BABAT – Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo di wilayah Kecamatan Babat dan Laren kembali mendapatkan kiriman air dari wilayah hulu dan hilir. Akibatnya, dua wilayah tersebut berstatus siaga merah Rabu (14/3).Sedangkan, DAS Bengawan Solo di wilayah Karanggeneng dan Kuro statusnya siaga kuning. ‘’Kita pantau memasuki siaga merah lagi,’’ tutur Kasi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, Muslimin, kepada Jawa Pos Radar Lamongan.
Debit air di papan duga Kecamatan Babat terus meningkat. Empat kali pantauan menunjukkan ketinggian air semakin tinggi. Pada pukul 06.00, ketinggian air masih 8,14 pheilscall. Tiga jam kemudian, air naik menjadi 8,2 pheilscall. Sedangkan pukul 15.00, ketinggian air berubah menjadi 8,24 pheilscall. Wilayah tersebut distempel siaga merah bila sudah menembus 8 pheilscall.
‘’Aliran dari barat cukup deras yang membuat debit air meningkat drastis,’’ ujar Muslimin.Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kecamatan Laren.Pantauan pukul 06.00, ketinggian airnya 5,57 pheilscall, pukul 09.00 menjadi 5,59 pheilscall, pukul 12.00 naik lagi 5,64 pheilscall, dan pukul 15.00 berubah ke angka 5,66 pheilscall.
Muslimin mengaku sudah mendapatkan laporan banjir pada sejumlah desa di Kecamatan Laren. Namun, pihaknya masih mengumpulkan jumlah pasti rumah dan area persawahan yang terendam. ‘’Kita masih menyuruh rekan-rekan kita untuk turun ke lapangan dan mengumpulkan datanya,’’ tuturnya.
Sementara itu, debit air di wilayah Kecamatan Karanggeneng sudah mendekati siaga merah. Batas ketinggian status siaga merah di Karanggeneng 4,5 pheilscall. Pantauan pukul 15.00, ketinggian airnya 4,49 pheilscall, hanya kurang 0,1 pheilscall statusnya berubah menjadi siaga merah.
‘’Kalau melihat kondisi yang sekarang, tak lama lagi di Karanggeneng juga memasuki siaga merah,’’ ujar Muslimin saat dikonfirmasi via ponsel.Sedangkan, di DAS Bengawan Solo Kuro ketinggian airnya pukul 15.00 sekitar 2,32 pheilscall.
Namun, tingginya debit air di Bengawan Jero sudah menggenangi lebih dari seribu rumah warga. Meliputi sejumlah desa di Kecamatan Turi, Glagah, Deket, Karangbinangun, dan Kalitengah. ‘’Di Bengawan Jero yang paling parah banjirnya, yang menggenangi sekitar 1.861 rumah,’’ jelas Muslimin.
Selain banjir akibat luapan Bengawan Solo, banjir bandang juga terjadi di Desa Jatidrojog, Kecamatan Kedungpring. Menurut Muslimin genangan air akibat banjir bandang di Kedungpring mulai surut.‘’Genangan karena tingginya curah hujan di wilayah selatan Lamongan. Sudah surut, tinggal tersisa lahan pertanian yang masih tergenang,’’ ujar Muslimin.
Sementara itu, Pasar Agrobis Semando Babat juga terancam banjir. Sebab, air kiriman dari Kecamatan Kedungpring dan Kecamatan Baureno, Bojonegoro terus mengalir.Selain itu, ketinggian air Bengawan Solo juga diprediksi naik. ‘’Kalau ada hujan lagi dari wilayah hulu, air bisa naik ke pasar,’’ kata salah satu pedagang di Pasar Agrobis Semando Babat, Suharlik, Rabu (14/3).
Dia menuturkan, lebih dari tiga hari kondisi sebagian ruas jalan di Pasar Agrobis Semando Babat tergenang. Kondisi itu terjadi karena air di sekitar pasar tidak bisa mengalir ke arah Rawa Semando.Menurut Suharlik, kondisi rawa tersebut juga sudah penuh.
Sehingga ketinggian air meningkat dan mengancam pasar kebanjiran. ‘’Ini padahal pompa penyedot tak pernah berhenti,’’ imbuhnya.Menurut dia, untuk mengatasi banjir di Pasar Agrobis Semando Babat, minimal harus dilakukan normalisasi Rawa Semando.
Sebab, daya tampung air di rawa tersebut sudah tidak maksimal. Air dari sungai sebelum masuk ke rawa meluber ke jalan dan perkampungan.Suprapto mengklaim semua upaya sudah dilakukan untuk mencarikan solusi banjir, terutama di Kecamatan Babat. karena kondisi dataran tanahnya cekung, air tidak bisa mengalir maksimal. ‘’Makanya kami sediakan pompa selama 24 jam,’’ katanya.