Pemuda asal Desa Kemantren, Kecamatan Paciran Agung Pranata sudah lima tahun menjadi peternak kambing etawa kaligesing. Agung mendapatkan cuan yang cukup menggiurkan dari menjual anakan dan susu kambing etawa kaligesing.
SEBUAH bangunan kayu dengan atap asbes berukuran 15 meter (m) x 20 m menarik perhatian wartawan koran ini. Suara khas embek ….. embek terdengar saling bersahutan dari dalam bangunan tersebut. Agung Pranata pemilik kandang, membagi bangunan menjadi 32 sekat. Satu kambing menempati 1,5 m x 2 m. Itu cukup untuk ruang gerak kambing etawa kaligesing.
Kambing etawa kaligesing dipilih Agung, karena memiliki peranakan yang cukup besar. Kambing jantan rerata memiliki tinggi 90 centimeter (cm) hingga 105 cm, dengan berat mencapai 90 kilogram (kg) hingga 100 kg.
Pemuda 28 tahun itu tak hanya fokus pada perawatan hingga penjualan kambing etawa kaligesing. Tapi juga memanfaatkan susu kambing tersebut, yang cukup banyak peminatnya.
‘’Kambing etawa ada dua jenis. Peranakan kambing etawa kaligesing dan kambing etawa senduro. Kalau saya lebih memiliki kambing etawa kaligesing,’’ terang Agung.
Keahlian Agung di dunia peternakan turun dari orangtuanya. Sejak kecil, Agung terbiasa membantu ayahnya merawat sapi. Ketertarikan pada dunia peternakan, memberikan tantangan kepada Agung untuk menekuninya lebih dalam. Agung mantap berkuliah di Fakultas Peternakan UB Malang.
Saat berkuliah, Agung kerap sharing dengan beberapa rekannya, terkait hewan ternak yang memiliki lini bisnis lebih menguntungkan. Hingga akhirnya, Agung mengenal kembing etawa kaligesing. Setelah mempelajari lebih dalam, Agung akhirnya mengembangkan peternakan kambing etawa kaligesing di belakang rumahnya pada Tahun 2018.
‘’Saya mengetahui dari salah satu teman. Akhirnya mengembangkan sendiri di rumah,’’ ucap Agung.
Agung sudah cukup hafal dengan perbedaan kambing etawa yang memiliki sejumlah peranakan. Dari melihat warna bulu kambing, Agung sudah mengetahui peranakan kambing etawa tersebut. Misalnya peranakan kambing etawa kaligesing dari Purworejo. Yakni kepalanya berwarna hitam, bulu kakinya berwarna hitam hingga bagian bawah. Sedangkan, telinganya menghadap ke depan dan melipat panjang. Untuk peranakan kambing senduro, kepala memiliki warna putih serta kaki warana putih.
‘’Lebih memilih peranakan kambing kaligesing karena peminatnya lebih banyak dibanding senduro,’’ ujarnya
Perawatannya sama seperti kambing pada umumnya. Namun, Agung harus intens membersihkan bulu kambing etawa menggunakan sampo. Agung merasakan pahit manis beternak kambing etawa kaligesing selama lima tahun ini. Salah satunya melihat kematian anakan yang baru dilahirkan indukan. Setiap pergantian musim, selalu membuat Agung cukup was-was. Karena di musim itu, banyak penyakit yang mengintai kambing etawa kaligesing. Diantaranya sakit mata selaput putih, susu mengalami sakit, hingga buang air besar.
‘’Ada juga yang susunya terkena penyakit dan matanya mengalami selaput putih. Itu yang sering ditemui,’’ katanyanya.
Agung segera cepat mengobati kambing yang susunya terkena penyakit. Sebab, penyakit tersebut membuat anakan tidak bisa menyusui dari indukan. Sederhana pengobatannya. Yakni, Agung hanya memberikan rebusan daun sirih, yang memakan waktu penyembuhan hingga seminggu. Untuk mata putih, hanya cukup diberikan jeruk nipis selama tiga hingga empat hari.
Satu liter susu kambing etawa kaligesing seharga Rp 25 ribu. Dalam sehari, Agung mampu menjual 10 liter. Sehingga, dalam satu bulan diperkirakan Agung menjual sekitar 300 liter. Dengan keuntungan sekitar Rp 7,4 juta. Sedangkan, satu jodoh kambing anakan 3 bulan ke atas harganya Rp 5 juta hingga Rp 3,5 juta.
‘’Dalam satu bulan, bisa mendapatkan omzet dari penjaulan susu serta kambing Rp 11 juta,’’ imbuh Agung.