26 C
Bojonegoro
Sunday, May 28, 2023

132 Ribu Kartu Tani Nganggur

- Advertisement -

BOJONEGORO – Program kartu tani yang pernah digagas oleh Kementerian Pertanian mandek. Bahkan, belum pernah digunakan sama sekali oleh petani yang menerima kartu itu. “Belum digunakan sama sekali sejak dibagikan,“ kata Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Bojonegoro Djupari.

Djupari menuturkan, jumlah petani menerima kartu tani sebanyak 132 ribu orang. Kartu tersebut sudah dibagikan pada petani sejak 2017 lalu. Namun, hingga kini petani masih belum meraskan manfaatnya. “Jadi, kartunya tidak terpakai sama sekali sejak diterima,“ jelasnya.

Djupari menjelaskan, kartu tersebut tidak hanya tidak bisa digunakan di Bojonegoro. Seluruh daerah di Indonesia juga begitu. Sebab, kartu tani tersebut adalah program dari pusat. “Jadi, bukan hanya Bojonegoro. Tapi merata seluruh Indonesia,“ jelasnya.

Kartu tani tersebut rencananya digunakan untuk mempermudah petani mendapatkan pupuk bersubsidi. Selama ini petani kerap mengalami kesulitan mendapatkan pupuk. Sehingga, pemerintah pusat memberikan solusi dengan membagikan kartu tani. Kartu itu nantinya akan digunakan untuk membeli pupuk. Sehingga, penyaluran pupuk bersubsidi tidak salah sasaran dan didapatkan petani secara langsung. Tidak melalui kios yang tidak terdaftar di pemerintah. 

Djupari menuturkan, program itu digulirkan sejak 2017 lalu. Kementerian Pertanian langsung membuatkan kartu tani tersebut. “Tapi mau bagaimana lagi tidak ada yang jalan di seluruh Indonesia,“ jelasnya.

- Advertisement -

Dengan adanya kartu tani tersebut harga pupuk tidak mengalami kenaikan. Sebab, petani memiliki kartu tersebut adalah benar-benar petani. Sehingga, pupuknya akan digunakan langsung. “Tidak dijual lagi dengan harga yang tinggi,“ jelasnya.

Menurut Djupari, jumlah petani akan menerima kartu tersebut jauh lebih banyak. Sisanya masih dalam proses. Namun, setelah menerima tidak bisa digunakan, pihaknya tidak tahu apakah proses pencetakan masih akan terus berlangsung.  

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Kelompok Tani Desa Babad, Kecamatan Kedungadem, Kasmun mengatakan, belum menerima kartu tersebut. Bahkan, setahu dia di sejumlah desa di Kecamatan Kedungadem belum ada yang menerima kartu tersebut. “Di desa saya belum menerima kartu itu,“ ungkap dia.

Dia mengaku pernah mendengar program kartu digunakan untuk membeli pupuk itu. Namun, sampai saat ini belum menerima kartu tersebut. “Tidak tahu kalau di wilayah lain,“ jelasnya.

Menurut Kasmun, saat ini ketersediaan pupuk bersubsidi di desanya berlimpah. Sebab, petani masih belum menyerapnya. “Belum waktunya memupuk. Jadi, masih utuh pupuknya,“ jelasnya.

BOJONEGORO – Program kartu tani yang pernah digagas oleh Kementerian Pertanian mandek. Bahkan, belum pernah digunakan sama sekali oleh petani yang menerima kartu itu. “Belum digunakan sama sekali sejak dibagikan,“ kata Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Bojonegoro Djupari.

Djupari menuturkan, jumlah petani menerima kartu tani sebanyak 132 ribu orang. Kartu tersebut sudah dibagikan pada petani sejak 2017 lalu. Namun, hingga kini petani masih belum meraskan manfaatnya. “Jadi, kartunya tidak terpakai sama sekali sejak diterima,“ jelasnya.

Djupari menjelaskan, kartu tersebut tidak hanya tidak bisa digunakan di Bojonegoro. Seluruh daerah di Indonesia juga begitu. Sebab, kartu tani tersebut adalah program dari pusat. “Jadi, bukan hanya Bojonegoro. Tapi merata seluruh Indonesia,“ jelasnya.

Kartu tani tersebut rencananya digunakan untuk mempermudah petani mendapatkan pupuk bersubsidi. Selama ini petani kerap mengalami kesulitan mendapatkan pupuk. Sehingga, pemerintah pusat memberikan solusi dengan membagikan kartu tani. Kartu itu nantinya akan digunakan untuk membeli pupuk. Sehingga, penyaluran pupuk bersubsidi tidak salah sasaran dan didapatkan petani secara langsung. Tidak melalui kios yang tidak terdaftar di pemerintah. 

Djupari menuturkan, program itu digulirkan sejak 2017 lalu. Kementerian Pertanian langsung membuatkan kartu tani tersebut. “Tapi mau bagaimana lagi tidak ada yang jalan di seluruh Indonesia,“ jelasnya.

- Advertisement -

Dengan adanya kartu tani tersebut harga pupuk tidak mengalami kenaikan. Sebab, petani memiliki kartu tersebut adalah benar-benar petani. Sehingga, pupuknya akan digunakan langsung. “Tidak dijual lagi dengan harga yang tinggi,“ jelasnya.

Menurut Djupari, jumlah petani akan menerima kartu tersebut jauh lebih banyak. Sisanya masih dalam proses. Namun, setelah menerima tidak bisa digunakan, pihaknya tidak tahu apakah proses pencetakan masih akan terus berlangsung.  

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Kelompok Tani Desa Babad, Kecamatan Kedungadem, Kasmun mengatakan, belum menerima kartu tersebut. Bahkan, setahu dia di sejumlah desa di Kecamatan Kedungadem belum ada yang menerima kartu tersebut. “Di desa saya belum menerima kartu itu,“ ungkap dia.

Dia mengaku pernah mendengar program kartu digunakan untuk membeli pupuk itu. Namun, sampai saat ini belum menerima kartu tersebut. “Tidak tahu kalau di wilayah lain,“ jelasnya.

Menurut Kasmun, saat ini ketersediaan pupuk bersubsidi di desanya berlimpah. Sebab, petani masih belum menyerapnya. “Belum waktunya memupuk. Jadi, masih utuh pupuknya,“ jelasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/