KOTA – Harga ayam broiler terjun. Ayam pedaging yang sebelum lebaran Rp 19.500 per kilogram (kg), kini hanya Rp 7 ribu per kg. Akibatnya, sejumlah peternak menahan ayamnya.
Samsul Arif, peternak asal Kecamatan Sugio, mengaku usia ternaknya sudah 50 hari. Bobotnya mencapai 2,5 kg per potong. Bobot tersebut terlalu besar untuk ukuran pembeli lokal. Dia kini hanya mengandalkan pembeli luar kota.
‘’Seharusnya usia 40 hari sudah panen, tapi harganya terlalu rendah. Jadi dipending panennya,” tutur mantan TKI Malaysia tersebut.
Menurut Samsul, biaya perawatan, mulai pakan dan obat, sangat mahal. Apalagi, dia hanya peternak mandiri yang tidak mengandalkan bantuan pabrik. Apabila harga anjlok, maka kerugian ditanggung sendiri.
Dia menjelaskan, bibit awal dibelinya Rp 9 ribu. Jika memaksa melepas ternaknya, maka Samsul merasa minimal mengalami kerugian Rp 12 ribu per kg. Samsul berharap harga ayam bisa Rp 17.500 per kg.
Peternak lainnya, Ahmad Saifuddin, menuturkan, dirinya menjual ayam ke pabrik sebagai mitra. Berat ayamnya mencapai 2,2 kg.
Saifuddin menjelaskan, meski bermitra dengan pabrik, dirinya tetap merasakan dampak dari anjloknya harga. Meski dibeli dengan harga kontrak Rp 20.300 per kg, tidak semua ternaknya dibeli dengan harga sama. Mereka hanya membeli sesuai kontrak awal bobotnya. Sisanya dibeli sesuai harga yang berlaku.
Selain itu, dia juga merasakan potongan kerugian apabila harga di pasar turun drastis. Menurut Saifuddin, meski mitra tidak selalu diuntungkan, kerugian tetap ditanggung bersama-sama.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lamongan, M Zamroni, mengklaim harga daging ayam potong sekitar Rp 36 ribu per kg. Terkait anjloknya harga ayam belum potong, dia menyatakan perlu menindaklanjuti ke lapangan. Dia belum bisa mengambil keputusan sebelum menanyakan langsung ke mitra peternak. “Secepatnya kita akan koordinasi dengan peternak dan mitra,” ujarnya.