BOJONEGORO – Menjadi anggota polisi tak berarti meninggalkan aktivitas sosialnya. Aiptu Zainal sebagai anggota polsek punya beragam aktivitas sosial. Dia menjalaninya dengan penuh kegembiraan. Punggung Zainal memang harus sedikit membungkuk saat menggendong Ansori seorang remaja difabel. Remaja itu digendong dari halaman rumahnya menuju ke motor yang tengah diparkir.
Sesampai di samping motor. Ansori dibantu untuk duduk di jok belakang. Kemudian, barulah Zainal duduk dan memegang setir. Motor dipacu. Lalu meluncur ke sekolah tempat Ansori belajar. Sesampai di sekolah tempat Ansori. Zainal melanjutkan perjalanan ke rumah yang berbeda. Dia menjemput remaja perempuan yang juga seorang difabel. Dijemput lalu diantar ke sekolah.
Aktivitas itu dilakukan Zainal sebelum dia berangkat bekerja. Jadi, dia harus berangkat pagi-pagi sekali. Karena mengantar dua difabel untuk berangkat ke sekolah.
Zainal menceritakan, awal mula aktivitas sosial mengantar dan menjemput remaja difabel ini karena dia tidak sengaja lewat di kampungnya. Dia melihat seorang ibu menggendong anaknya yang difabel. Melihat itu dia merasa iba. Lantas dia menawarkan pada orang tuanya agar si anak akan diantar ke sekolah. Ibunya pun setuju, dia pun dengan senang hati. “Sudah saya anggap seperti anak sendiri,” kata dia.
Setelah rutin mengantar Ansori. Dia pun dilapori tetangganya ada anak difabel yang perlu bantuan. Dia pun dengan murah hati menjemputnya. Tak hanya, melakukan antar jemput. Namun, dua anak itu pun dirawat seperti anaknya sendiri. “Bahkan sudah saya khitankan untuk yang laki-laki,” terangnya.
Dia menjelaskan, yang dilakukannya tidak lepas dari tugas seorang manusia. Baginya, manusia memiliki tugas untuk saling membantu manusia lainnya. Apalagi, sebuah pelajaran yang selalu diingat, yakni manusia itu harus bermanfaat bagi manusia yang lain.
“Itu kan yang sering diajarkan. Manusia harus bermanfaat bagi manusia yang lain. Jadi, ini yang saya lakukan saling membantu saja,” terangnya. Tak jarang, komunikasi dengan dua remaja difabel pun dilakukan. Misalkan, jika si anak sedang ingin kudapan atau lainnya. Dia pasti akan menuruti apa yang mereka inginkan. “Kadang ingin sate,” ujarnya.
Aktivitas yang dilakukan Zainal telah berjalan setahun. Dia tak pernah lepas dari dua anak difabel itu. Baginya, selain bisa bermanfaat bagi orang lain, juga wujud syukur. Sebab dirinya masih diberikan sehat oleh Sang Pencipta.
Aktivitas sosialnya tak berhenti mengantar jemput sekolah remaja difabel. Dia pun membuat perpustakaan keliling. Perpustakaan ini digunakan untuk memberi tambahan wawasan bagi anak-anak dan generasi muda.
Dia menggunakan sepedanya untuk membawa keliling buku-buku yang banyak macamnya itu. Mulai buku pengetahuan hingga buku bacaan cerita khusus anak. “Ya membaca itu kan untuk menambah wawasan generasi penerus,” terangnya.
Dia tak lelah. Meski di polsek tugasnya segudang. Sebab, apa yang dikerjakan itu pun tetap sepengetahuan komandannya. Bapak dua anak ini melanjutkan, dia pun mendirikan lembaga pendidikan Alquran.
TPQ didirikan karena melihat anak-anak di sekitar rumahnya yang sore hari banyak bermain. Dia pun menginisiasi mendirikan TPQ di rumahnya di Desa Mayanggeneng, Kecamatan Kalitidu. Santrinya pun banyak. Dia pun kadang harus mengajar sendiri. Meski, ada guru ngaji yang didatangkan.
“Saya ini lulusan madrasah. Jadi punya dasar itu,” terangnya. Aktivitasnya pun terus berjalan beriringan. Mulai mengantar remaja difabel, perpus keliling, hingga mendirikan TPQ. Baginya, hidup itu tidak perlu takut miskin. Sebab, Tuhan itu Maha Kaya. “Sudah ndak perlu takut miskin dan kekurangan. Sebab, Allah itu Maha Kaya. Yakin saja. Kita pasti dicukupi sama Allah,” pungkasnya.