BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Nasib Persibo Bojonegoro, musim ini masih abu-abu. Padahal, pendaftaran klub kontestan Liga 3 Jatim telah dibuka. Berbagai sikap dan reaksi muncul dari elemen suporter. Salah satunya banyak penempelan selebaran kertas yang isinya, menuntut manajemen Persibo mundur.
Pantauan Jawa Pos Radar Bojonegoro, selebaran berukuran kertas A4 itu menempel pada pepohonan di jalanan protokol. Seperti menuju persimpangan traffic light Jalan Veteran. Tepatnya usai melewati gapura masuk kawasan Kecamatan Kota dari arah timur. Padahal, hari-hari sebelumnya belum ada poster tersebut.
Sekretaris Boromania Arif Bondet mengatakan, cukup menyayangkan sikap manajemen. Sebab, pihaknya juga secara personal meminta kejelasan progres nasib Persibo. Hasilnya juga tidak ada jawaban. Apalagi pendaftaran klub Liga 3 Jatim telah dibuka hingga 10 Maret mendatang.
‘’Seharusnya manajemen memberikan penjelasan. Bagaimana Persibo musim ini,” ujarnya kemarin (16/2).
Diamnya manajemen membuat suporter resah. Sebab, selama tiga musim berturut-turut, Persibo berkutat di kasta terendah. Terkesan tidak ada perkembangan atas evaluasi di setiap musimnya dan sama saja. ‘’Kita ingin tahu dan mengawal agar kegagalan serupa tidak terulang. Tapi, bagaimanapun manajemen sudah saatnya mundur,” ujarnya.
Namun, pihaknya menilai sepak terjang manajemen selama tiga musim kebelakang sudah cukup. Sehingga, mendesak agar manajemen menyerahkan Persibo ke Askab PSSI setempat dan kemudian Bupati. ‘’Saya kira sikap seluruh elemen suporter sama. Pergantian manajemen baru,” ujar pria asal Kecamatan Kapas ini.
Pihaknya pun berharap agar manajemen menyadari kondisi ini. Sebab, Persibo adalah ikon dan milik masyarakat Bojonegoro. Bahkan dulu peralihan manajemen sebelumnya ke Abdullah Umar cs juga secara suka rela.
‘’Jadi peralihannya tanpa tedensi apapun dan berdasar hitam di atas putih. Kali ini juga harus seperti itu,” ucapnya.
Hal serupa dikatakan Fernanda Baim, perwakilan Drago Tifoso Curva Nord (DTCN). Sejak awal sikap mereka telah bulat. Menuntut adanya perombakan total di dalam tubuh manajemen Persibo. Teknisnya menyerahkan Persibo ke Bupati.
‘’Kita tetap menuntut Persibo tetap berstatus profesional. Bukan amatir (askab PSSI setempat). Jadi serahkan ke Bupati,” imbuh dia.
Menurut dia, Persibo membutuhkan manajemen yang paham sepak bola profesional sekaligus perputaran bisnisnya. Karena itu, kesempatan bagi kepengurusan manajemen saat ini sudah habis. Tiga musim sudah cukup menjadi bahan penilaian kinerja.
‘’Jika tuntutan itu tidak terpenuhi, terpaksa musim ini, Persibo kita akan boikot total,” tegasnya.
CEO Persibo Abdullah Umar dan Manajer Persibo Sally Atyasasmi masih enggan berkomentar. Namun hingga Jawa Pos Radar Bojonegoro menulis berita ini petang kemarin, tidak ada jawaban.
Manajemen Masih Diam, Elemen Suporter Resah

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Nasib Persibo Bojonegoro, musim ini masih abu-abu. Padahal, pendaftaran klub kontestan Liga 3 Jatim telah dibuka. Berbagai sikap dan reaksi muncul dari elemen suporter. Salah satunya banyak penempelan selebaran kertas yang isinya, menuntut manajemen Persibo mundur.
Pantauan Jawa Pos Radar Bojonegoro, selebaran berukuran kertas A4 itu menempel pada pepohonan di jalanan protokol. Seperti menuju persimpangan traffic light Jalan Veteran. Tepatnya usai melewati gapura masuk kawasan Kecamatan Kota dari arah timur. Padahal, hari-hari sebelumnya belum ada poster tersebut.
Sekretaris Boromania Arif Bondet mengatakan, cukup menyayangkan sikap manajemen. Sebab, pihaknya juga secara personal meminta kejelasan progres nasib Persibo. Hasilnya juga tidak ada jawaban. Apalagi pendaftaran klub Liga 3 Jatim telah dibuka hingga 10 Maret mendatang.
‘’Seharusnya manajemen memberikan penjelasan. Bagaimana Persibo musim ini,” ujarnya kemarin (16/2).
Diamnya manajemen membuat suporter resah. Sebab, selama tiga musim berturut-turut, Persibo berkutat di kasta terendah. Terkesan tidak ada perkembangan atas evaluasi di setiap musimnya dan sama saja. ‘’Kita ingin tahu dan mengawal agar kegagalan serupa tidak terulang. Tapi, bagaimanapun manajemen sudah saatnya mundur,” ujarnya.
Namun, pihaknya menilai sepak terjang manajemen selama tiga musim kebelakang sudah cukup. Sehingga, mendesak agar manajemen menyerahkan Persibo ke Askab PSSI setempat dan kemudian Bupati. ‘’Saya kira sikap seluruh elemen suporter sama. Pergantian manajemen baru,” ujar pria asal Kecamatan Kapas ini.
Pihaknya pun berharap agar manajemen menyadari kondisi ini. Sebab, Persibo adalah ikon dan milik masyarakat Bojonegoro. Bahkan dulu peralihan manajemen sebelumnya ke Abdullah Umar cs juga secara suka rela.
‘’Jadi peralihannya tanpa tedensi apapun dan berdasar hitam di atas putih. Kali ini juga harus seperti itu,” ucapnya.
Hal serupa dikatakan Fernanda Baim, perwakilan Drago Tifoso Curva Nord (DTCN). Sejak awal sikap mereka telah bulat. Menuntut adanya perombakan total di dalam tubuh manajemen Persibo. Teknisnya menyerahkan Persibo ke Bupati.
‘’Kita tetap menuntut Persibo tetap berstatus profesional. Bukan amatir (askab PSSI setempat). Jadi serahkan ke Bupati,” imbuh dia.
Menurut dia, Persibo membutuhkan manajemen yang paham sepak bola profesional sekaligus perputaran bisnisnya. Karena itu, kesempatan bagi kepengurusan manajemen saat ini sudah habis. Tiga musim sudah cukup menjadi bahan penilaian kinerja.
‘’Jika tuntutan itu tidak terpenuhi, terpaksa musim ini, Persibo kita akan boikot total,” tegasnya.
CEO Persibo Abdullah Umar dan Manajer Persibo Sally Atyasasmi masih enggan berkomentar. Namun hingga Jawa Pos Radar Bojonegoro menulis berita ini petang kemarin, tidak ada jawaban.