TUBAN – Kepastian rencana pembangunan kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) di Jenu, Tuban memicu efek domino. Kawasan Jenu dan perkotaan ibarat menjelma menjadi gula. Para investor pun merubungnya. Terbaru beredar wacana pendirian mall. Bagaimana respons milenial Tuban?
Wacana pendirian mall tergolong baru gres. Baru muncul sekitar pertengahan 2018. Pusat berbelanjaan ini melengkapi hotel berbintang yang lebih dulu berdiri. Selebihnya tengah dibangun.
Berdasar informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Tuban, muncul dua opsi pendirian pusat perbelanjaan raksasa tersebut. Yakni, di Jalan Pahlawan dan Jalan Teuku Umar. Jalan Basuki Rahmad yang sempat menjadi opsi alternatif, belakangan dimentahkan karena kondisi jalan yang sempit dan tidak memungkinkan dibangun pusat bisnis baru.
Jalan Pahlawan dan Jalan Teuku Umar dinilai paling representatif karena jauh dari titik keramaian. Kalau pada akhirnya jadi dibangun di salah satu jalan protokol tersebut, maka diharapkan memicu pemerataan perekonomian masyarakat. Dan, tentu saja memecah keramaian kota yang sebelumnya terpusat di titik tertentu.
Memang, dua jalan tersebut tergolong padat dengan kendaraan berat. Itu bisa dipahami karena dua jalan tersebut termasuk akses jalan nasional. Namun, jika jalan lingkar selatan (JLS) selesai dibangun, kelak dua jalan tersebut turun kelas menjadi jalan kabupaten. Lalu lintasnya pun non-kendaraan berat.
Salah satu pengusaha properti di Tuban kepada wartawan koran ini mengatakan, mall yang berencana berdiri di Tuban membutuhkan lahan seluas 1,5 – 2 hektare. Fasilitasnya standar pusat perbelanjaan di kota-kota besar seperti gedung bioskop, supermarket, tempat bermain, foodcourt, toko buku, dan lain-lain. Bangunan pusat perbelanjaan ini rencananya lima lantai. ‘’Masih studi kelayakan, dari tempat sudah representatif untuk didirikan mall,’’ tutur dia.
Jawa Pos Radar Tuban yang mencoba membuat polling dan survei terkait pendirian mall ternyata mendapat antusias luar biasa dari masyarakat. Survei yang menggandeng akun Instagram Exploretuban (IE) sejak Rabu (16/1) disimak 3.883 akun. Dari jumlah netizen yang menyimak polling tersebut, 1.387 orang di antaranya ikut poling. Dari hasil polling (selama 24 jam) menunjukkan 1.110 orang (80 persen) menyatakan setuju dengan pembangunan mall di Bumi Wali. Sementara sisanya 277 orang (20 persen) tidak setuju.
Survei pendirian mall mendapat respons yang beragam. Sebagian besar yang setuju menyatakan alasannya karena bisa membuka lapangan kerja baru (50 persen). Lainnya menyebutkan mall bisa jadi tempat tongkrongan baru (38 persen), mendongkrak perekonomian (7 persen), dan alasan lainnya 5 persen. ‘’Sangat setuju karena bisa membuka lowongan pekerjaan baru untuk orang yang belum bekerja,’’ tulis akun Fenia Kumala pada survei digital tersebut.
Sementara milenial lain yang menyatakan tidak setuju mengungkapkan bahwa mall bisa membuat pengeluaran anak muda, terutama pelajar jadi lebih boros. Alasan penolakan karena hidup hedon sebanyak 65 persen. Alasan lain bisa membuat sepi supermarket (20 persen), belum siap (10 persen), dan penjelasan lain 5 persen. ‘’Tidak setuju karena banyak dampak negatifnya, salah satunya membuat pelajar jadi lebih glamor,’’ tulis akun Syaf Zahra.
Denny Sumarna, admin pemegang akun IE mengatakan, profil responden yang ikut polling dan aktif memberi komentar hampir seluruhnya masyarakat Tuban yang aktif di Instagram. Rata-rata usianya 15 – 30 tahun. Alasan lain remaja Tuban menolak pembangunan mall karena menurut mereka pekerjaan rumah paling utama adalah pembenahan transportasi umum. Seperti halnya angkutan kota masih banyak yang kurang laik jalan dan belum adanya bus kota yang beroperasi.
Pria jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengatakan, yang jadi masukan mayoritas pengikut akun IE adalah pembangunan mall yang diharapkan tidak berpolemik dengan lahan. Sebab, masyarakat sudah jenuh dan lelah dengan polemik persengkataan tanah antara masyarakat dan industri. ‘’Mayoritas menyambut baik karena dinilai berdampak positif, meski ada sejumlah catatan,’’ tutur konten kreator tersebut.
Owner rumah kreatif Nebula FLM ini menjelaskan, tujuan dia membuat polling adalah untuk memberi masukan kepada pemkab. Terlebih, kabar pendirian mall banyak beredar. Dengan polling tersebut, dia menjadi tahu alasan mayoritas remaja yang menolak dan menerima pendirian investasi baru di kota kelahirannya. ‘’Biar tahu alasan milenial yang pro dan kontra dengan pembangunan, sehingga bisa menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan,’’ ungkap dia.