BOJONEGORO – Pemeliharaan Jembatan Bojonegoro-Trucuk diperkirakan lebih rumit dibanding jembatan lainnya. Pemeliharaan dilakukan setiap enam bulan sekali itu juga membutuhkan anggaran besar.
Kerumitan lainnya ketika mengganti spare part (onderdil). Sebab, bahan jembatan itu, terutama kabel selingnya didatangkan di Tiongkok. “Saat ini masih belum dilakukan. Pemeliharaan pertama akan dilakukan Juni mendatang,” kata Kabid Jembatan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bina Marga dan Tata Ruang Wardi kemarin (26/3).
Wardi menjelaskan, konstruksi jembatan yang rumit membuat pemeliharaannya tidak mudah. Selain itu, biayanya cukup besar. Namun, dia tidak merinci berapa besaran anggaran untuk pemeliharaannya. “Pastinya lebih besar dibanding jembatan lainnya,” jelasnya.
Pemeliharaan jembatan itu meliputi pengencangan baut seling dan pengecatan. Hal itu dilaksanakan dengan perakitan khusus. Sebab, konstruksi jembatan itu cukup tinggi. “Kita nanti akan mendatangkan ahli,” jelasnya.
Wardi menjelaskan, hal yang rumit dalam pemeliharaan adalah pergantian spare part. Sebab, bahan jembatan itu, terutama kabel selingnya tidak dibeli di Indonesia. Melainkan didatangkan dari Tiongkok.
“Itu yang menjadi kesulitan. Ini akan kita bahas lebih lanjut,” jelasnya.
Jembatan itu dibangun dengan anggaran cukup besar. Lebih dari Rp 100 miliar. Sebagian materialnya didatangkan dari Tiongkok. Tentu, jika suatu saat seling jembatan itu membutuhkan ganti, pihaknya harus membelinya dari Tiongkok.
Namun, dia berharap di Indonesia ada yang menyediakannya. Selain pemeliharaan, jembatan itu juga nantinya akan dilakukan penguatan di beberapa sisi tanggulnya. Saat ini bantaran sungai di dekat jembatan itu banyak yang longsor.
“Itu nantinya yang akan diperkuat,” jelasnya.
Pengamanan dengan membuat tanggul itu rencananya akan dilakukan tahun ini. Sehingga, tidak merembet ke dekat jembatan. Jembatan Bojonegoro-Trucuk dibangun mulai 2016 lalu. Jembatan itu baru selesai pada 2018 lalu karena mengalami keterlambatan.