CEK KESEHATAN: Petugas disnakkan memeriksa mulut sapi di Pasar Hewan Balen. Di Bojonegoro belum ada temuan sapi terjangkit PMK. (M. NURCHOLIS/RDR.BJN)
BOJONEGORO,Radar Bojonegoro – Peternak mulai melaporkan sapi mengalami demam ke tim Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro. Meski menjadi salah satu gejala, namun setelah diperiksa sapi tersebut belum mengarah ke penyakit mulut dan kuku (PMK).
Petugas meminta melakukan pemisahan terhadap sapi mengalami demam. Termasuk pengawasan intens. Hingga saat ini belum ada temuan kasus sapi terinfeksi PMK di Bojonegoro. “Itu (penyakit) biasa (setelah diperiksa),” kata Kabid Kesehatan Hewan Disnakkan Bojonegoro Sugiharti Sri Rahayu ditemui di kantornya kemarin (17/5).
Dia mengatakan, terdapat laporan sapi mengalami sakit. Sekitar tiga hingga empat ekor sapi ditemukan terserang demam selama tiga hari. Penyebab demam karena pergantian musim penghujan ke kemarau. Namun, demam tersebut menjadi salah satu gejala terjadinya PMK. Sehingga tetap dilakukan pemantauan dan pemisahan dari sapi lainnya. “Belum mengarah ke PMK,” ujarnya.
Tim disnakkan, menurut Sugiharti, akan melakukan pengambilan sampel lendir ketika nantinya ditemukan sapi demam dan mengarah ke PMK. Selanjutnya dikirimkan ke laboratorium provinsi untuk mengetahui hasilnya.
Sugiharti meminta peternak tidak panik menjual sapi adanya wabah PMK di sejumlah kabupaten. Terlebih tingkat kematian sapi akibat PMK tidak tinggi. “Tidak mematikan sapi, hanya kurus, namun bisa diobati,” jelasnya.
Sugiharti menilai, perkembangan penyebaran PMK yang cepat, kemungkinan wabah masuk ke Bojonegoro bisa saja terjadi. Terlebih lalu lintas ternak cukup tinggi. “Lalu lintas ternak sulit dicegah, apalagi jalur-jalur tikus sulit diawasi,” terangnya.
Pihaknya mengaku akan mengupayakan secara maksimal pencegahan dini penyebaran PMK. Memeriksa dan pemantauan secara rutin. Edukasi intens ke peternak maupun kelompok ternak.
Disnakkan sedang membentuk satuan tugas (satgas) internal. Petugas disiapkan di setiap wilayah menindaklanjuti ketika ada laporan sapi sakit dari peternak. (irv/rij)
Ilustrasi (Ainur Ochiem/RDR.BJN)
BOJONEGORO,Radar Bojonegoro – Peternak mulai melaporkan sapi mengalami demam ke tim Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro. Meski menjadi salah satu gejala, namun setelah diperiksa sapi tersebut belum mengarah ke penyakit mulut dan kuku (PMK).
Petugas meminta melakukan pemisahan terhadap sapi mengalami demam. Termasuk pengawasan intens. Hingga saat ini belum ada temuan kasus sapi terinfeksi PMK di Bojonegoro. “Itu (penyakit) biasa (setelah diperiksa),” kata Kabid Kesehatan Hewan Disnakkan Bojonegoro Sugiharti Sri Rahayu ditemui di kantornya kemarin (17/5).
Dia mengatakan, terdapat laporan sapi mengalami sakit. Sekitar tiga hingga empat ekor sapi ditemukan terserang demam selama tiga hari. Penyebab demam karena pergantian musim penghujan ke kemarau. Namun, demam tersebut menjadi salah satu gejala terjadinya PMK. Sehingga tetap dilakukan pemantauan dan pemisahan dari sapi lainnya. “Belum mengarah ke PMK,” ujarnya.
Tim disnakkan, menurut Sugiharti, akan melakukan pengambilan sampel lendir ketika nantinya ditemukan sapi demam dan mengarah ke PMK. Selanjutnya dikirimkan ke laboratorium provinsi untuk mengetahui hasilnya.
Sugiharti meminta peternak tidak panik menjual sapi adanya wabah PMK di sejumlah kabupaten. Terlebih tingkat kematian sapi akibat PMK tidak tinggi. “Tidak mematikan sapi, hanya kurus, namun bisa diobati,” jelasnya.
Sugiharti menilai, perkembangan penyebaran PMK yang cepat, kemungkinan wabah masuk ke Bojonegoro bisa saja terjadi. Terlebih lalu lintas ternak cukup tinggi. “Lalu lintas ternak sulit dicegah, apalagi jalur-jalur tikus sulit diawasi,” terangnya.
Pihaknya mengaku akan mengupayakan secara maksimal pencegahan dini penyebaran PMK. Memeriksa dan pemantauan secara rutin. Edukasi intens ke peternak maupun kelompok ternak.
Disnakkan sedang membentuk satuan tugas (satgas) internal. Petugas disiapkan di setiap wilayah menindaklanjuti ketika ada laporan sapi sakit dari peternak. (irv/rij)