- Advertisement -
BOJONEGORO – Kenakalan siswa sekolah kerap terjadi juga dipicu belum maksimalnya program pendidikan keluarga. Padahal, program menyinergikan orang tua siswa dan sekolah tersebut sebagai partisipasi aktif untuk meningkatkan kualitas pendidikan anaknya. Namun, banyak sekolah di Bojonegoro belum menerapkannya. “Seharusnya, di hari pertama masuk sekolah ini jadi momentum penting guna mengawali program pendidikan keluarga (PPK),” kata Ketua Dewan Pendidikan Bojonegoro Sri Minarti senin (16/7).
Menurut Sri Minarti, sampai saat ini program pendidikan keluarga belum terlalu diminati sekolah di Bojonegoro. Padahal, program tersebut menjadi penjawab atas tantangan kenakalan remaja. Sampai saat ini, program pendidikan keluarga di tingkat SD dan SMP belum berjalan dengan baik. Masih banyak orang tua siswa tidak saling kenal dengan gurunya. Banyak pula orang tua siswa memasrahkan anaknya begitu saja pada sekolah.
Pendidikan keluarga, kata Minarti, menjadi ruang temu orang tua siswa dan para guru di sekolah. Sehingga, berbagai kegiatan dan celah-celah kenakalan bisa diawasi secara mendalam. Baik dari sisi orang tua di rumah ataupun para guru di sekolah. Di mana, guru, dan orang tua memiliki peran aktif berkoordinasi terkait kondisi perkembangan anaknya. Sayang, menurut Minarti, baru PAUD saja yang terlaksana dengan baik.
“Di Bojonegoro yang benar-benar maksimal baru PAUD saja,” imbuh dia. Menurut Minarti, pendidikan keluaga tidak hanya dikhususkan untuk PAUD saja, tapi juga SD, SMP, hingga SMA sederajat. Di luar negeri itu sudah menjadi hal lumrah. Di Bojonegoro, program pendidikan keluarga baru 20 persen saja sudah menerapkan. Selebihnya belum ada. Itupun, kata dia, yang menangani hanya guru dan siswa. Tanpa melibatkan orang tua. “Harusnya tiap sekolah menerapkannya. Kenyataannya, masih banyak sekolah justru belum tahu,” ucapnya.
BOJONEGORO – Kenakalan siswa sekolah kerap terjadi juga dipicu belum maksimalnya program pendidikan keluarga. Padahal, program menyinergikan orang tua siswa dan sekolah tersebut sebagai partisipasi aktif untuk meningkatkan kualitas pendidikan anaknya. Namun, banyak sekolah di Bojonegoro belum menerapkannya. “Seharusnya, di hari pertama masuk sekolah ini jadi momentum penting guna mengawali program pendidikan keluarga (PPK),” kata Ketua Dewan Pendidikan Bojonegoro Sri Minarti senin (16/7).
Menurut Sri Minarti, sampai saat ini program pendidikan keluarga belum terlalu diminati sekolah di Bojonegoro. Padahal, program tersebut menjadi penjawab atas tantangan kenakalan remaja. Sampai saat ini, program pendidikan keluarga di tingkat SD dan SMP belum berjalan dengan baik. Masih banyak orang tua siswa tidak saling kenal dengan gurunya. Banyak pula orang tua siswa memasrahkan anaknya begitu saja pada sekolah.
Pendidikan keluarga, kata Minarti, menjadi ruang temu orang tua siswa dan para guru di sekolah. Sehingga, berbagai kegiatan dan celah-celah kenakalan bisa diawasi secara mendalam. Baik dari sisi orang tua di rumah ataupun para guru di sekolah. Di mana, guru, dan orang tua memiliki peran aktif berkoordinasi terkait kondisi perkembangan anaknya. Sayang, menurut Minarti, baru PAUD saja yang terlaksana dengan baik.
“Di Bojonegoro yang benar-benar maksimal baru PAUD saja,” imbuh dia. Menurut Minarti, pendidikan keluaga tidak hanya dikhususkan untuk PAUD saja, tapi juga SD, SMP, hingga SMA sederajat. Di luar negeri itu sudah menjadi hal lumrah. Di Bojonegoro, program pendidikan keluarga baru 20 persen saja sudah menerapkan. Selebihnya belum ada. Itupun, kata dia, yang menangani hanya guru dan siswa. Tanpa melibatkan orang tua. “Harusnya tiap sekolah menerapkannya. Kenyataannya, masih banyak sekolah justru belum tahu,” ucapnya.