22.7 C
Bojonegoro
Wednesday, May 31, 2023

Tak Punya Sirkuit, Terpaksa Latihan di Tuban

- Advertisement -

ANIEK Suci Lestarie begitu bahagia, terlihat dari raut wajahnya cukup terpancar. Sekretaris Pengurus Cabang (Pengcab) Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Porserosi) Bojonegoro, merasa usaha membina dan melatih atlet-atlet cilik berbuah prestasi. Padahal, membina altet cilik itu, butuh usaha ekstra.

Enam medali emas Kejurprov di Tulungagung diboyong. Diraih empat atlet. Yakni Dua atlet pemula, masing-masing medali emas. Justru torehan dua atlet cilik kategori pemula ini diharapkan bisa berkontribusi di kejuaraan selanjutnya. Tentu, sebagai atlet utama, bukan pemula lagi.

“Dua atlet itu Mohammad Nurdafa Jauhari Kamil biasa dipanggil Dafa dan Rayhanun Ramadhania biasa dipanggil Hanun,” tuturnya.

Selain 2 atlet pemula, ada 2 atlet utama juga meraih 2 medali emas. Di antaranya Sang Dewa Bhaskara raih 2 medali emas kelas usia (KU) D jarak 10 kilometer dan 1 kilometer. Serta, Enaya Nazhifa Azaria 2 medali emas KU A jarak 300 meter dan 500 meter.

- Advertisement -

Cukup mencengangkan ketika Bojonegoro bisa memperoleh emas dengan jumlah sebanyak itu. Selain emas, ada 1 medali perunggu KU B didapat oleh Shagita Querida Thohier dan Arsenius Lorenzo Sarwo peroleh 1 medali perak.

“Padahal baru lahir kurang dari tiga tahun. Belum punya sirkuit, tapi ternyata bisa membuktikan kalau usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro.

Bahkan, Bojonegoro masuk peringkat empat, di bawah Surabaya, Lumajang, dan Malang. Padahal biasanya ajang sepatu roda tingkat Jawa Timur kerap dirajai atlet dari Sidoarjo.

Ternyata rahasianya, semua atlet dilatih secara rutin di sirkuit Tuban. Tiap Minggu selama sebulan penuh latihan di Tuban. “Ternyata efek dan hasilnya terasa kalau latihan langsung di sirkuit. Semisal kami mengandalkan latihan di lapangan Polres Bojonegoro, sepertinya sulit untuk juara,” katanya.

Karena itu, ia merasa keberadaan sirkuit sangat penting untuk pertumbuhan atlet. Aniek berharap ada iktikad baik memberikan dukungan kepada atlet sepatu roda Bojonegoro. Sehingga, bisa terus berprestasi hingga taraf internasional.

“Bibit-bibit atlet ini terus kami motivasi agar nantinya ketika beranjak muda tetap berada di jalur sepatu roda sebagai seorang pelatih,” ujar ibu dua anak itu.

Sementara itu, Hanun atlet cilik Bojonegoro ini mengatakan, kelak ingin sekali menjadi atlet sepatu roda. Dan, siap bersaing di kategori speed. “Aku sudah punya sepatu roda speed,” ujar dia.

Meski tinggal di Desa/Kecamatan Temayang, semangat latihannya tak pernah surut. Kali pertama tertarik sepatu roda karena teman sekelasnya hobi main berolahraga ini. Yaitu, Shagita. “Aku ikut klub dikasih tahu dari Gita,” kata siswi kelas 1 SDIT Insan Permata itu.

Bulan depan, Hanun akan terjun lagi ke sirkuit mengikuti Piala Wali Kota Malang. Ia ingin berjuang sekuat tenaga.

ANIEK Suci Lestarie begitu bahagia, terlihat dari raut wajahnya cukup terpancar. Sekretaris Pengurus Cabang (Pengcab) Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Porserosi) Bojonegoro, merasa usaha membina dan melatih atlet-atlet cilik berbuah prestasi. Padahal, membina altet cilik itu, butuh usaha ekstra.

Enam medali emas Kejurprov di Tulungagung diboyong. Diraih empat atlet. Yakni Dua atlet pemula, masing-masing medali emas. Justru torehan dua atlet cilik kategori pemula ini diharapkan bisa berkontribusi di kejuaraan selanjutnya. Tentu, sebagai atlet utama, bukan pemula lagi.

“Dua atlet itu Mohammad Nurdafa Jauhari Kamil biasa dipanggil Dafa dan Rayhanun Ramadhania biasa dipanggil Hanun,” tuturnya.

Selain 2 atlet pemula, ada 2 atlet utama juga meraih 2 medali emas. Di antaranya Sang Dewa Bhaskara raih 2 medali emas kelas usia (KU) D jarak 10 kilometer dan 1 kilometer. Serta, Enaya Nazhifa Azaria 2 medali emas KU A jarak 300 meter dan 500 meter.

- Advertisement -

Cukup mencengangkan ketika Bojonegoro bisa memperoleh emas dengan jumlah sebanyak itu. Selain emas, ada 1 medali perunggu KU B didapat oleh Shagita Querida Thohier dan Arsenius Lorenzo Sarwo peroleh 1 medali perak.

“Padahal baru lahir kurang dari tiga tahun. Belum punya sirkuit, tapi ternyata bisa membuktikan kalau usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro.

Bahkan, Bojonegoro masuk peringkat empat, di bawah Surabaya, Lumajang, dan Malang. Padahal biasanya ajang sepatu roda tingkat Jawa Timur kerap dirajai atlet dari Sidoarjo.

Ternyata rahasianya, semua atlet dilatih secara rutin di sirkuit Tuban. Tiap Minggu selama sebulan penuh latihan di Tuban. “Ternyata efek dan hasilnya terasa kalau latihan langsung di sirkuit. Semisal kami mengandalkan latihan di lapangan Polres Bojonegoro, sepertinya sulit untuk juara,” katanya.

Karena itu, ia merasa keberadaan sirkuit sangat penting untuk pertumbuhan atlet. Aniek berharap ada iktikad baik memberikan dukungan kepada atlet sepatu roda Bojonegoro. Sehingga, bisa terus berprestasi hingga taraf internasional.

“Bibit-bibit atlet ini terus kami motivasi agar nantinya ketika beranjak muda tetap berada di jalur sepatu roda sebagai seorang pelatih,” ujar ibu dua anak itu.

Sementara itu, Hanun atlet cilik Bojonegoro ini mengatakan, kelak ingin sekali menjadi atlet sepatu roda. Dan, siap bersaing di kategori speed. “Aku sudah punya sepatu roda speed,” ujar dia.

Meski tinggal di Desa/Kecamatan Temayang, semangat latihannya tak pernah surut. Kali pertama tertarik sepatu roda karena teman sekelasnya hobi main berolahraga ini. Yaitu, Shagita. “Aku ikut klub dikasih tahu dari Gita,” kata siswi kelas 1 SDIT Insan Permata itu.

Bulan depan, Hanun akan terjun lagi ke sirkuit mengikuti Piala Wali Kota Malang. Ia ingin berjuang sekuat tenaga.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/