M Ramadhani Ardiansyah sekitar dua tahun hanya ikut berlatih taekwondo. Ketekunan atlet tunarungu ini berbuah medali emas saat terjun di kejurprov Desember lalu di Surabaya.
M Ramadhani Ardiansyah baru berumur 12 tahun. Wajar orang tuanya masih khawatir saat dirinya ingin bertanding di kejurprov di Surabaya, Desember lalu.
Namun, kekhawatiran orang tuanya dibayar dengan prestasi atlet yang akrab disapa Rama tersebut. Meski memiliki kekurangan di pendengaran (tunarungu), dia mampu menjalankan instruksi pelatih dan meraih medali emas pada kelas pemula berat badan 29 kilogram. Di final, Rama mengalahkan atlet Bojonegoro dengan skor 31 – 27.
Yuliatin, 31, orang tua atlet yang akrab disapa Rama itu menjelaskan, anaknya termasuk hiperaktif. Karena tingkahnya cenderung ke arah bela diri, Yuli berusaha mencarikan tempat latihan bagi anaknya. Dia juga ingin anaknya dapat berprestasi.
Yuli kemudian memutuskan mengajak anaknya berlatih taekwondo. ‘’Pertama kalinya latihan pada tahun 2019 awal sampai sekarang,’’ tuturnya.
Atlet yang kini duduk di bangku kelas 5 SD itu dijadwalkan berlatih tiga kali dalam seminggu. Porsi latihan itu ditambah dengan peningkatan fisik di rumah. Selain berlari, Rama yang asal Desa Babatagung, Kecamatan Deket, itu melakukan skipping.
‘’Untuk pertandingan, kurang lebih dua bulan sudah menyiapkan fisik serta tendangan – tendangan,’’ ujar Yuli.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu lebih suka melakukan tendangan. Alasannya, gerakan menendang dia lebih cepat daripada memukul. ‘’Lebih suka tendangan ap hurigi dibandingkan lainnya,’’ imbuh Yuli.
Selama latihan, Yuli tidak melihat anaknya pernah cedera. ‘’Mengikuti pertandingan baru pertama kali kemarin,’’ jelas Yuli yang mengaku masih khawatir dengan anaknya yang masih kecil itu.