PACIRAN – Tujuh puluh lima mantan narapidana terorisme (napiter) dilatih belajar menulis dengan mengamati suatu kejadian. Mereka awalnya tidak tahu bila petugas kepolisian yang datang ke tempat pelatihan jurnalistik di Kecamatan Paciran, hanya sebuah skenario pembelajaran.
‘’Ini bagian dari simulasi yang bisa digunakan untuk praktik menulis,’’ tutur Ali Fauzi, ketua Yayasan Lingkar Perdamaian. KBO Intel Polres Lamongan, Ipda Aris, kemarin datang bersama empat anak buahnya ingin membubarkan acara. ‘’Karena acara ini tidak mengantongi izin, mohon dihentikan,’’ tegas Aris kepada moderator acara Yoyok Edy Sucahyo.
Namun, Yoyok ngotot bahwa acara tersebut ada pemberitahuannya ke polisi. ‘’Narasumber jangan melanjutkan materi karena ini belum ada izinnya,’’ ulang Aris.
Adu mulut terjadi. Saiful Aris, mantan napiter baku tembak di Poso Sulawesi Tengah, berdiri. Pria yang kaki kanannya diamputasi akibat tertembak tiga butir peluru maju ke panggung dan lantang mengucapkan takbir. Dia juga mendorong seorang anggota polisi, Brigadir Angga.
Ketika suasana memanas, Ali Fauzi datang. Dia memastikan sudah mengajukan pemberitahuan. Aris dan Ali Fauzi kemudian adu mulut. Namun, tiba-tiba Ali Fauzi berbalik badan menghadap ke peserta. Sambil tersenyum, dia berkata bahwa kejadian baru saja hanya sebagai simulasi penulisan.
Simulasi tersebut untuk data naskah tulisan yang dipraktikan seluruh mantan napiter. Hasilnya beragam. Pelatihan jurnalistik tersebut menghadirkan empat narasumber. Salah satunya, General Manager (GM) Jawa Pos Radar Lamongan, Imron Rodisi.