KOTA – Demam berdarah (DB) masih menjadi ancaman. Dua bulan awal, Dinas Kesehatan (Dinkes) Lamongan mencatat ada 233 kasus DB. Data per bulannya hanya selisih satu kasus. Yakni, Januari 117 kasus dan bulan ini 116 kasus.
Perbedaannya, Januari ada tiga kasus berakhir dengan kematian. “Alhamdulillah tidak ada yang meninggal (bulan ini), tiga kasus DSS (dengue shock syndrome) berhasil dikemo,” ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Lamongan, Bambang Susilo.
Menurut dia, tiga penderita dengue shock syndrome (DSS) sempat menjadi perhatian petugas medis. Bahkan ketiga pasien dilarikan ke RS untuk mendapatkan perawatan maksimal. Beruntungnya mereka masih bisa bertahan. Tempat tinggal ketiga pasien tersebut kemudian di-fogging.
Bambang menjelaskan, siklus DB ini tidak bisa dihindari. Seluruh masyarakat harus bekerjasama guna menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Dia mengklaim tingginya angka DB di Lamongan disebabkan perilaku manusia. Jika mereka sadar untuk penerapan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), maka jumlah kasus bisa ditekan.
“Belum terlambat karena semua bisa dilakukan sedini mungkin,” ujarnya.
Bambang menjelaskan, penderita DB banyak anak – anak. Orang tua kesulitan mendeteksi penyebabnya. Ketika anak demam tinggi, banyak berspekulasi perubahan musim. Akibatnya, proses penanganan cenderung lambat. Karena itu, dia berharap seluruh orang tua sadar dan segera memeriksa ke petugas kesehatan terdekat apabila ditemukan anak atau anggota keluarganya demam tinggi berlarut.
Berdasarkan data dinkes, kasus terbanyak empat tahun terakhir terjadi pada 2015. Kasusnya, 637 penderita. Tahun berikutnya, 585 kasus dan 2017 ada 242 kasus. Sedangkan tahun lalu terdata 144 kasus. “Kasusnya memang terjadi peningkatan tapi bisa ditangani bersama,’’ ujarnya.