Radar Bojonegoro – Kabupaten Bojonegoro harus bisa mempertahankan sebagai daerah dengan produksi gabah dan beras nomor tiga di Jawa Timur. Capaian itu perlu dikembangkan melihat kondisi geografis memadai air karena dilalui Sungai Bengawan Solo. Dan kebanyakan warga merupakan petani.
Kepala Bidang (Kabid) Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bojonegoro Imam Nur Hamid menjelaskan, Bojonegoro menjadi nomor tiga di Jatim sebagai penyumbang produksi gabah dan beras. ”Kami berusaha untuk mempertahankan selalu berada di tiga besar,” ujarnya.
Kondisi tersebut, menurut Imam, karena letak geografis Bojonegoro sebelah utara berada di bantaran Sungai Bengawan Solo. Sehingga proses pertanian dapat maksimal, ditopang ketersedian air proses pertanian tercukupi.
Saat wilayah selatan tidak bisa tanam, areal pertanian kawasan utara dekat bantaran Bengawan Solo mengalami puncak-puncaknya tanam. “Dengan adanya Bengawan Solo, petani bisa tanam minimal dua sampai tiga kali. Apalagi aliran Bengawan Solo dari Kecamatan Margomulyo sampai Baureno,“ ujarnya.
Imam menjelaskan, potensi lahan pertanian di bantaran Bengawan Solo kurang lebih 15.000 hektare. Luasan tersebut produksi gabah dan padi dapat menyuplai produksi beras di Jatim, sekaligus terbesar ketiga. Belum lagi ditambah bantuan diberikan kepada para petani.
“Hampir petani dan kelompok tani mendapat bantuan, seperti program petani mandiri,’’ jelasnya.
Wilayah dilalui Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu produsen terbesar beras Jatim. Kabupaten Ngawi, Bojonegoro, dan Lamongan merupakan lima besar lumbung beras Jatim. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 1 Maret lalu, pada 2020 luas panen Kabupaten Ngawi mencapai 125.908,27 hektare, naik 2,78 persen dari sebelumnya 122.500,97 hektare.
Luas panen Bojonegoro 135.635,02 hektare atau naik 5,25 persen dari tahun sebelumnya 128.863,83 hektare. Sedangkan luas panen Lamongan seluas 148.030,90 hektare, meningkat 5,38 persen dari tahun sebelumnya 140.463,58 hektare. Jika diakumulasikan luas panen ketiga kabupaten mencapai 409,574.19 hektare atau sekitar 23,35 persen dari luas panen seluruh Jatim.
Luas panen bukanlah satu-satunya indikator produksi beras. Produksi beras juga dipengaruhi produktivitas tanaman padi dan tingkat rendemen gabah. Yakni produktivitas menunjukkan rata-rata produksi gabah kering panen (GKP), sedangkan rendemen menunjukkan konversi gabah ke beras dalam setiap 100 kilogramnya.
Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Ngawi merupakan tiga besar produksi gabah Jawa Timur. Data BPS menunjukkan produksi gabah tahun 2020 Kabupaten Lamongan 886.060,99 ton atau naik 46.336,56 ton dari tahun sebelumnya.
Kabupaten Bojonegoro produksi padinya mencapai 728.915,12 ton atau naik 36.841,96 ton dari tahun sebelumnya. Dan Kabupaten Ngawi mencapai 837.773,15 ton atau naik 60.582,79 ton dari tahun sebelumnya. Produksi gabah dari ketiganya mencapai 24,66 persen dari seluruh produksi Jatim mencapai 9.944.538,26 ton.
Selain mengandalkan Bengawan Solo, DPKP juga membantu menyuplai benih padi unggul bagi para petani. Terutama yang tergabung kelompok tani (poktan). Juga ada subsidi pupuk berasal dari daerah dan pemerintah nasional.
“Petani rata-rata menggunakan benih hasil dari panen ditanam lagi, itu mengakibatkan produksinya kurang bagus,” ujarnya.
Imam berharap panen bulan depan tidak diserang hama dan penyakit. Dan musim kedua hujan tidak terus menerus. Sehingga produksi gabah dan padi petani bisa meningkat. Maksimal pendistribusian pupuk tercukupi dan merata. Serta menunjang alat-alat pertanian mempertahankan produksi.
“Untuk panen yang kemarin ada beberapa lokasi kena serangan hama dan penyakit,” jelasnya. (luk)