25.1 C
Bojonegoro
Saturday, March 25, 2023

Serapan Tembakau Berpotensi Turun

- Advertisement -

LAMONGAN, Radar Lamongan – Awal tahun ini cukai rokok mengalami kenaikan sekitar 12 persen. Kenaikan itu berdampak pada harga rokok. Kenaikan tersebut berdampak menurunnya serapan tembakau produksi petani oleh pabrik. 

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Lamongan Mudi memprediksi, kenaikan cukai ini memungkinkan pabrik mengurangi serapan tembakau produksi petani. Meski tembakau sebagai bahan baku utama, tapi ada kemungkinan konsumsi rokok mengalami penurunan. 

Dia mengatakan, dampak kenaikan cukai ini cukup besar bagi petani. Sebab, menurut dia, pabrik mempertimbangkan untuk tidak akan menyetok tembakau dalam jumlah banyak. 

Kondisi ini membuat petani cukup dilematis. Di tengah bayang-bayang serapan pabrik yang menurun, petani juga harus menghadapi cuaca yang kurang bersahabat pada pertanian tembakau. 

‘’Ada kemungkinan petani akan beralih tanam komoditi lain, kalau memang tidak ada kebijakan yang memastikan harga tembakau stabil dan serapan tinggi,” ucap Mudi. 

- Advertisement -

Mudi berharap pemerintah tidak menaikkan tarif cukai intens setiap tahun. Karena dampaknya cukup besar bagi masyarakat kecil. Sehingga petani dan industri hasil tembakau bisa berjalan stabil. 

Apalagi, diakuinya, program kenaikan tarif cukai yang sebelumnya direncanakan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) untuk petani dan buruh pabrik, hingga kini belum terlaksana. 

‘’Kita belum bisa merasakan dampak positif dari kenaikan cukai ini. Jadi sebaiknya tetap dipertimbangkan ke depannya,” terangnya. 

Kasi Perkebunan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Lamongan Suryo Putro menuturkan, kenaikan cukai ini memberikan dampak secara langsung pada pabrik rokok. 

Menurut dia, tahun pertama imbasnya pembelian tembakau turun. Tapi untuk produksi rokok diprediksi tetap. Sehingga, lanjut dia, dampak ke petani tetap pada penurunan penyerapan. 

Sedangkan, untuk luas tanam biasanya dipengaruhi cuaca. Para petani berpotensi beralis komoditi, jika tidak mengalami keuntungan. 

‘’Kita masih belum bisa memprediksi luasan, karena biasanya ada wilayah yang memang sudah terbiasa melakukan tanam tembakau meski kondisinya tidak selalu tinggi harganya,” ucap Suryo Putro.

LAMONGAN, Radar Lamongan – Awal tahun ini cukai rokok mengalami kenaikan sekitar 12 persen. Kenaikan itu berdampak pada harga rokok. Kenaikan tersebut berdampak menurunnya serapan tembakau produksi petani oleh pabrik. 

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Lamongan Mudi memprediksi, kenaikan cukai ini memungkinkan pabrik mengurangi serapan tembakau produksi petani. Meski tembakau sebagai bahan baku utama, tapi ada kemungkinan konsumsi rokok mengalami penurunan. 

Dia mengatakan, dampak kenaikan cukai ini cukup besar bagi petani. Sebab, menurut dia, pabrik mempertimbangkan untuk tidak akan menyetok tembakau dalam jumlah banyak. 

Kondisi ini membuat petani cukup dilematis. Di tengah bayang-bayang serapan pabrik yang menurun, petani juga harus menghadapi cuaca yang kurang bersahabat pada pertanian tembakau. 

‘’Ada kemungkinan petani akan beralih tanam komoditi lain, kalau memang tidak ada kebijakan yang memastikan harga tembakau stabil dan serapan tinggi,” ucap Mudi. 

- Advertisement -

Mudi berharap pemerintah tidak menaikkan tarif cukai intens setiap tahun. Karena dampaknya cukup besar bagi masyarakat kecil. Sehingga petani dan industri hasil tembakau bisa berjalan stabil. 

Apalagi, diakuinya, program kenaikan tarif cukai yang sebelumnya direncanakan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) untuk petani dan buruh pabrik, hingga kini belum terlaksana. 

‘’Kita belum bisa merasakan dampak positif dari kenaikan cukai ini. Jadi sebaiknya tetap dipertimbangkan ke depannya,” terangnya. 

Kasi Perkebunan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Lamongan Suryo Putro menuturkan, kenaikan cukai ini memberikan dampak secara langsung pada pabrik rokok. 

Menurut dia, tahun pertama imbasnya pembelian tembakau turun. Tapi untuk produksi rokok diprediksi tetap. Sehingga, lanjut dia, dampak ke petani tetap pada penurunan penyerapan. 

Sedangkan, untuk luas tanam biasanya dipengaruhi cuaca. Para petani berpotensi beralis komoditi, jika tidak mengalami keuntungan. 

‘’Kita masih belum bisa memprediksi luasan, karena biasanya ada wilayah yang memang sudah terbiasa melakukan tanam tembakau meski kondisinya tidak selalu tinggi harganya,” ucap Suryo Putro.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Fokus Belajar Mapel Kimia

Bupati Ingatkan Jangan Malas

Pengaspalan Minggu Depan


/