BOJONEGORO – Tahun ajaran baru sudah berlangsung seminggu ini. Namun, ditengarai masih ada anak yang tidak melanjutkan sekolah. Pemkab Bojonegoro kembali mendata anak yang memilih tak sekolah.
Mei lalu, pemkab mampu mendata dan mengumpulkan 2.020 anak putus sekolah. Mereka dikumpulkan di Stadion Letjend H. Soedirman untuk mengikuti upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro Hanafi mengatakan, pendataan anak putus sekolah kembali dilakukan. Pihaknya menduga masih ada anak tidak melanjutkan sekolah. ‘’Berapa jumlahnya kami belum bisa memastikan. Ini masih kami cari di lapangan,’’ ujarnya.
Berdasar data, tahun ini ada 10.875 lulusan taman kanak-kanak (TK), 13.501 anak lulusan SD, dan 11.335 siswa lulusan SMP. Dari data-data tersebut, disdik masih mencari semuanya itu melanjutkan sekolah atau memilih drop out. Sehingga, diperlukan mengecek ke lapangan langsung.
‘’Jika ada yang tidak sekolah, mereka akan dibantu supaya bisa sekolah,’’ jelasnya.
Pengecekan, kata Hanafi, sekaligus ingin mengetahui penyebab mereka tidak sekolah. Hingga kini pemkab masih memberikan bantuan kepada siswa Bojonegoro yang melanjutkan ke SMA/SMK. Nilainya mulai Rp 1,3 juta hingga Rp 2 juta per tahun.
Sama seperti sebelumnya, kali ini pendataan siswa putus sekolah juga dilakukan melalui pemerintah desa (pemdes) dan kecamatan. Data tersebut nantinya akan disinkronkan dengan data siswa yang lulus tahun ini. ‘’Kemungkinan Senin, data sudah masuk,’’ jelasnya.
Hanafi menjelaskan, pemkab setempat tidak ingin ada anak Bojonegoro yang putus sekolah. Karena itu, selalu dilakukan pendataan. Sebab, pemerintah memberikan kemudahan bagi anak-anak yang melanjutkan sekolah itu.
Ketua Komisi C DPRD Sally Atyasasmi mengapresiasi langkah pemkab mencari anak tidak sekolah. Namun, idealnya tidak hanya berhenti sekadar pendataan. Harus dilakukan langkah konkret supaya jumlah anak putus sekolah berkurang.
Setidaknya, tutur politikus Partai Gerindra ini, pemkab harus mencari penyebab jika ditemukan masih banyak anak tidak sekolah. Apakah karena faktor ekonomi atau lainnya. Setelah itu, dicari solusinya.