Radar Bojonegoro – Suparno harus kerap kali pindah tempat memancing di Sungai Bengawan Solo. Kerap kali kailnya menyangkut sampah popok. Parno hanya geleng-geleng kepala, karena melihat popok menggelembung di tepi sungai.
‘’Sampah popok bayi banyak di pinggir sungai,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro, Senin pagi (12/10). Parno memancing bersama rekan-rekannya di Bengawan Solo, persisnya perbatasan Kelurahan Ledok Kulon dengan Desa/ Kecamatan Trucuk. Menurut dia, selain tercecer di tepi sungai, sampah popok ini biasanya dibungkus dengan keresek saat dibuang di bengawan.
Sungai Bengawan Solo, benar-benar berdampak pada ekosistem ikan. Selain berdampak penangkapan ikan berkurang, juga berpengaruh terhadap pembudidaya ikan keramba. Perlu langkah taktis untuk mengendalikan pembuangan sampah popok ke sungai dan kali.
Kasi Perikanan Budidaya Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Anita Setyarini mengatakan, sampah popok menjadi kendala serius bagi budidaya ikan keramba atau jaring apung di Bengawan Solo.
Popok menumpuk di sekitar jaring apung. Tidak terbawa arus sungai. Di Bojonegoro, ada beberapa lokasi budidaya ikan keramba. Dan tahun ini pemkab mengalokasikan tiga budidaya ikan keramba.
“Kendala budibaya ikan karena popok. Tidak bisa diurai,” katanya kemarin (14/10). Menurut Nita, dampak paling besar terkait sampah popok ini terkait pengurangan hasil penangkapan nelayan. Karena populasi ikan di Bengawan Solo terganggu.
Padahal, penebaran bibit ikan sering dilakukan. Bahkan, sampah popok ini berpengaruh terhadap ekosistem sungai yang memicu ikan langka sudah jarang ditemukan.
Dia memastikan, sampah popok sekali pakai (dipaers) tidak bisa diurai dan menumpuk di Sungai Bengawan Solo. Akhirnya, populasi ikan terganggu. Area hidup ikan sudah terkontaminasi. Nita menjelaskan, masyarakat saat ini banyak menggunakan popok sekali pakai.
Parahnya, kerap membuang ke sungai atau kali. Tidak dikubur kerena tidak punya lahan. Akhirnya menumpuk dan berkumpul di pinggiran sungai. “Memang banyak sampah popok tidak bisa jalan. Berkumpul di tepi dan dasar sungai,” ungkapnya. (irv)