24.9 C
Bojonegoro
Tuesday, May 30, 2023

Tahun Ini Eks Napiter Ajak Keluarga Ikut Upacara

- Advertisement -

SOLOKURO, Radar Lamongan – Mantan narapidana teroris (napiter) kembali menggelar upacara 17 Agustus. Upacara kali ketiga di Yayasan Lingkar Perdamaian, Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro itu diikuti 38 mantan napiter.

Selain mereka, anggota keluarganya, anak, istri, adik maupun orang tua juga ikut upacara pengibaran bendera Merah Putih tersebut. Jika ditotal, maka ada 225 orang.

Saiful Arif, mantan napiter kasus penembakan polisi di poso, Zulia Mahendra, anak terpidana mati Amrozi, dan Mustain, anak mantan napiter Nor Minda, bertugas sebagai pengibar bendera.

Perwira upacaranya, ustad Asadullah alias ustad Sumarno, napiter bom Bali I. Sedangkan komandan upacaranya Yoyok Edi, alumni Ponpes Al Islam yang sempat menjadi simpatisan JI. Hamim Thohari, mantan napiter bom Bali I, mendapat tugas membaca ikrar sumpah setia NKRI.

Kapolres Lamongan, AKBP Feby DP Hutagalung, mengatakan, dirinya ingin menggelorakan semangat patriotlisme dan nasionalisme serta cinta tanah air. ‘’Pastinya ini nanti dilaksanakan secara rutin setiap kali 17 Agustus ,’’ katanya.

- Advertisement -

Dia berharap, Tenggulun bisa menjadi contoh di dunia. Ustad Ali Fauzi, pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian, menjelaskan, upacara kali ini berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya. Sebab, tahun ini anak dan istri mantan napiter ikut upacara.

‘’Tak ada masalah adanya perempuan bercadar yang mengikuti upacara,’’ katanya.

Menurut dia, kegiatan itu dapat memutus mata rantai terorisme. Desa Tenggulun yang dulunya identik dengan bom dan pelaku teroris, sekarang dikenal dengan desa deradikalisasi. ‘’Saya sendiri saat membacakan teks Proklamasi tentu ada getaran di dalam dada,’’ ujar mantan napiter Bom Bali I tersebut.

Dia berharap muncul Lingkar Perdamaian lainnya di kota – kota lain di Indonesia. Terkait adanya anggota baru, menurut dia, satu orang baru bergabung setelah 6 bulan lalu keluar dari tahanan. ‘’Yang baru hanya satu, tapi tak mau diwawancarai terlebih dahulu,’’ ujarnya. Zulia Mahendra mengatakan, dirinya sudah dua kali menjadi pengibar bendera. Selain terharu, ada rasa bangga.

‘’Kalau pertama kali (jadi pengibar bendera), saya berpikir apakah langkahku ini sudah benar kembali lagi,’’ jelasnya dengan mata berkaca – kaca.

Sekarang dia yakin dan mantap.

SOLOKURO, Radar Lamongan – Mantan narapidana teroris (napiter) kembali menggelar upacara 17 Agustus. Upacara kali ketiga di Yayasan Lingkar Perdamaian, Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro itu diikuti 38 mantan napiter.

Selain mereka, anggota keluarganya, anak, istri, adik maupun orang tua juga ikut upacara pengibaran bendera Merah Putih tersebut. Jika ditotal, maka ada 225 orang.

Saiful Arif, mantan napiter kasus penembakan polisi di poso, Zulia Mahendra, anak terpidana mati Amrozi, dan Mustain, anak mantan napiter Nor Minda, bertugas sebagai pengibar bendera.

Perwira upacaranya, ustad Asadullah alias ustad Sumarno, napiter bom Bali I. Sedangkan komandan upacaranya Yoyok Edi, alumni Ponpes Al Islam yang sempat menjadi simpatisan JI. Hamim Thohari, mantan napiter bom Bali I, mendapat tugas membaca ikrar sumpah setia NKRI.

Kapolres Lamongan, AKBP Feby DP Hutagalung, mengatakan, dirinya ingin menggelorakan semangat patriotlisme dan nasionalisme serta cinta tanah air. ‘’Pastinya ini nanti dilaksanakan secara rutin setiap kali 17 Agustus ,’’ katanya.

- Advertisement -

Dia berharap, Tenggulun bisa menjadi contoh di dunia. Ustad Ali Fauzi, pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian, menjelaskan, upacara kali ini berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya. Sebab, tahun ini anak dan istri mantan napiter ikut upacara.

‘’Tak ada masalah adanya perempuan bercadar yang mengikuti upacara,’’ katanya.

Menurut dia, kegiatan itu dapat memutus mata rantai terorisme. Desa Tenggulun yang dulunya identik dengan bom dan pelaku teroris, sekarang dikenal dengan desa deradikalisasi. ‘’Saya sendiri saat membacakan teks Proklamasi tentu ada getaran di dalam dada,’’ ujar mantan napiter Bom Bali I tersebut.

Dia berharap muncul Lingkar Perdamaian lainnya di kota – kota lain di Indonesia. Terkait adanya anggota baru, menurut dia, satu orang baru bergabung setelah 6 bulan lalu keluar dari tahanan. ‘’Yang baru hanya satu, tapi tak mau diwawancarai terlebih dahulu,’’ ujarnya. Zulia Mahendra mengatakan, dirinya sudah dua kali menjadi pengibar bendera. Selain terharu, ada rasa bangga.

‘’Kalau pertama kali (jadi pengibar bendera), saya berpikir apakah langkahku ini sudah benar kembali lagi,’’ jelasnya dengan mata berkaca – kaca.

Sekarang dia yakin dan mantap.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/