Kiprah komunitas Kelas Inspirasi (KI) Bojonegoro memang tak perlu diragukan lagi. Semangat mereka tetap sama, meginspirasi para penerus bangsa. Setelah tujuh tahun berdiri, kini KI jajal menginspirasi siswa-siswi SMA/SMK.
BHAGAS DANI PURWOKO, Bojonegoro, Radar Bojonegoro
SUASANA riuh ramai di salah satu kelas di SMKN 4 Bojonegoro begitu antusias pada Senin (11/11) lalu. Para siswa tersebut dikunjungi beberapa relawan pengajar dari Kelas Inspirasi (KI) Bojonegoro. Kunjungan perdana KI Bojonegoro ke SMA/SMK. Karena fokus awal komunitas yang lahir di berbagai daerah se-Indonesia itu menginspirasi siswa SD pelosok kabupaten/kota setempat.
KI Bojonegoro sendiri sudah berusia tujuh tahun. Ribuan siswa SD pelosok tentu sudah pernah diinspirasi oleh relawan pengajar. Hadirnya KI dalam sehari, menginspirasi anak-anak SD pelosok agar ke depannya punya pandangan dan pilihan perihal profesi. Karena biasanya anak-anak masih terbatas referensi profesi yang ia ketahui.
Person in Charge (PIC) KI Bojonegoro 7 Achmad Agung Ferrianto menerangkan, bahwa tak hanya referensi profesi saja yang dijadikan tonggaknya KI. Namun, ada juga dorongan kepada siswa SD pelosok agar lebih berani bermimpi. Karena masih banyak anak yang jauh dari akses informasi atau kualitas pendidikan yang belum bagus membuatnya takut bermimpi.
Pemuda yang akrab disapa Feri itu menilai, di setiap kabupaten/kota pasti belum memberikan akses pendidikan atau informasi secara merata. Sehingga, peran KI Bojonegoro bisa berikan stimulus kepada siswa SD pelosok menjadi calon penerus bangsa yang memiliki daya juang dan integritas terhadap profesi yang kelak mereka pilih.
“Pendidikan merata memang harus terus diperjuangkan,” ujar pemuda asal Desa Sukorejo, Kecamatan Kota itu.
KI Bojonegoro 7 diadakan 27 Juli 2019 lalu di wilayah Kecamatan Margomulyo. Lalu, Feri tercetus ide untuk memulai menginspirasi SMA/SMK. Karena keresahan siswa SMA/SMK takut salah menentukan jurusan kuliah atau memulai karir. Berdasarkan keresahan-keresahan itulah, ide Feri pun diamini oleh anggota KI Bojonegoro lainnya. Akhirnya ada lima sekolah yang mereka jadikan pilot project.
“Lima sekolah itu di antaranya SMA N 4, SMK N 1, SMK N 4, SMK N Farmasi, dan MAN 1,” jelasnya.
Budaya KI, seringkali berdatangan relawan pengajar dari berbagai kota. Begitu pun anggota KI Bojonegoro juga kerap jadi relawan pengajar di KI kota lain. Feri mengatakan, saat menginspirasi lima sekolah tersebut ada 130 relawan pengajar. Feri pun sempat kaget, antusias relawan pengajar dari kota lain bisa semasif itu.
Relawan pengajar paling jauh datang dari Lampung, namanya Rico dan berprofesi sebagai koki pastry di kapal. Relawan pengajar lainnya datang dari Jakarta, Surabaya, Surabaya, Purbalingga, Pacitan, Boyolali, Bali, Pasuruan, Malang, Gresik, Jepara, Gresik, Jepara, Tegal, Semarang, dan Mojokerto.
“Profesi mereka sangat beragam, fotografer, arsitek, koki, desainer grafis, dan sebagainya,” ujar pemuda kelahiran 1994 itu.
Jumlah siswa per sekolahnya diperkirakan 500 anak. Adapun materi-materi yang diberikan, di antaranya keprofesian yang dimiliki oleh relawan pengajar, ice breaking, motivasi meraih cita-cita (pengembangan diri dan penguatan passion), dan kewirausahaan. Feri menambahkan kemungkinan besar tahun depan akan diadakan lagi hari inpirasi mengunjungi SMA/SMK.
“Rencananya enam bulan awal persiapan menginspirasi SD, lalu enam bulan selanjutnya mempersiapkan ke SMA/SMK,” terangnya.
Terpisah, salah satu relawan pengajar Rico Setiawan juga mengatakan, antusiasnya usai mengikuti KI Bojonegoro kunjungan ke SMA/SMK. Motivasinya mengikuti KI Bojonegoro adalah kepedulian terhadap pendidikan di Indonesia. Kemudian, saya juga ingin memperbanyak saudara dari seluruh Indonesia.
Tak kalah penting juga, Rico bisa sedikit berbagi tentang pengalamannya saat berjuang meraih profesi sebagai pelaut dan bisa bercerita tentang profesinya sebagai baker. Salah satu kesan tersendiri baginya, adalah tantangan baru dalam berbagi pengalaman dengan siswa-siswa SMKN 4 Bojonegoro.
“Semoga kegiatan ini tetap ada dan berlangsung, dan tentunya lebih baik dari sebelumnya. Semoga juga KI Bojonegoro menjadi virus positif untuk KI dari seluruh Indonesia, agar ke depan banyak KI dari daerah lain yang berani mencoba berbagi kepada siswa SMA/SMK,” tuturnya.