tiga bulan sekali. 8 persen responden mengganti tiap dua bulan sekali, dan 2 persen responden mengganti tiap sebulan sekali. Dan 64 persen mengganti sikat gigi ketika sikat sudah rusak.

Edukasi Kesehatan Gigi Masih Rendah

  • Kesadaran masyarakat merawat gigi dan mulut ke dokter gigi masih rendah
  • Gigi berlubang banyak diderita para remaja
  • Kebiasaan cabut gigi mulai berkurang, masyarakat lebih memilih menambal gigi
  • Banyak masyarakat salah menentukan jadwal sikat gigi
  • Jadwal sikat gigi yang benar saat usai makan pagi dan sebelum tidur malam
  • Peran orang tua penting untuk mengedukasi anak tentang kesehatan gigi dan mulut

Proporsi Masalah Gigi se-Jawa Timur (Sumber: Riskesdas 2018)

  • Gigi rusak/ berlubang/ sakit: 42,4 persen
  • Gigi hilang karena dicabut/ tanggal sendiri: 18 persen
  • Gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang: 3,8 persen
  • Gigi goyah: 8,5 persen

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Usai Lebaran, tentu banyak hidangan makanan, kudapan, camilan, hingga minuman yang menggiurkan. Nah, apapun makanan yang dimakan pasti ada sisa yang terselip di gigi atau biasa disebut selilitan. 

Itulah duka para pemilik gigi berlubang. Perlu berkumur atau pakai tusuk gigi untuk mengeluarkan sisa makanan itu. Karena selilitan bukan hanya di sela-sela antargigi, tapi terselip di dalam gigi berlubang. 

Seperti dialami Bagus Arya. Siswa kelas dua SMA itu dua gigi gerahamnya sisi kanan dan kiri sudah berlubang. Pemuda asal Desa Sumbertlaseh, Kecamatan Dander, itu mengaku rutin sikat gigi setiap mandi pagi dan sore. 

Dia merasa sudah merawat giginya. Tapi, ternyata giginya tetap berlubang. Untungnya, meski berlubang, ia mengaku belum pernah merasakan sakit gigi seperti nyeri. 

Tetapi apabila ia mengonsumsi makanan atau minuman dingin terkadang terasa ngilu. Ia pun belum pernah pergi periksa ke dokter gigi. Karena menurutnya, belum perlu. Ia akan ke dokter gigi kalau sudah merasakan sakit gigi atau mungkin ketika ingin mencabut giginya.

- Advertisement -

“Belum kepikiran ke dokter gigi. Semoga enggak ada yang berlubang lagi,” ujar pemuda 17 tahun itu.

Hal senada diungkapkan Agung Prayoga. Pria berusia 50 tahun itu mengaku giginya sudah berlubang sejak SMA. Namun, ia menganggap itu normal. Tetapi setelah di usia sekitar 25 tahun, ia mulai sering pergi ke dokter gigi. Biasanya dia menambal gigi-giginya yang berlubang, cabut gigi, atau membersihkan karang gigi. 

Dia akhirnya baru tahu bahwa jadwal sikat gigi yang ia jalani sejak kecil hingga remaja salah. Dia diberitahu oleh dokter giginya bahwa sikat gigi yang tepat itu ketika usai sarapan pagi dan sebelum tidur malam. 

Bukan sikat gigi setiap mandi pagi dan sore. Sehingga, pria asal Kelurahan Sumbang itu tak ingin anak-anaknya juga salah kaprah. “Sejak saat itulah saya berikan pemahaman kepada kedua anak saya agar sikat gigi usai sarapan pagi dan sebelum tidur malam,” terangnya. 

Selain itu, ia mengaku beberapa giginya sudah copot atau dicabut itu diganti dengan gigi palsu. Beberapa jenis makanan yang bertekstur keras dan alot pasti ia hindari. Siksaan tersendiri baginya karena tidak bisa leluasa menikmati aneka jenis makanan.

Tren anak muda sakit gigi berlubang menjadi fakta kekinian milenial.  Jawa Pos Radar Bojonegoro telah menyebar kuesioner terkait kesehatan gigi sejak 20-25 Mei dengan total 50 responden usia 15-50 tahun. Penyebaran kuesioner paling banyak disebar via WhatsApp dan beberapa pengunjung salah satu warung kopi di Kelurahan Sumbang. 

Hasil kuesioner diketahui, 98 persen responden mengaku giginya berlubang. Dan hanya 2 persen yang belum sakit gigi. Juga, hanya 2 persen dari total 50 responden yang enam bulan sekali ke dokter gigi. Sedangkan yang jarang ke dokter gigi 82 persen. Ke dokter gigi hanya ketika sakit gigi 6 persen, dan ada 10 persen responden belum pernah sama sekali ke dokter gigi.

Kemudian, 88 persen responden mengaku giginya sudah berlubang sejak usia 13-17 tahun. 6 persen sejak usia 6-12 tahun, 4 persen sejak usia 18-25 tahun, dan 2 persen sejak usia 25 tahun ke atas. 

Adapun dari hasil kuesioner membuktikan mayoritas masyarakat masih salah dalam menentukan jadwal sikat gigi. 96 persen responden sikat gigi ketika mandi pagi dan sore. Serta, 4 persen sikat gigi ketika usai sarapan pagi dan sebelum tidur malam. 

Sementara itu, kebiasaan mengganti sikat gigi juga masih banyak yang abai. Padahal idealnya sebulan hingga dua bulan sekali sikat gigi diganti. Hasil kuesionernya 26 persen responden mengganti sikat gigi tiap tiga bulan sekali. 8 persen responden mengganti tiap dua bulan sekali, dan 2 persen responden mengganti tiap sebulan sekali. Dan 64 persen mengganti sikat gigi ketika sikat sudah rusak.

Edukasi Kesehatan Gigi Masih Rendah

  • Kesadaran masyarakat merawat gigi dan mulut ke dokter gigi masih rendah
  • Gigi berlubang banyak diderita para remaja
  • Kebiasaan cabut gigi mulai berkurang, masyarakat lebih memilih menambal gigi
  • Banyak masyarakat salah menentukan jadwal sikat gigi
  • Jadwal sikat gigi yang benar saat usai makan pagi dan sebelum tidur malam
  • Peran orang tua penting untuk mengedukasi anak tentang kesehatan gigi dan mulut

Proporsi Masalah Gigi se-Jawa Timur (Sumber: Riskesdas 2018)

  • Gigi rusak/ berlubang/ sakit: 42,4 persen
  • Gigi hilang karena dicabut/ tanggal sendiri: 18 persen
  • Gigi telah ditambal atau ditumpat karena berlubang: 3,8 persen
  • Gigi goyah: 8,5 persen

Artikel Terkait

Most Read

Minta Diajari Bikin Nasi Goreng

Proyek RPHU Sisa Empat Hari

BBM dan Generasi Suka Move On

Artikel Terbaru

Tetap Latihan Selama Bulan Puasa

Cari Inspirasi dari Traveling

Coba Bikin Ramen


/