Khoirul Rohman merasa miris melihat banyaknya pekarangan rumah tidak produktif. Hal itu mendorongnya ajak tetangganya memanfaatkan lahan-lahan kosong pekarangan ditanami serai. Bukan serai biasa, tapi diolah jadi minyak atsiri.
M. NURKOZIM, Radar Bojonegoro
Khoirul Rohman tampak menyirami kebun serai di rumahnya Desa Sumberagung, Kecamatan Dander kemarin (14/9). Pohon serai tampak segar dan menghijau. Daunnya pipih memanjang menyerupai alang-alang. Irul sapaan akrabnya begitu serius berkebun serai. Tidak hanya di lahan sendiri. Juga mengajak sejumlah tetangga ikut bertanam serai. ‘’Saya ingin bantu warga memanfaatkan pekarangan rumahnya tidak terpakai agar produktif,’’ jelasnya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro.
Selama ini banyak pekarangan rumah di perkampungan warga tidak dimanfaatkan sebagai kebun. Padahal, lahan-lahan tidak begitu luas itu bisa dimanfaatkan ditanami serai. Bukan serai biasa yang ditanam. Sebaliknya, serai wangi. Yakni, jenis serai dengan ukuran batang lebih besar. Warna batangnya sedikit ada kemerahan.
Selama ini serai masih dianggap sebagai tanaman biasa. Hanya digunakan bumbu dapur. Padahal, saat ini banyak produk dihasilkan dari bahan serai. Seperti parfum, sabun, dan kosmetik. ‘’Agar nilai jualnya naik, harus lebih kreatif,’’ tutur pria asli Kecamatan Palang, Tuban itu. Bukan tanpa alasan, Irul mengajak warga bertanam serai. Sebaliknya, agar warga mendapatkan tambahan penghasilan.
Tidak hanya mengajak, pemuda 25 tahun itu juga mengajarkan cara menanam tanaman memiliki akar serabut cukup banyak itu. Merawat hingga menjualnya. Irul kebetulan memiliki pasar serai lebih banyak. Selama ini, warga tidak banyak mengetahui serai bisa dijual dengan harga lebih mahal. Mereka hanya tahu menjual serai ke pasar tradisional. Padahal, permintaan serai di pasar tidak banyak. Hanya lari sebagai bumbu dapur.
‘’Saya bantu mereka menjualkan serai. Jadi, mereka bisa lebih semangat,’’ jelasnya. Irul mengawali gerakan menanam serai di Tuban. Mengajak warga desanya di Kecamatan Palang memanfaatkan lahan kosong. Tiga bulan terakhir merambah ke Bojonegoro. Persisnya di wilayah Kecamatan Dander. ‘’Kebetulan rumah istri di sini (Dander). Jadi, mulai mengajak warga sekitar,’’ jelasnya.
Irul tidak menjual pohon tumbuh berumpun itu secara langsung berupa batang. Dia mengolahnya dulu. Serai itu disuling. Hasil sulingan itu menghasilkan minyak atsiri. Minyak itulah dijual ke perusahaan pengolahan. Minyak atsiri merupakan cairan terbuat dari ekstrak berbagai macam tumbuhan. Minyak ini memiliki aroma lebih wangi dibanding tumbuhan dasarnya, karena memiliki bahan aktif lebih banyak. ‘’Saya fokusnya ke serai wangi. Bedanya dengan serai biasa adalah dari hasil minyak atsirinya,’’ jelasnya.