- Advertisement -
PACIRAN – Angin kencang yang menyelimuti kawasan pantura Lamongan membuat hasil tangkapan nelayan, rajungan, tak maksimal. ‘’Tangkapannya sangat minim. Satu nelayan kadang tangkapannya tak lebih 5 kilogram (kg). Bahkan ada yang pulang dengan tangan hampa,’’ tutur Ketua Rukun Nelayan (RN) Paciran, Mukhlisin Amar, kepada Jawa Pos Radar Lamongan minggu (17/12).
Padahal, lanjut dia, harga rajungan masih jeblok. Pada bulan-bulan sebelumnya, harga rajungan di atas Rp 60 ribu per kg. Kini harga di tingkat nelayan hanya Rp 45 ribu per kg. ‘’Sangat rendah, padahal biasanya jauh di atasnya,’’ ujar pria berkacamatan tersebut.
Mukhlisin tak mengetahui pasti penyebab turunnya harga rajungan. Padahal, biasanya tangkapan minim, harganya justru melambung. Kondisi saat ini justru sebaliknya.
Meski intensitas hujan melandai, menurut Mukhlisin, angin kencang masih menyelimuti laut di kawasan utara Kabupaten Lamongan ini. ‘’Kadang ada juga nelayan yang mengurungkan niatnya untuk melaut,’’ katanya.
Menurut dia, hasil tangkapan yang rendah ditambah harga yang anjlok, membuat nelayan kesulitan mengatur biaya operasional. ‘’Biaya operasionalnya membengkak. Sedangkan hasil tangkapannya sedikit dengan harga rendah. Pasti tak imbang,’’ katanya.
PACIRAN – Angin kencang yang menyelimuti kawasan pantura Lamongan membuat hasil tangkapan nelayan, rajungan, tak maksimal. ‘’Tangkapannya sangat minim. Satu nelayan kadang tangkapannya tak lebih 5 kilogram (kg). Bahkan ada yang pulang dengan tangan hampa,’’ tutur Ketua Rukun Nelayan (RN) Paciran, Mukhlisin Amar, kepada Jawa Pos Radar Lamongan minggu (17/12).
Padahal, lanjut dia, harga rajungan masih jeblok. Pada bulan-bulan sebelumnya, harga rajungan di atas Rp 60 ribu per kg. Kini harga di tingkat nelayan hanya Rp 45 ribu per kg. ‘’Sangat rendah, padahal biasanya jauh di atasnya,’’ ujar pria berkacamatan tersebut.
Mukhlisin tak mengetahui pasti penyebab turunnya harga rajungan. Padahal, biasanya tangkapan minim, harganya justru melambung. Kondisi saat ini justru sebaliknya.
Meski intensitas hujan melandai, menurut Mukhlisin, angin kencang masih menyelimuti laut di kawasan utara Kabupaten Lamongan ini. ‘’Kadang ada juga nelayan yang mengurungkan niatnya untuk melaut,’’ katanya.
Menurut dia, hasil tangkapan yang rendah ditambah harga yang anjlok, membuat nelayan kesulitan mengatur biaya operasional. ‘’Biaya operasionalnya membengkak. Sedangkan hasil tangkapannya sedikit dengan harga rendah. Pasti tak imbang,’’ katanya.