- Advertisement -
Radar Bojonegoro – Sejumlah nelayan mengeluhkan tangkapan ikan tahun ini di Sungai Bengawan Solo menurun dibanding tahun lalu. Penurunan membuat tengkulak kekurangan pasokan ikan bengawan.
Padahal, harganya cukup tinggi di pasaran. Dan tengkulak mengalami kekurangan pasokan ikan bengawan. Ketua Kelompok Nelayan Desa Kabalan, Kecamatan Kanor Suwandi mengatakan, sekarang setiap hari hanya mampu menangkap 6 kilogram sampai 9 kilogram.
Padahal, hasil tangkapan dulu mampu mencapai 20 kilogram per hari. “Mudah mencarinya kalau dulu,” ungkapnya. Suwandi menjelaskan, pasangnya debit air Bengawan Solo diprediksi menjadi faktor sulitnya tangkapan ikan. Memicu ikan tidak mau menepi dan sulit ditangkap. “(Pantauan nelayan saat mengarungi bengawan) ikannya sepi,” keluhnya.
Sebenarnya, tangkapan ikan bengawan ini bisa diandalkan. Permintaan tinggi dan selalu dicari oleh sejumlah tengkulak. Begitu pun harganya mampu bertahan. Beberapa jenis ikan yang sering ditangkap seperti ikan jendil, patin, jambal, wader, dan gabus.
“Harga wader kecil saja Rp 12 ribu per kilogram. Ikan jendil Rp 20 ribu per kilogram, jambal Rp 20 ribu per kilogram, dan gabus mencapai Rp 35 ribu per kilogram,” tutur Suwandi kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro.
- Advertisement -
Suwandi mengaku ikan hasil tangkapan nelayan banyak peminat dan pembelinya. Nelayan juga mudah dalam penjualan hasil tangkapan dan selalu dibeli tengkulak. Namun, karena sedikit hasil tangkapan, tengkulak mengalami kekurangan pasokan.
Kasi Perikanan Tangkap Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Yasin mengklaim, penurunan hasil tangkapan nelayan karena faktor alam. Yaitu musim angin dan penghujan. “Lebih jelas tanya pada nelayan langsung,” ujarnya dengan singkat. (irv)
Radar Bojonegoro – Sejumlah nelayan mengeluhkan tangkapan ikan tahun ini di Sungai Bengawan Solo menurun dibanding tahun lalu. Penurunan membuat tengkulak kekurangan pasokan ikan bengawan.
Padahal, harganya cukup tinggi di pasaran. Dan tengkulak mengalami kekurangan pasokan ikan bengawan. Ketua Kelompok Nelayan Desa Kabalan, Kecamatan Kanor Suwandi mengatakan, sekarang setiap hari hanya mampu menangkap 6 kilogram sampai 9 kilogram.
Padahal, hasil tangkapan dulu mampu mencapai 20 kilogram per hari. “Mudah mencarinya kalau dulu,” ungkapnya. Suwandi menjelaskan, pasangnya debit air Bengawan Solo diprediksi menjadi faktor sulitnya tangkapan ikan. Memicu ikan tidak mau menepi dan sulit ditangkap. “(Pantauan nelayan saat mengarungi bengawan) ikannya sepi,” keluhnya.
Sebenarnya, tangkapan ikan bengawan ini bisa diandalkan. Permintaan tinggi dan selalu dicari oleh sejumlah tengkulak. Begitu pun harganya mampu bertahan. Beberapa jenis ikan yang sering ditangkap seperti ikan jendil, patin, jambal, wader, dan gabus.
“Harga wader kecil saja Rp 12 ribu per kilogram. Ikan jendil Rp 20 ribu per kilogram, jambal Rp 20 ribu per kilogram, dan gabus mencapai Rp 35 ribu per kilogram,” tutur Suwandi kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro.
- Advertisement -
Suwandi mengaku ikan hasil tangkapan nelayan banyak peminat dan pembelinya. Nelayan juga mudah dalam penjualan hasil tangkapan dan selalu dibeli tengkulak. Namun, karena sedikit hasil tangkapan, tengkulak mengalami kekurangan pasokan.
Kasi Perikanan Tangkap Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Yasin mengklaim, penurunan hasil tangkapan nelayan karena faktor alam. Yaitu musim angin dan penghujan. “Lebih jelas tanya pada nelayan langsung,” ujarnya dengan singkat. (irv)