Kiper Persela Lamongan Choirul Huda selama hidupnya dikenal memiliki jiwa sosial. Beberapa orang sering mendapatkan bagian rezeki yang diterima pemain paling loyal di tim Laskar Joko Tingkir tersebut.
————————————–
MUHAMMAD SU’AEB, Lamongan.
————————————–
Gerimis menyelimuti Kota Lamongan, seakan ikut menangisi atas kepergian Choirul Huda, kiper senior Persela. Beberapa orang dekatnya terlihat tetap berada di sekitar rumah duka di Jalan Basuki Rahmad Lamongan.
Karangan bunga dengan berbagai ukuran juga berdatangan dan memenuhi sekitar rumah dua lantai itu. Ucapan duka cita itu tak hanya datang dari pecinta dan pendukung Persela serta pengusaha dan tokoh masyarakat Lamongan. Nama beberapa tokoh nasional juga tercantum dalam karangan bunga yang disandarkan di pagar rumah duka.
Banyak orang memang merasa kehilangan Huda. Sebab, kehidupan pribadinya di dalam dan luar lapangan semasa hidupnya cukup baik. Di Persela, sejak menggantikan posisi penjaga gawang Bambang ‘’Rambo’’ HS, Huda hampir tak pernah tergeser sebagai kiper utama. Silih berganti pelatih yang menangani tim kebanggaan LA Mania dan Curva Boys itu, dia tetap mampu menunjukkan kemampuan dan loyalitasnya kepada Persela. Usia juga tidak menghalanginya untuk terus berkarir di dunia sepak bola hingga akhir hayatnya.
Di luar lapangan, penjaga gawang yang juga PNS di Dinas Pemuda dan Olahraga Lamongan itu dikenal berjiwa sosial tinggi. ‘’Setiap gajian, pasti bahkan sering menyisihkan sebagian gajinya untuk beberapa staf di lokasi dia menerima gaji,’’ tutur Manajer Persela Lamongan, Edy Yunan Akhmadi.
Saat Huda menerima gaji di mes Persela beberapa waktu lalu, dia memberikan sebagain gajinya untuk beberapa staf mes Persela. Meskipun jumlahnya tidak banyak, itu dinilai sebagai bentuk kepedulian kepada orang di sekitarnya. ‘’Saya sendiri juga sering dibayari saat di warung,’’ aku Yunan.
Hadi, salah satu petugas di mes Persela, juga merasakan bagian rezeki yang diperoleh Huda. Selesai menerima gaji, dia sering diberi pemain yang masa kecilnya dihabiskan di Ronggohadi, Kelurahan Tumenggungan, Lamongan tersebut. ‘’Kalau gajian biasanya ya dikasih,’’ ujarnya.
Tidak hanya kepada orang – orang di sekitar Persela. Huda juga suka memberi beberapa kenalannya di luar lapangan. ‘’Anakku kalau jajan, terus ada Huda, selalu dibayari. Wes tinggalen (sudah tinggalkan),’’ kata Kabul, salah satu teman Huda.
Menurut dia, Huda juga sering menraktir orang – orang yang kebetulan makan atau minum satu lokasi dengannya. ‘’Kalau habis teken kontrak, aku pasti dikasih uang. Selalu tiap tahun,’’ ujarnya.
Dia juga mengingat awal – awal Huda berkarir di Persela. Huda yang besar dari klub Merpati Putra, sering mengajak berkumpul rekan – rekannya semasa di klub tersebut. ‘’Huda baik sejak dari dulu. Pernah dia dulu sebelum divisi utama, habis main tarkam (turnamen antarkampung) di pantura, pulangnya membawa satu kresek berisi ikan, sate, dan kepiting. Katanya teman – temannya gak mau menghabiskan ya dibawa pulang. Akhirnya masak nasi dan makan bersama,’’ kenangnya.
Makan bersama juga dilakukan Huda ketika mendapatkan bayaran atau bonus kemenangan. ‘’Dulunya seringnya makan mi pangsit di War bersama-sama,’’ kenangnya lagi.
Jika mendekati pertandingan, Huda sering memberikan santunan kepada anak yatim. Santunan itu sebagai salah satu bentuk kepedulian kepada anak yang sudah ditinggal orang tuanya. Sekaligus, meminta bantuan doa agar selama menjalani laga diberikan kemenangan.
‘’Setiap mau pertandingan, dia (Huda) selalu memberikan satunan anak yatim. Ada dua anak yang jadi langganannya,’’ tutur Humas Persela, Andika Hangga.
Namun, sebelum pertandingan melawan Semen Padang (15/10), Huda tidak sempat menemui anak yatim yang biasanya diberi uang. Dia hanya menitipkan ke orang lain. Hangga merasa itu di luar kebiasaan Huda dan sebagai salah satu isyarat akan meninggalnya penjaga gawang tersebut. Isyarat lainnya juga dirasakan rekan kantornya.