TUBAN, Radar Tuban – Masih minimnya budaya literasi di kalangan pelajar SMA/SMK menjadi perhatian Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Tuban-Bojonegoro, Adi Prayitno.
Adi menegaskan, budaya membaca dan menulis di lingkungan sekolah harus terus ditingkatkan. Seorang guru harus bisa memberikan contoh bagi anak didiknya dalam membudayakan literasi.
‘’Ini (membudayakan literasi, Red) adalah tanggung jawab kita semua sebagai seorang pendidik. Saya minta, tugas seorang guru tidak hanya sekadar mengajar. Tapi juga menanamkan budaya literasi pada anak didik,’’ tegasnya.
Disampaikan Adi, menanamkan budaya literasi pada anak didik itu bisa dilakukan dengan cara melakukan pembiasaan membaca setiap hari. Misalnya, membiasakan membaca bersama minimal 10 menit sebelum dimulainya pelajaran. Selain itu, bisa dilakukan dengan cara memberikan tugas-tugas yang ada kaitannya dengan membaca, seperti membuat sinopsis dari buku atau novel yang dibaca.
‘’Kuncinya memang harus dibudayakan. Menjadi kebiasaan setiap hari,’’ tegas mantan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Nganjuk itu.
Tentu, tegas Adi, semua itu akan sulit terwujud tanpa ada kesadaran dan teladan dari seorang guru itu sendiri. ‘’Kunci utamanya adalah teladan. Guru harus memberikan contoh gemar membaca,’’ tutur mantan kepala SMAN 2 Nganjuk itu.
Lebih lanjut Adi menyampaikan, membaca adalah kunci untuk membuka wawasan. Tidak terkecuali bagi siswa kejuruan yang dibiasakan dengan teori dan praktik. ‘’Meski SMK lebih pada kegiatan pembelajaran praktik, bukan berarti membaca tidak penting. Karena dari membaca itulah seorang siswa bisa mendapat wawasan dan pengetahuan yang lebih banyak,’’ tandasnya.
Masih dikatakan Adi, mulai dari sekarang seluruh guru harus bisa menciptakan budaya literasi pada anak didik. ‘’Sekali lagi, budaya membaca ini sangat penting. Seorang guru harus memiliki jiwa literasi untuk ditanamkan pada anak didik,’’ kata dia.