LAMONGAN – Penyebab ambruknya Jembatan Cincin Lama penghubung Kecamatan Babat, Lamongan – Kecamatan Widang, Tuban Selasa siang (17/4) masih jadi teka-teki. Ada dua indikasi, yakni truk yang melebihi tonase, atau buruknya kondisi jembatan di atas DAS Bengawan Solo tersebut. Tiga truk bermuatan puluhan ton melintas secara bersamaan.
“Kalau saya lihat ada beberapa faktor. Jadi kalau misal dua mobil dalam satu titik sudah bentangannya cukup jauh, bayangkan beratnya. Mereka kan bukan mobil kosong, tapi bermuatan,” tutur Dirjen Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Budi Setiyadi kepada Jawa Pos Radar Lamongan.
Belum diketahui secara pasti berapa berat muatan tiga truk yang melintas secara bersamaan tersebut. Namun, Budi mengaku bakal melakukan pengecekan berapa total muatan ketiga truk tersebut. Sehingga nantinya menjadi dasar penyebab pastinya. “Tapi kita akan cek-cek muatannya dulu,” imbuhnya.
Pengawasan truk yang melintas di jalan nasional Lamongan – Tuban perlu menjadi perhatian. Sebab, jembatan timbang Lamongan di-non-aktifkan sejak beberapa tahun terakhir. Itu membuat truk leluasa melintas tanpa kontrol. Disinggung terkait itu, Budi tak menampik jika truk muatan dari arah Lamongan tak ada kontrol, karena jembatan timbang belum diaktifkan.
“Mungkin ada dampaknya, karena jalur ini kan tidak diawasi oleh jembatan timbang. Tapi jalur satunya (Jembatan Cincin Baru) yang sudah diawasi jembatan timbang Tuban,’’ tukasnya.
Budi menuturkan, sejumlah jembatan timbang sudah dibuka. Hingga tahun depan, jembatan timbang yang diaktifkan sebesar 124 unit. Dia mengaku bakal mengaktifkan seluruh jembatan timbang secara bertahap. Sebab terkendala dari sumber daya manusia (SDM) yang belum mencukupi.
“Memang di Lamongan belum. Itu karena waktu penyerahan dari daerah ke pusat kan baru beberapa waktu lalu,” katanya.
Dia memastikan, jika nantinya pengelolaan jembatan timbang bakal bekerjasama dengan pihak ketiga. Yakni, tugasnya mendampingi di jembatan timbang, sehingga tidak hanya diisi petugas dari perhubungan.
“Terkait cara kerja, pengawasan, dan yang selama ini dikeluhkan tidak akan terjadi lagi. Kita akan menerapkan e-tilang di jembatan timbang. Jadi tidak ada lagi transaksi dengan uang tunai,” ujarnya.
Faktor lainnya sudah uzurnya usia Jembatan Cincin Lama tersebut. Sejak dibangun 34 tahun silam, belum ada sekalipun pembangunan ulang di jembatan tersebut. Padahal berdasar informasi, usia jembatan harus di cek kesehatannya 20 tahun. Nyatanya di Jembatan Cincin Lama hanya dilakukan perawatan berkala.
Bukti jika kesehatan Jembatan Cincin mengkhawatirkan dari rekam jejak kerusakan dua tahun terakhir. Yakni, terjadi kerusakan di bagian kedua dan dilakukan penanganan penyambungan pelat yang putus tersebut dengan mesin las pada 2015.
Selain itu, terjadi kerusakan kembali di titik yang sama pada akhir Oktober 2017. Hal itu menyebabkan turunnya pelat lantai sekitar 8,5 sentimeter (cm) di trotoar, serta di bagian perkerasan sekitar 7,5 cm. “Kalau umur jembatan mungkin dengan seperti ini kita harapkan Kementerian PU ya, mengaudit jembatan-jembatan usianya diatas 20 tahun,” tukasnya.
Sementara itu, PPK perbaikan Gresik, Lamongan, dan Tuban Balai Besar Jalan Nasional (BBJN) 8 Tugiman menjelaskan, saat kejadian ambruknya jembatan ini pihaknya melakukan meeting pra kontrak dengan rekanan untuk melakukan perawatan Jembatan Cincin Lama dan baru.
“Barusan selesai ini tadi. Jadi di sini kita rencanakan perawatannya berupa pengerasan baut dan penguatan lantai jembatan,” ujarnya.
Disinggung terkait kondisi Jembatan Cincin Lama yang sering mengalami kerusakan, Tugimin tak menampik hal itu. Namun, menurut dia, kerusakan sebelumnya di titik bagian kedua. Sebaliknya yang ambruk sekarang di bagian ketiga. “Kemarin di sini juga sudah ditinjau. Justru yang saya khawatirkan di bagian kedua titik yang pernah sliding tahun lalu,”pungkasnya.