30.7 C
Bojonegoro
Tuesday, June 6, 2023

Periksa Lima Balita, Diduga Terinfeksi HIV

- Advertisement -

KOTA – Persebaran virus yang disebabkan oleh perilaku menyimpang memang sangat meresahkan masyarakat. Tak hanya orang dewasa, virus HIV/AIDS mulai menggerogoti balita. Buktinya, bulan ini sekitar lima bayi diperiksa untuk mengetahui kondisi kesehatannya karena orang tua dinyatakan positif HIV. 

Kepala Seksi Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro Whenny Dyah mengungkapkan, perkembangan kasus HIV/AIDS tahun ini menurun. Meski begitu, jumlah itu bukan data pasti. Bisa jadi kesadaran masyarakat untuk periksa masih rendah. Karena itu, pihaknya mulai mewajibkan untuk ibu hamil agar periksa HIV/AIDS.

Alasannya, ibu hamil dengan HIV berpotensi menularkan penyakit mematikan itu kepada buah hatinya melalui air susu. ’’Periksa itu wajib untuk melakukan pencegahan dini,” ujarnya senin (19/11).

 Whenny menambahkan, pencegahan dini memang lebih baik dibandingkan mengobati, meski risiko penularan ibu hamil kepada bayi estimasinya 15-20 persen. Artinya, risiko tersebut terbilang kecil apabila ibu tersebut sudah rutin minum ARV (obat kekebalan HIV).

Tetapi, ketika ibu hamil terdeteksinya lambat, maka kemungkinan diturunkan menjadi lebih besar. Sehingga, setiap objek vital penularan sesegera mungkin ditangani karena kerentanan tubuh manusia berbeda-beda. Dimana, virus tersebut bisa lebih mudah menggerogoti tubuh atau tidak menyesuaikan dengan kekebalan tubuh. 

- Advertisement -

Whenny menjelaskan, selama ini kasus penularan HIV melalui air susu memang sedikit kasusnya. Karena rata-rata penderita memang menghindari untuk hamil ketika mengetahui dirinya bermasalah. Namun, bukan berarti orang  dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak diperbolehkan hamil. Karena ada program khusus dengan pendampingan dari dokter spesialis. 

Dikatakan Whenny, kasus ibu hamil ODHA selama dua tahun terakhir, rata-rata 8-10 penderita. Sehingga, kemungkinan persebaran ke bayi masih kecil, namun bulan ini mengajukan lima sampel untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi. Karena orang tua bayi memang mengalami penyakit berbahaya tersebut.

Pihaknya enggan membeberkan mengenai data bayi dan orangtuanya. Selain hasil laboratorium belum keluar, juga masalah privasi pasien. Sehingga, dokter harus menjaga kerahasiaan itu. ’’Laboratorium (cek balita) berada di Surabaya, dan kemungkinan positif masih kecil,” paparnya. 

Terpisah Ketua Komisi Perlindungan AIDS (KPA) Bojonegoro Jhony Noorhariyanto mengatakan, pihaknya memang tidak mengawal data secara mendetail. Dimana pengelompokan persebaran kasus dipisah berdasarkan pekerjaan dan usia. Sedangkan, sebagian besar penderita jarang mengakui pekerjaannya secara jujur.

Namun, untuk mengetahui kondisi persebaran pada ibu hamil dan bayi, pihaknya hanya mengawal melalui petugas kesehatan di lapangan. Utamanya bagian penanganan KIA, karena mereka lebih dekat dengan penderita. 

Jhony menambahkan, meski begitu pihaknya terus melibatkan seluruh elemen untuk mengedukasi semua pihak. Supaya melakukan pencegahan dini dengan tes. Sebab, temuan kasus tersebut selalu terlambat karena penderita merasa malu. ’’Padahal, kerahasiaan itu selalu kami jaga,” paparnya.

KOTA – Persebaran virus yang disebabkan oleh perilaku menyimpang memang sangat meresahkan masyarakat. Tak hanya orang dewasa, virus HIV/AIDS mulai menggerogoti balita. Buktinya, bulan ini sekitar lima bayi diperiksa untuk mengetahui kondisi kesehatannya karena orang tua dinyatakan positif HIV. 

Kepala Seksi Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro Whenny Dyah mengungkapkan, perkembangan kasus HIV/AIDS tahun ini menurun. Meski begitu, jumlah itu bukan data pasti. Bisa jadi kesadaran masyarakat untuk periksa masih rendah. Karena itu, pihaknya mulai mewajibkan untuk ibu hamil agar periksa HIV/AIDS.

Alasannya, ibu hamil dengan HIV berpotensi menularkan penyakit mematikan itu kepada buah hatinya melalui air susu. ’’Periksa itu wajib untuk melakukan pencegahan dini,” ujarnya senin (19/11).

 Whenny menambahkan, pencegahan dini memang lebih baik dibandingkan mengobati, meski risiko penularan ibu hamil kepada bayi estimasinya 15-20 persen. Artinya, risiko tersebut terbilang kecil apabila ibu tersebut sudah rutin minum ARV (obat kekebalan HIV).

Tetapi, ketika ibu hamil terdeteksinya lambat, maka kemungkinan diturunkan menjadi lebih besar. Sehingga, setiap objek vital penularan sesegera mungkin ditangani karena kerentanan tubuh manusia berbeda-beda. Dimana, virus tersebut bisa lebih mudah menggerogoti tubuh atau tidak menyesuaikan dengan kekebalan tubuh. 

- Advertisement -

Whenny menjelaskan, selama ini kasus penularan HIV melalui air susu memang sedikit kasusnya. Karena rata-rata penderita memang menghindari untuk hamil ketika mengetahui dirinya bermasalah. Namun, bukan berarti orang  dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak diperbolehkan hamil. Karena ada program khusus dengan pendampingan dari dokter spesialis. 

Dikatakan Whenny, kasus ibu hamil ODHA selama dua tahun terakhir, rata-rata 8-10 penderita. Sehingga, kemungkinan persebaran ke bayi masih kecil, namun bulan ini mengajukan lima sampel untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi. Karena orang tua bayi memang mengalami penyakit berbahaya tersebut.

Pihaknya enggan membeberkan mengenai data bayi dan orangtuanya. Selain hasil laboratorium belum keluar, juga masalah privasi pasien. Sehingga, dokter harus menjaga kerahasiaan itu. ’’Laboratorium (cek balita) berada di Surabaya, dan kemungkinan positif masih kecil,” paparnya. 

Terpisah Ketua Komisi Perlindungan AIDS (KPA) Bojonegoro Jhony Noorhariyanto mengatakan, pihaknya memang tidak mengawal data secara mendetail. Dimana pengelompokan persebaran kasus dipisah berdasarkan pekerjaan dan usia. Sedangkan, sebagian besar penderita jarang mengakui pekerjaannya secara jujur.

Namun, untuk mengetahui kondisi persebaran pada ibu hamil dan bayi, pihaknya hanya mengawal melalui petugas kesehatan di lapangan. Utamanya bagian penanganan KIA, karena mereka lebih dekat dengan penderita. 

Jhony menambahkan, meski begitu pihaknya terus melibatkan seluruh elemen untuk mengedukasi semua pihak. Supaya melakukan pencegahan dini dengan tes. Sebab, temuan kasus tersebut selalu terlambat karena penderita merasa malu. ’’Padahal, kerahasiaan itu selalu kami jaga,” paparnya.

Artikel Terkait

Most Read

Sebulan Hasilkan 300 Liter Susu

Efek Lahan Tumpangsari Terasa

Raperda Pesantren di Meja DPRD

Artikel Terbaru


/