BOJONEGORO – Tidak menentunya hasil diperoleh dari minyak dan gas (migas) memicu Pemkab Bojonegoro mulai mencari potensi ekonomi kreatif berbasis kerakyatan. Alasannya, Bojonegoro memiliki modal bagus mengembangkan basis ekonomi tersebut. Hanya, sejauh ini belum tergarap maksimal karena kerap bergantung ekonomi migas. Dan, upaya menarik industri olahan belum maksimal.
Sekretaris Komisi B DPRD Bojonegoro Lasuri mengatakan, sebenarnya memiliki potensi besar di sektor pertanian, peternakan, perkebunan, hingga wisata. Tapi, sampai saat ini, belum digarap maksimal. Sayang, pemkab belum memiliki langkah prioritas terkait itu. Besarnya potensi, kata dia, tentu tidak bakal berdampak apapun jika tidak ada usaha dari pemkab. Karena itu, jika hanya berangan-angan, tentu tidak bakal mengubah apapun. Dia berharap pemkab lebih agresif menunjukkan potensi dimiliki Bojonegoro.
“Potensi memang banyak, tapi belum semua investor tahu. Ini menjadi masalah,” ucap politikus Partai Amanat Nasional (PAN) senin (16/7). Potensi ekonomi kreatif berbasis kerakyatan cukup banyak di Bojonegoro. Dia mencontohkan, pertanian dan pariwisata. Namun, dua sektor ini terbukti belum berdampak apapun. Kalaupun ada, masih kecil. Karena itu, mengimbau agar pemkab agresif menawarkannya kepada investor. Kabag Perekonomian Pemkab Bojonegoro Rahmat Junaidi mengatakan, potensi ekonomi berbasis sumber daya alam sudah ada. Bahkan, tidak menutup kemungkinan tarik investor makanan olahan.
Tapi, sampai saat ini investor olahan makanan sangat sedikit. Bahkan bisa dibilang tidak ada. Padahal, Bojonegoro memiliki potensi besar untuk didatangi industri makanan olahan. “Saat ini memang kita ingin mengincar investor makanan olahan,” kata Rahmat. Sejumlah industri makanan olahan seperti perusahaan tepung beras dan jagung, pengalengan daging, hingga minuman kualitas ekspor belum ada yang datang di Bojonegoro.
Dan, hingga kini belum ada satupun perusahaan makanan olahan mencoba berinvestasi di Bojonegoro. Itu menjadi PR besar yang saat ini fokus digarap. Dia mengklaim, minimnya pemahaman pihak investor masih menjadi masalah utama. Sebab, secara teknis maupun nonteknis, Bojonegoro lebih memadai dibanding kota-kota tetangga. Selain kondisi keamanan kondusif, regulasi dan iklim investasi bagus, ketersediaan lahan di Bojonegoro juga sangat menunjang.