BOJONEGORO – Baru dua pekan lalu, Bojonegoro sempat mengalami bencana banjir akibat luapan air Bengawan Solo yang melanda 80 desa dari 11 kecamatan. Tinggi muka air (TMA) dua pekan lalu itu mencapai 15.06 peilschaal (siaga merah), lalu berangsur surut tiga hari kemudian.
Tetapi, berdasarkan informasi Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, curah hujan masih tinggi pada Maret.
Sehingga, sejak Senin (12/3) lalu elevasi TMA pada papan duga Taman Bengawan Solo (TBS) Bojonegoro Kota terus menunjukkan kenaikan mencapai 13.82 peilschaal (siaga hijau). Lalu, kemarin (13/3) sekitar pukul 16.00, status sudah naik menjadi siaga kuning, yakni mencapai 14.54 peilschaal.
Plt Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Bojonegoro, Andik Sudjarwo membenarkan bahwa sejak kemarin pagi TMA Bengawan Solo statusnya sudah siaga kuning. Hal tersebut disebabkan curah hujan lokal maupun hulu intensitasnya cukup tinggi.
Bahkan, BPBD memprediksikan TMA di Bojonegoro akan mengalami kenaikan hingga siaga merah. “Prediksinya besok (hari ini, Red) TMA-nya mencapai 15.50 peilschaal, jadi ketinggian TMA lebih tinggi dibanding bulan lalu,” ujarnya.
Setidaknya, daerah terdampak sama dengan bulan lalu yakni 80 desa dari 11 kecamatan. Sehingga, pihak BPBD sudah mempersiapkan personel sekaligus menginventarisasi tanggul dan doorlat.
“Pun kerja sama dengan polres dan kodim untuk mempersiapkan tempat-tempat evakuasi atau pengungsian, termasuk dapur umum sebagai kebutuhan dasar para pengungsi,” jelasnya.
Sementara itu, Supriyono, 69, warga Kelurahan Ledok Wetan mengatakan rumahnya sudah terdampak banjir luapan Bengawan Solo sejak pukul 06.00 kemarin. Dia mengatakan sudah terbiasa rumahnya terdampak banjir.
Bahkan, pria yang tinggal bersama tiga anggota keluarganya pun sudah mempersiapkan kasur di tempat yang lebih tinggi sehingga dia pun tetap tinggal di rumah dan enggan untuk mengungsi.
“Sudah terbiasa mas, kalau banjir ya tetap di rumah, tidak mengungsi, karena kasurnya sudah saya taruh di tempat yang tinggi,” pungkasnya.