- Advertisement -
Radar Lamongan – Usaha pemerintah dalam menggerakan BUMDesa tak semudah membalikkan tangan. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Lamongan Khusnul Yaqin menyebut 50 persen unit usaha BUMDesa warung LA yang vakum. Lokasinya menyebar hampir di semua kecamatan.
BUMDesa – BUMDesa itu terus diingatkan agar segera dioperasikan. “Masalah operasional tanggung jawab desa, jika ada kesulitan bisa disampaikan ke dinas,” katanya. Berdasarkan data yang ada, tercatat total 91 unit usaha BUMDesa warung LA. Menurut Khusnul, ada warung LA yang belum beroperasi karena terganjal perencanaan. Dia terus mengingatkan desa untuk segera mengaktifkan warung LA tersebut. Sebab, pemerintah sedang menggerakkan sektor UMKM lokal.
“Kita sudah sosialisasikan ke desa. Dinas sifatnya hanya menyalurkan stimulan yang diberikan pemerintah untuk desa,” ujarnya. Khusnul menjelaskan, dana operasional warung LA tidak perlu langsung besar. Desa bisa menyediakan kebutuhan pokok warga. Sehingga transaksi jual beli bisa dilakukan di desa dan keuntungannya masuk pendapatan desa.
Saat ini, lanjut dia, ada warung LA yang sudah memiliki omset hingga Rp 60 juta per tahun. Khusnul menambahkan, BUMDesa yang masih berjalan mayoritas bergerak di bidang simpan pinjam. “Kalau warung LA bisa berjalan seperti keinginan, otomatis desa memiliki aset yang berkelanjutan,” terangnya.
Menurut dia, jika ada investor masuk, maka diperbolehkan. Investor itu diharapkan menggali potensi desa yang bisa menjadi aset bergerak dan memberikan kontribusi pembangunan bagi desa. Khusnul menuturkan, pemerintah tidak hanya menyiapkan bantuan untuk desa. Juga menyiapkan tenaga pendamping untuk pengelolaan yang lebih baik.
Radar Lamongan – Usaha pemerintah dalam menggerakan BUMDesa tak semudah membalikkan tangan. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Lamongan Khusnul Yaqin menyebut 50 persen unit usaha BUMDesa warung LA yang vakum. Lokasinya menyebar hampir di semua kecamatan.
BUMDesa – BUMDesa itu terus diingatkan agar segera dioperasikan. “Masalah operasional tanggung jawab desa, jika ada kesulitan bisa disampaikan ke dinas,” katanya. Berdasarkan data yang ada, tercatat total 91 unit usaha BUMDesa warung LA. Menurut Khusnul, ada warung LA yang belum beroperasi karena terganjal perencanaan. Dia terus mengingatkan desa untuk segera mengaktifkan warung LA tersebut. Sebab, pemerintah sedang menggerakkan sektor UMKM lokal.
“Kita sudah sosialisasikan ke desa. Dinas sifatnya hanya menyalurkan stimulan yang diberikan pemerintah untuk desa,” ujarnya. Khusnul menjelaskan, dana operasional warung LA tidak perlu langsung besar. Desa bisa menyediakan kebutuhan pokok warga. Sehingga transaksi jual beli bisa dilakukan di desa dan keuntungannya masuk pendapatan desa.
Saat ini, lanjut dia, ada warung LA yang sudah memiliki omset hingga Rp 60 juta per tahun. Khusnul menambahkan, BUMDesa yang masih berjalan mayoritas bergerak di bidang simpan pinjam. “Kalau warung LA bisa berjalan seperti keinginan, otomatis desa memiliki aset yang berkelanjutan,” terangnya.
Menurut dia, jika ada investor masuk, maka diperbolehkan. Investor itu diharapkan menggali potensi desa yang bisa menjadi aset bergerak dan memberikan kontribusi pembangunan bagi desa. Khusnul menuturkan, pemerintah tidak hanya menyiapkan bantuan untuk desa. Juga menyiapkan tenaga pendamping untuk pengelolaan yang lebih baik.