- Advertisement -
Radar Bojonegoro – Program kredit perumahan rakyat (KPR) dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di Bojonegoro menyasar di kecamatan pinggiran. Harga tanah masih terjangkau. Berbeda di kawasan perkotaan, developer (pengembang) kesulitan merealisasikan FLPP atau rumah bersubsidi karena terkendala harga tanah yang mahal.
Abidin koordinator Bumi Maju Sentosa menjelaskan, realisasi FLPP di Bojonegoro lebih menyasar di wilayah pinggiran kecamatan seperti Baureno, Sumberejo, dan Dander. Harga tanah masih terjangkau menjadi alasan pengembang. Harga tanah kisaran Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu per meter.
“Dibanding harga tanah di perkotaan yang bisa dua kali lipat,” jelasnya. Menurut Abidin, dari kacamata pengembang dirasa berat untuk merealisasikan rumah subsidi di wilayah perkotaan.
Modal disiapkan mulai dari pembelian lahan. Jika dikalkulasi pengembang tidak bisa memperoleh laba. Padahal, FLPP men syaratkan harga jual hunian maksimal Rp 150 juta. Sebaliknya, developer memilih mengembangkan FLPP di kecamatan pinggiran karena kalkulasi biaya masih bisa dijangkau.
Mulai kalkulasi harga tanah, biaya bangunan, dan sarana infrastruktur. Abidin menjelaskan, penyerapan FLPP lebih bagus menyasar segmentasi menengah ke bawah. Dan FLPP lebih menguntungkan nasabah belum mempunyai rumah. “Penerima program disyaratkan belum pernah sama sekali mempunyai rumah,” jelasnya.
- Advertisement -
Namun, Abidin belum menggarap FLPP dan mempro yeksikan tahun depan. Sebaliknya, perusahaannya masih fokus pembangunan perumahan dengan harga di atas Rp 400 juta sampai Rp 500 juta. “ Seperti di Kecamatan Sumberejo, penjualannya bagus, rerata Rp 150 juta sampai Rp 250 juta. Ada kemungkinan arah kami ke sana,” ujarnya. (luk)
Radar Bojonegoro – Program kredit perumahan rakyat (KPR) dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di Bojonegoro menyasar di kecamatan pinggiran. Harga tanah masih terjangkau. Berbeda di kawasan perkotaan, developer (pengembang) kesulitan merealisasikan FLPP atau rumah bersubsidi karena terkendala harga tanah yang mahal.
Abidin koordinator Bumi Maju Sentosa menjelaskan, realisasi FLPP di Bojonegoro lebih menyasar di wilayah pinggiran kecamatan seperti Baureno, Sumberejo, dan Dander. Harga tanah masih terjangkau menjadi alasan pengembang. Harga tanah kisaran Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu per meter.
“Dibanding harga tanah di perkotaan yang bisa dua kali lipat,” jelasnya. Menurut Abidin, dari kacamata pengembang dirasa berat untuk merealisasikan rumah subsidi di wilayah perkotaan.
Modal disiapkan mulai dari pembelian lahan. Jika dikalkulasi pengembang tidak bisa memperoleh laba. Padahal, FLPP men syaratkan harga jual hunian maksimal Rp 150 juta. Sebaliknya, developer memilih mengembangkan FLPP di kecamatan pinggiran karena kalkulasi biaya masih bisa dijangkau.
Mulai kalkulasi harga tanah, biaya bangunan, dan sarana infrastruktur. Abidin menjelaskan, penyerapan FLPP lebih bagus menyasar segmentasi menengah ke bawah. Dan FLPP lebih menguntungkan nasabah belum mempunyai rumah. “Penerima program disyaratkan belum pernah sama sekali mempunyai rumah,” jelasnya.
- Advertisement -
Namun, Abidin belum menggarap FLPP dan mempro yeksikan tahun depan. Sebaliknya, perusahaannya masih fokus pembangunan perumahan dengan harga di atas Rp 400 juta sampai Rp 500 juta. “ Seperti di Kecamatan Sumberejo, penjualannya bagus, rerata Rp 150 juta sampai Rp 250 juta. Ada kemungkinan arah kami ke sana,” ujarnya. (luk)