LAMONGAN – Pernak – pernik bros yang selama ini terpasang di jilbab kaum perempuan di Lamongan, bisa jadi sebagian di antaranya karya dari Yayuk Sulistiowati, pemudi asal Desa Selorejo, Kecamatan Sambeng. Siang itu, seorang perempuan duduk lesehan di lantai ruang tamu salah satu rumah di Desa Selorejo, Kecamatan Sambeng. Tangan kiri perempuan berjilbab itu memegang pita.
Sedangkan tangan kanannya, memegang kain untuk dirangkai menjadi bros. Dia adalah Yayuk Sulistiowati. Perempuan 22 tahun ini lebih dari setahun menggeluti pekerjaan pembuatan bros. ‘’Saat ini sudah banyak yang pesen,’’ tutur Yayuk.
Pekerjaan itu bertolak belakang dengan pendidikan yang ditempuhnya. Yayuk baru lulus dari D-3 Kebidanaan. Dia mulai memikirkan merangkai bros ketika sedang silaturrahmi ke rumah familinya di Kabupaten Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Di daerah tersebut, banyak remaja daerah setempat yang membuat bros untuk dipakai sendiri.
Yayuk kemudian memutuskan belajar ke salah satu familinya tersebut. Saat pulang ke Desa Selorejo, dia tetap melanjutkan belajarnya. Ketika awal pembuatan di rumah yang tanpa dipandu familinya itu, Yayuk mengalami kegagalan.
Namun, dia tidak patah semangat. Beberapa kendala yang dihadapi, dikonsultasikan ke familinya tersebut. Belajar lanjutan via dunia maya akhirnya membuat Yayuk berhasil menciptakan karya aksesori penghias di jilbab. ‘’Sempat membuat tidak jadi, maklum saat itu masih belajar,’’ ujarnya sambil tersenyum malu.
Pembuatan bros dimulai dengan hiasan bagian luar. Yakni, merangkai pita dari kain diamond ceruty, kemudian dijahit dan dilem. Untuk bagian dalam brosnya dibuat dari mutiara, ceko, rantai, paku T, pagu 9, dan peniti. ‘’Itu dirangkai sesuai dengan selera bentuk bros,’’ tuturnya.
Ada berbagai jenis bros yang dihasilkan. Di antaranya bros jenis pita pandora yang ada hiasan bulat – bulatnya di bagian tengah, bros jenis cendol dengan mutiara di bagian bawah dan ada pitanya.‘’Macemnya banyak,’’ imbuhnya.
Dari berbagai bentuk itu, jenis bros cendol yang paling banyak peminatnya. Selain peminatnya dari Kota Lamongan, pembeli karya Yayuk ada juga dari Mojokerto dan Gresik. ‘’Ada yang beli dengan datang ke rumah, tapi itu yang reseller,’’ ujarnya.
Jika mulai pagi hingga sore hari Yayuk fokus membuat bros, maka rata – rata sehari bisa merangkai 200 bros. Bahan bakunya, di Surabaya. Agar biaya operasional tidak membengkak, dia sekali kulakan bahan dalam jumlah cukup besar. (msu/yan)