- Advertisement -
KOTA – Pembangunan embung desa di Lamongan tidak sesuai target. Dari target 1.000 embung, baru terealisasi 355 embung. Sebab terkendala pembebasan lahan. ‘’Pembangunan embung masih terkendala pembebasan lahan,’’ kata Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sumber Daya Air Lamongan, M. Jufri senin (21/5). Dia mengungkapkan, pemba ngu nan embung meng guna kan tanah desa.
Karena tanah em bung seharusnya menjadi aset desa supaya bisa di manfaatkan oleh seluruh masyarakat. Juga ada dari bantuan atau hibah masyarakat. Tapi belum semua desa memiliki lahan kosong untuk dibangun embung. Sedangkan pembebasan lahan mengalami kendala. “Akibatnya realisasinya terus molor, padahal targetnya terus berjalan,” ujarnya. Menurut dia, sesuai arahan Bupati Lamongan, Fadeli, masing-masing desa harus memiliki cadangan air melalui pembangunan embung.
Karena pertanian wilayah Lamongan masih mengandalkan tadah hujan. ‘’Dengan adanya embung harapannya bisa memberikan tampungan air untuk irigasi pertanian,’’ ujarnya. Jufri menjelaskan, target pemerintah membangun embung sebanyak-banyaknya. Karena fungsi waduk saat ini mulai turun akibat sedimentasi (pendangkalan). Sehingga dengan adanya embung bisa memberikan cadangan air untuk desa.
Bahkan pemerintah sudah menganggarkan pembelian mesin pengeruk (bekhoe) sebanyak 15 unit. Dengan tujuan bisa dipinjam oleh desa untuk pengerukan embung. “Tahun ini ada 30 embung dipastikan dikeruk,” ungkapnya. Dia menambahkan, saat ini pihaknya masih melakukan pendekatan dengan desa. Utamanya desa yang masih mengandalkan pengairan irigasi, supaya menyediakan lahan untuk pembangunan embung.
Lambatnya realisasi disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyediakan lahan. Banyak masyarakat mem perma salahkan lahannya ketika sudah dibangun embung. Untuk mengantisipasi hal tersebut, desa harus memiliki kebijakan untuk mengatur keberadaan embung. “Karena penerima manfaatnya seluruh masyarakat di wilayah tersebut,” tukasnya.
KOTA – Pembangunan embung desa di Lamongan tidak sesuai target. Dari target 1.000 embung, baru terealisasi 355 embung. Sebab terkendala pembebasan lahan. ‘’Pembangunan embung masih terkendala pembebasan lahan,’’ kata Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sumber Daya Air Lamongan, M. Jufri senin (21/5). Dia mengungkapkan, pemba ngu nan embung meng guna kan tanah desa.
Karena tanah em bung seharusnya menjadi aset desa supaya bisa di manfaatkan oleh seluruh masyarakat. Juga ada dari bantuan atau hibah masyarakat. Tapi belum semua desa memiliki lahan kosong untuk dibangun embung. Sedangkan pembebasan lahan mengalami kendala. “Akibatnya realisasinya terus molor, padahal targetnya terus berjalan,” ujarnya. Menurut dia, sesuai arahan Bupati Lamongan, Fadeli, masing-masing desa harus memiliki cadangan air melalui pembangunan embung.
Karena pertanian wilayah Lamongan masih mengandalkan tadah hujan. ‘’Dengan adanya embung harapannya bisa memberikan tampungan air untuk irigasi pertanian,’’ ujarnya. Jufri menjelaskan, target pemerintah membangun embung sebanyak-banyaknya. Karena fungsi waduk saat ini mulai turun akibat sedimentasi (pendangkalan). Sehingga dengan adanya embung bisa memberikan cadangan air untuk desa.
Bahkan pemerintah sudah menganggarkan pembelian mesin pengeruk (bekhoe) sebanyak 15 unit. Dengan tujuan bisa dipinjam oleh desa untuk pengerukan embung. “Tahun ini ada 30 embung dipastikan dikeruk,” ungkapnya. Dia menambahkan, saat ini pihaknya masih melakukan pendekatan dengan desa. Utamanya desa yang masih mengandalkan pengairan irigasi, supaya menyediakan lahan untuk pembangunan embung.
Lambatnya realisasi disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyediakan lahan. Banyak masyarakat mem perma salahkan lahannya ketika sudah dibangun embung. Untuk mengantisipasi hal tersebut, desa harus memiliki kebijakan untuk mengatur keberadaan embung. “Karena penerima manfaatnya seluruh masyarakat di wilayah tersebut,” tukasnya.