BOJONEGORO – Premium hilang di pasaran. Ini setelah bahan bakar minyak (BBM) tersebut tidak lagi dijual di Bojonegoro. Dari 22 SPBU di Bojonegoro, tidak ada satu pun yang menjual premium. Plt Kepala Dinas Perdagangan dan Pasar (Disdag) Bojonegoro Agus Hariyana mengatakan, tidak adanya premium terjadi sejak Februari lalu. Sebelumnya, masih ada satu atau dua SPBU menyediakan BBM jenis tersebut. “Namun, Februari lalu sudah resmi tidak ada yang menjual premium,” katanya minggu (27/5).
Agus menjelaskan, tidak dijualnya premium bukan karena disengaja. Namun, BBM jenis tersebut tidak lagi diminati masyarakat. Sehingga, pengusaha SPBU lebih memilih menjual pertalite. Sebab, harga pertalite dan premium tidak terpaut jauh. “Oktannya juga lebih tinggi pertalite,” jelasnya.
Menurut Agus, idealnya SPBU menyediakan semua jenis BBM. Sebab, premium merupakan jenis BBM masih diproduksi Pertamina. Namun, jika permintaan premium tidak begitu tinggi, pengusaha SPBU bisa memilih tidak menjualnya.
Tidak hanya di Bojonegoro, di sejumlah daerah juga terjadi hal yang sama. Meskipun tidak semua daerah, namun banyak yang tidak lagi menjual premium. Sejak dua tahun lalu, premium bukan lagi BBM bersubsidi.
Sehingga, bisa dibeli siapa saja. Pasokannya tidak diawasi khusus oleh pemerintah. Saat ini hanya satu jenis BBM disubsidi oleh pemerintah, yaitu solar. “Kalau bersubsidi itu diatur kuota dan pasokannya. Kalau nonsubsidi kuotanya bebas,” jelasnya.
Agus mengklaim tidak adanya keluhan masyarakat terkait tidak dijualnya premium ini. Sebab, sudah ada gantinya, yaitu pertalite. Hal itu berbeda jika tidak dijualnya premium akan menimbulkan keresahan.
Sekretaris Komisi B DPRD Bojonegoro Lasuri meminta disdag benar-benar memastikan kuota BBM aman. Sebab, menjelang Lebaran ini permintaan BBM dipastikan meningkat. Hal itu akan menjamin distribusi barang aman dan lancar. “Ketersediaan BBM ini harus menjadi perhatian serius,” tegas politikus PAN tersebut.