BOJONEGORO – Dampak kekeringan yang mengakibatkan krisis air bersih di sebagian desa membuat pemerintah provinsi ikut turun tangan.
Pengajuan bantuan air bersih yang diajukan pemkab melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro membuahkan hasil.
’’Bojonegoro mendapat jatah 420 tangki air dari pemprov,’’ ujar Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sujarwo.
Dia mengatakan, air bersih itu akan disalurkan ke desa-desa yang membutuhkan.
Sejak 16 September lalu, BPBD sudah melakukan pengiriman (dropping) air bersih di desa-desa yang telah mengajukan bantuan air bersih.
Jadwal yang dibuat BPBD sampai akhir September, dropping air akan dilakukan di 10 desa di tujuh kecamatan. ’’Kami akan terus melakukan dropping air bersih sesuai dengan kebutuhan warga,’’ tambahnya.
Selain dengan bantuan pemprov, dropping air bersih juga diberikan oleh pihak ketiga. Misalnya dari perusahaan, organisasi atau lembaga dan pihak lain yang ingin membantu.
Diberitakan sebelumnya, dampak kekeringan makin meluas. Indikasinya, jumlah desa yang rawan air bersih dan menjadi sasaran dropping air bertambah.
Karena itu, jadwal dropping air dibuat BPBD. Juga ada tambahan usulan dua desa lagi, namun belum masuk daftar jadwal dropping di BPBD.
Dua desa baru yang mengusulkan adalah Mlijeng dan Tlogoayu, Kecamatan Sumberrejo.
Ada enam desa yang mengajukan bantuan air bersih paling awal. Yakni, empat desa di Kecamatan Ngraho yakni Desa Nganti, Luwihaji, Jumok, dan Sugihwaras.
Kemudian satu desa di Kecamatan Kepohbaru yakni Desa Pejok dan Desa Gamongan Kecamatan Tambakrejo.
Namun, di kecamatan tambah satu desa yakni Desa Malingmati. Kemudian, di Kecamatan Sukosewu ada Desa Sidorejo, Kecamatan Purwosari ada Desa Donan dan Tlatah.