- Advertisement -
Radar Bojonegoro – Semua SMA dan SMK telah menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas sejak Agustus lalu. Namun, hingga kini masih belum ada kebijakan terkait rapid test secara berkala terhadap guru dan karyawan SMA/SMK.
Antisipasi ini sebagai deteksi dini Covid-19 di lingkungan sekolah. Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cabdisdik) Jatim Wilayah Bojonegoro-Tuban Adi Prayitno mengatakan, masih belum ada kebijakan ataupun instruksi rapid test berkala dari Dinas Pendidikan (Disdik) Jatim. Sehingga gelaran rapid test hanya dilakukan ketika awal hendak menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas.
‘’Kalaupun ada kebijakan itu, pasti memberatkan. Karena biaya pemeriksaannya ditanggung mandiri,” katanya kemarin (11/11). Menurut dia, akomodasi mandiri saat melakukan rapid test terjadi saat sekolah hendak menggelar pembelajaran tatap muka terbatas. Sekitar Agustus lalu. Sehingga kini tidak ada kebijakan rapid test secara berkala.
‘’Karena biaya rapid test juga tidak murah. Sementara jumlah guru dan karyawan sekolah sangat banyak,” ujar mantan Kacabdisdik Jatim Wilayah Nganjuk itu. Menurut Adi, langkah pencegahan atau deteksi dini Covid-19 memang diperlukan. Demi keamanan seluruh warga sekolah termasuk siswa. Namun, di sisi lain juga belum ada kebijakan rapid test gratis secara berkala dari Disdik Jatim.
Sementara langkah antisipasi dan deteksi dini saat ini menggunakan sarpras yang ada. Seperti pemeriksaan suhu tubuh, pengawasan jejak aktivitas, dan dianjurkan istirahat di rumah jika mengalami gejala mengarah pada Covid-19.
- Advertisement -
‘’Kalau misalnya suhu tubuh tinggi, batuk serta pilek, silakan istirahat dan memeriksakan diri. Intinya harus peka terhadap kondisi diri sendiri secara mandiri,” tutur dia. Sehingga jelas dia, berharap semua warga sekolah saling menjaga diri. Juga mengingatkan satu sama lain. Meski tanpa rapid test berkala, tetap berupaya semaksimal mungkin deteksi dini dan pencegahan penyebaran Covid-19 sesuai kemampuan dan kondisi masing-masing sekolah. ‘’Semoga hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi,” ujarnya.
Radar Bojonegoro – Semua SMA dan SMK telah menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas sejak Agustus lalu. Namun, hingga kini masih belum ada kebijakan terkait rapid test secara berkala terhadap guru dan karyawan SMA/SMK.
Antisipasi ini sebagai deteksi dini Covid-19 di lingkungan sekolah. Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cabdisdik) Jatim Wilayah Bojonegoro-Tuban Adi Prayitno mengatakan, masih belum ada kebijakan ataupun instruksi rapid test berkala dari Dinas Pendidikan (Disdik) Jatim. Sehingga gelaran rapid test hanya dilakukan ketika awal hendak menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas.
‘’Kalaupun ada kebijakan itu, pasti memberatkan. Karena biaya pemeriksaannya ditanggung mandiri,” katanya kemarin (11/11). Menurut dia, akomodasi mandiri saat melakukan rapid test terjadi saat sekolah hendak menggelar pembelajaran tatap muka terbatas. Sekitar Agustus lalu. Sehingga kini tidak ada kebijakan rapid test secara berkala.
‘’Karena biaya rapid test juga tidak murah. Sementara jumlah guru dan karyawan sekolah sangat banyak,” ujar mantan Kacabdisdik Jatim Wilayah Nganjuk itu. Menurut Adi, langkah pencegahan atau deteksi dini Covid-19 memang diperlukan. Demi keamanan seluruh warga sekolah termasuk siswa. Namun, di sisi lain juga belum ada kebijakan rapid test gratis secara berkala dari Disdik Jatim.
Sementara langkah antisipasi dan deteksi dini saat ini menggunakan sarpras yang ada. Seperti pemeriksaan suhu tubuh, pengawasan jejak aktivitas, dan dianjurkan istirahat di rumah jika mengalami gejala mengarah pada Covid-19.
- Advertisement -
‘’Kalau misalnya suhu tubuh tinggi, batuk serta pilek, silakan istirahat dan memeriksakan diri. Intinya harus peka terhadap kondisi diri sendiri secara mandiri,” tutur dia. Sehingga jelas dia, berharap semua warga sekolah saling menjaga diri. Juga mengingatkan satu sama lain. Meski tanpa rapid test berkala, tetap berupaya semaksimal mungkin deteksi dini dan pencegahan penyebaran Covid-19 sesuai kemampuan dan kondisi masing-masing sekolah. ‘’Semoga hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi,” ujarnya.